Green Tea Latte

115 13 6
                                    

Earphone Adit tak terlepas sejak pagi tadi. Tak biasanya Adit betah dengan benda tersebut, paling lama Adit hanya memakai 2jam.

Ah ya, Adit membolos.

Bodoh, aku kan juga.

"Mas, Green tea latte-nya 2." Dan ini gelas ke 6 yang ku pesan.

"Atas nama siapa?"

"Anon, Anonymous."

------

Adit POV

You watch me bleed until I can't breathe.

Shaking, falling onto my knees.

And now that I'm without your
kisses.

I'll be needing stitches.

"Silahkan pesanannya." Sontak gue membuka Earphone yang masih nyangkut sedari pagi, aah bisa bisa budek nih.

"Saya kan gak mesen mas."

"Ini ada note nya."

Gausah galau dit, masih ada gue disini:) jangan lupa diminum ya!
-Anonymous

Gue melirik gelas yang dibawain sama barista. Green Tea Latte.

"Ah ya makasih, taro disitu aja mas."

Gue ngeperhatiin satu satu, siapa kira kira Anonymous-nya. Setidaknya gue bisa berterima kasih lah.

Cafe gak begitu rame. Kira kira cuman 10 orang termasuk gue. Gak ada yang mencurigakan sih, semua tampak normal. Yaudahlah rejeki anak soleh.

Gue menyeruput Green Tea Latte Gratisan ini hingga abis. Sering sering deh ada yang ngasih ginian.

Gue memakai Earphone gue lagi. Ah lagu ini sialan.

I wish that i could wake up with amnesia, And forget about the stupid little things.

"Aku minta maaf banget dit, mamah ngelarang aku buat pacaran. Nilai aku turun semua, aku juga jadi jarang les Musik. Kamu ngerti kan?,"

"Dit, aku mau putus."

Kenapa kata kata menyakitkan itu muncul mulu sih di otak gue? Begok.

Tling.

Tito: Eh feses, cabut kemana lo? Gak ngajak ngajak.

Adit: Biasa aja kali nyet, sokin Cafe biasa.

Tito: 10menit lagi gue kesana.

Gue me-lock hp gue. Memejamkan mata sejenak. Mendengarkan lagu yang- Ahsudahlah. Gak sadar gue udah 4 jam disini kayak orang begok dengerin lagu galau, gue harap muka gue gak melas.

Cring...

"Oi." Panggil Tito.

Gue cuman mendongak kecil.

"Mumet gue dengerin Pak Adul ngoceh."

"Jangan curhat To."

"Tai. Eh betewe nih ya, tumben lo cabut. Katanya semenjak jadian sama Runa gamau bandel lagi, ngehe lu."

"Gue putus bro."

Tito diem sesaat sebelum dia ngehela nafas.

"Hah, jadi bener cowo yang kemaren itu selingkuhannya."

Tunggu.

Apa?

"Cowok?"

"He'eh, gue kemaren ke GI nongki bareng sepupu gue. Eh gue liat Runa lagi rangkul rangkulan lah, pegangan tangan lah. Bagus deh kalo lo udah mutusin dia."

"Masalahnya to, dia yang mutusin gue."

---------

[A/N]

Hai hai maaf baru update, cerita ini sedang di rangkai hehehe. Semoga kalian suka yaa sama Chapter ini.

Never Be AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang