Hay guys, saya balik lagi nih, oh ya dicerita ini aku pakai alur maju mundur ( ets tapi bukan maju mundur cantik ya).
****
Yuki prov
Hari ini aku genap berusia 17 tahun, tiba-tiba saja ayah memanggilku, jujur saja aku takut padanya, karena setelah ibu meninggal ayah selalu bersikap dingin dan acuh padaku. Sekarang aku sudah berada diruang kerja ayah, aku dan ayah duduk berhadapan, hanya terhalang meja kaca segi empat yang ada dihadapan kami.
"Selamat ulang tahun nak, sekarang usiamu sudah genap 17 tahun, ayah mimta maaf karena selama ini ayah selalu mengacuhkanmu, ayah benar-benar minta maaf sayang" ucap ayah membuatku terkejut, ayah mengingat ulang tahunku tidak seperti tahun-tahun sebelumnya dan lebih terkejut lagi ketika melihat matanya yang mulai mengeluarkan air mata.
"Ayah kenapa menangis, ayah tidak perlu minta maaf, Yuki ngerti kok perasaan ayah, harusnya Yki yang minta maaf sama ayah karena selalu bikin ayah repot ngurusin Yuki" ucapku mulai ikut menangis.
"Nak, apa ayah boleh minta satu permintaan sama kamu, dan ayah janji oni permintaan terakhir ayah dan ibu " ucap ayah lirih.
"Ayah boleh minta apa aja, tapi jangan bilang ini permintaan terakhir ayah, aku tidak suka kalau ayah ngomong kayak gitu" ucapku lirih.
"Sebenarnya berat untuk ayah memintanya padamu nak, karena ini juga menyangkut masa depanmu" ucapku ayah
"Apa maksud ayah" kataku bingung
"Kamu ambil ini, dan ayah harap kamu mau memenuhi permintaan terakhir ayah dan almarhumah ibumu" ucap ayah sambil memberikan sepucuk surat yang sepertinya sudah lama ayah simpan.
Setelah menfambil surat itu dari ayah, aku keluar dari ruangan yang membuatku bingung dengan sikap ayah tadi, dan aku langsung masuk kamar untuk membaca surat itu.
Dear,
Selamat ulang tahun sayang, semoga kamu panjang umur dan selalu mendapat kebagiaan. Yukidiumur kamu yang ke-17 tahun ini, ibu mau kamu meneeima perjodohan yang sudah ibu dan ayahmu rencanakan sejak kamu masih kecil, sayang ibu harap kamu tidak menolaknya ya, dia anak dari ibu namanya Al Ghazali Kohler, dan ibu yakin setelah kamu beetemu dengannya pasti kamu langsung menyukainya, maafkan ibu sekali lagi sayang, ibu cuma mau kamu mendapatkan yang terbaik.
Liana,
Sepertinya aku pernah mendengar nama laki-laki itu, Tapi kenapa? kenapa aku harus di jodohkan bu, apa ibu tidak percaya dengan pilihanku nantinya. Cukup lama aku merenungi isi surat dari ibu, ingin rasanya aku protes dengan keputusan ibu, tapi bagaimana caranya aku protes sedangkan ibu sudah tidak ada lagi, berarti aku harus protes dengan ayah, ya dengan ayah saja. Baru saja aku membuka pintu kamar, eh aku malah dikejutkan oleh bibi yang sudah berada didepan pintu.
"Ya ampun bibi, bibi tu ngagetin akau tau" ucapku rada kesel sama bibi
"Maaf non, bibi nggak sengaja, bibi cuma mau bilang kalau non Yuki ditunggu sama tuan diruang kerjanya non" ucap bibi merasa bersalah "ya udah non, bibi cuma mau ngasih tau itu saja, bibi permisi dulu non" ucap bibi lagi dan berlalu menuju dapur.
Ada apa lagi ya, kok ayah jadi sering manggil aku kayak gini sih, mungkin ayah kangen kali ya sama aku, kan udah lama aku sama ayah nggak ngobrol, tapi gimana kalau ayah mau membicarakan perjodohan itu, haduh pusing deh pala barbie, ya udah deh daripada nanti kena omel ayah mending aku temuin langsung saja ayahnya.
Disinilah aku sekarang, diruang kerja ayah, dan kalia tau apa yang ayah lakukan sekarang, dia hanya duduk diam dihadapanku sambil memandangi sebuah foto, yang aku yakini itu foto ibu, cukup lama ayah mendiamkanku sampai akhirnya di membuka pembicaraan."Ayah harap kamu tidak menolak perjodohan itu dan malam ini kita akan bertemu dengan calonmu" ucap ayah dingin tanpa menatapku sama sekali, dia hanya fokus pada foto ibu
"Tapi ayah apa ini tidak terlalu cepat, Yuki kan masih sekolah dan....
"Dan apa, kamu tahu kan kalau ayah tidak menerima penolakan" kata ayah tegas menyela ucapanku
"Tapi ayah....
"Yuki, ayah tidak meminta kamu untuk menikah dengannya malam ini juga, tapi ayah cuma mau bertemu dengannya dan minggu depan kamu bertundangan dengannya, kalian akan menikah setelah lulus sekolah" kata ayah menyela ucapanku lagi dengan tegas bahlan sekarang ayah menatapku datar.
Ua sudah æah, untik sekaranh aku ikuti saja kemauan ayah, karena percuma membantahnya, lagi pula aku juga tidak mau mengecewakan ibu, inikan juga permintaan ibu.
Padahal aku senang sekali karena ayh sudah mau bersikap lembut padaku, tapi sekarang dia menjadi ayah yang dulu lagi, ayah yang tifak mau kata-katanya dibantah, ayah yang dingin setiap bicara padaku, kenapa ayah berubah menjadi lembutnya cuma sebentar doang sih, belum juga sehari, tapi walau bagaimanapun aku tetap menyayangi ayah, dan sepertinya aku juga akan menuruti apa kata ayah, karena cuma ayah yang aku punya didunia ini, ayah ibu aku janji akan menuruti semua permintaan .kalian, dan aku tidak akan menolak lagi untuk dijodohkan, apa ibu senang sekarang, aku harap ibu selalu senang dengan apa yang ku lakukan.