Hembusan angin mulai menerpa dedaunan kering dengan langit yang cerah laksana lautan biru yang terhampar luas menyebrangi samudra.
Kicauan burung ikut menyelimuti hari hari ku .
Ku terdiam dalam bangku kecil berwarna putih di taman sekolah. Nampak tanaman bunga mawar merah yang cantik dan harum menusuk panca indraku. Bukan hanya harum, bunga itu sangat di sukai oleh kaum hawa. Bunga-bunga yang bermekaran tak seindah hari-hari yang ku jalani. Hanya satu yang dapat kupancarkan dalam sorotan mataku, kosong . Ya, hanya tatapan kosong dan kesedihanlah yang dapat muncul dalam mataku. Ku terlelap dalam lamunan imajinasiku. Tak ada lagi papa yang menasehatiku, dan tak ada lagi papa yang bisa mengertiku.
---------***
Saat ini tidak ada satu pun yang mau berteman dengan ku. Bahkan sahabat yang selalu ada meninggalkan ku saat dalam keadaan tak berdaya seperti ini. Tidak ada satu pun yang mau berteman dengan ku, tidak ada satu pun yang mau membangunkan ku dari keterpurukan ini. Hingga membuat ku benar-benar sendiri. Memendam semua masalah ini dalam lubuk hati yang paling dalam tanpa ada seorang pun yang ingin menemaniku dan mengetahui semua drama ini.
Mama yang sibuk dengan pekerjaannya lah yang bersama ku. Mama yang tidak pernah bertanya kepada anaknya, walau hanya sebatas bertanya keadaan. Apakah ini takdir yang tidak bisa di tunda ?? Apa ini hanya ujian untukku??
Aku yakin semua ini pasti ada jalan. Tapi.. Mengapa Allah memberiku ujian sebesar ini ??.
Tanpa ku sadari perlahan-lahan air mataku mulai menetes dan membasahi pipi ku. Hingga terdengar bunyi bel masuk kelas yang membangunkan ku dari lamunan buruk ini.*Kriiiinggg... Kriiiiing....
Satu..
Dua..
Tiga..
Kulewati lorong demi lorong dengan langkah kaki penuh kepastian menuju ruangan bersejarah. Ya, tempat ku menuntut ilmu bersama teman-teman. Kulangkahkan kaki ku ke dalam ruangan tersebut.
Nampak tatapan heran dan penuh tanda tanya muncul dalam benak teman-teman di kelas, mewakili semua pertanyaan yang menyelimuti pikiran dan hati mereka. Semua makhluk Allah yang paling sempurna ini mulai mengikuti jalan makhluk-Nya yang terkutuk. Ya, mereka berbisik-bisik melihat ku seperti ini.Aku tahu apa yang membuat mereka melihatku dengan tatapan seperti itu. Dulu aku selalu berpakaian rapi, selalu menjaga penampilan dan selalu terlihat bahagia di depan semua teman-teman ku. Tapi...
Sekarang itu semua telah hilang tanpa ku sadari.Aku berpakaian layaknya seperti brandalan. Rambut hitam yang selalu ku kuncir rapi sekarang berubah menjadi berwana merah dan selalu terurai berantakan. Paras yang selalu di kagumi oleh banyak laki-laki, sekarang berubah menjadi paras yang banyak hiasan seperti anak yang tidak terdidik. Lengan baju dilipat dan sepatu berwarna merah membuat teman-teman ku menjadi semakin heran dan menuai banyak pertanyaan. Bukan hanya teman ku, guru yang mengajar ku juga heran melihat ku.
Mereka tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan ku. Hanyalah tatapan sinislah yang ku dapatkan saat sebuah langkah kaki yang penuh kesedihan ini melangkah menuju meja tempat ia mendengarkan pembahasan dari guru.
Hanya seorang laki-laki berkacamata itu lah yang memberi senyuman dan isyarat kepada ku.
Mungkin? kalian berfikir isyarat itu menunjukkan bahwa dia suka sama gue.. :D
No.. Ia hanya memberi isyarat bahwa ada bangku kosong untuk ku.Tidak ada seorang pun yang mau duduk dengan ku kecuali dia. Aku tidak mengetahui sama sekali siapa dia bahkan namanya, meskipun aku sekelas dengannya.
"Hai.. Nama lo siapa ??" tanyaku kepada seorang laki-laki berkacamata itu.
===========
Maaf kalau berbelit belit..
Smoga aja kalian suka..Selamat membaca.. :)
Jangan lupa !!
Vote dan comentnya ya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Just A Few Minutes
RandomHidup tidak selalu terang seperti cahaya sang rembulan di malam hari. Pasti ada sebuah gejolak hingga bisa membuat langkah hari ku menjadi gelap gulita bagaikan lorong di sebuah gua.