Prolog

2.4K 36 2
                                    

Melupakan seseorang yang telah memberi banyak kenangan tidaklah mudah.

***

Ditempat ini berulang kali Abrisam mengerjapkan matanya tak percaya, menatap seorang cewek yang mengunci tatapannya sedari tadi. Cewek yang dulu pernah mengisi hari harinya. Dia adalah Pacar Abrisam. Ralat Mantan. Gelar itu sendiri sudah disematkan tepat setahun yang lalu. Namanya Maudy. Maudy Katherina.

"Ga, Maudy pindah kesini lagi?" tanya Abrisam, dia penasaran apa yang dilihatnya itu benar atau salah.

"Bro!" Angga menepuk - nepuk bahu Abrisam pelan sambil tersenyum "Lupain dia, okay!"

Abrisam menyeruput cappucino miliknya yang masih sedikit hangat hingga setengah. Melihat cewek itu kembali membuat hatinya sedikit berkedut. Dia bingung antara senang atau sedih. Yang jelas luka yang Abrisam rasakan kembali terbuka.

Dan soal Melupakan? Dirinya sudah berusaha. Tapi seperti yang dikatakan orang, Move On bukanlah hal yang mudah.

"Mending elo makan deh, kasihan dari tadi spagetinya dianggurin" Angga berusaha mengalihkan pembicaraan.

Tetapi tetap saja Abrisam tidak memindahkan pandangannya dari sosok Maudy. Cewek itu masih tampak seperti dulu hanya rambut panjangnya telah berganti pendek.

Tepat disaat Abrisam masih menatap Maudy, cewek itu tak sengaja mengalihkan pandangan hingga kedua mata mereka tak sengaja bertemu. Cukup lama. Mereka hanya saling diam tanpa ekspresi sampai akhirnya Abrisam memilih untuk memutuskan kontak terlebih dahulu.

Walaupun jarak mereka cukup jauh, Mata hitam indah milik Maudy, selalu saja membuat Abrisam luluh saat memandangnya. Dan kali ini dirinya tidak mau terjerumus kejurang yang sama.

Angga yang menyadari kegelisahan Abrisam mengikuti arah pandangan temannya itu dan betapa terkejut dirinya mendapati sosok Maudy berjalan mendekati meja dimana mereka tempati.

"Hai Abrisam, lama tak berjumpa"

Suara itu, Abrisam masih ingat betul. Abrisam memutar badannya, mendapati Maudy berdiri disampingnya sambil tersenyum. Senyum yang dulu pernah menjadi alasan Abrisam bahagia, namun berujung pedih diakhir.

"Ma-maudy? Beneran Maudy?" tanya Angga, dia masih tidak percaya pada sosok cewek dihadapannya.

"Iya, ini gue. Maudy. Masih ingat?"

"Ingatlah, masa iya gue lupa" kekeh Angga, dia tersenyum ramah "Gimana kabar lo? Kok balik lagi ke Jakarta?"

"Gue baik. Panjang ceritanya"

"Elo belum jawab pertanyaan gue, Abrisam" ucap Maudy pada Abrisam

Entah harus bereaksi bagaimana, Abrisam merasa berat. Padahal dulu untuk saling bertukar kabar, mereka sampai tidak kenal waktu namun sekarang mengatakan 'Hai' saja dia tak mampu.

"Gue baik"

Sudut bibir Maudy sedikit tertarik keatas setelah mendengar ucapan Abrisam yang singkat, jelas, padat dan tersirat menusuk itu.

"Gimana dengan kabar tante?"

"Apa peduli lo?" ketus Abrisam membuat Angga dan Maudy tersentak. Dia menyeruput Cappucinonya yang tinggal setengah hingga habis lalu beranjak dari kursinya.

"Gue pulang duluan, Ga" pamit Abrisam dan berjalan pergi.

"Apa elo masih marah sama gue?" gumam Maudy, pelan. Tapi bisa didengar oleh Abrisam yang lewat disampingnya.

Langkah Abrisam seketika terhenti, dia berbalik lalu terseyum santai pada Maudy. "Gue enggak tahu,"

"Gue cabut!" lanjutnya sebelum berjalan pergi hingga menghilang dibalik pintu kafe.

Maudy hanya bisa terdiam dan menatap kosong kepergian Abrisam dari caffe.

***

Kita akan mulai cerita baru ya, semoga kalian senang! Maaf kemarin kemarin ceritanya enggak bagus, belom dapat inspirasi..

Salam;

Celengan RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang