Titan terakhir sudah di bunuh oleh Corporal Levi, bahkan obat-obatannya juga sudah dimusnahkan. Menurut dugaan Hanji, tidak ada lagi titan yang tersisa--entah bagaimana dia memeriksanya. Kini telah lahir dunia baru tanpa titan--setidaknya itu menurut pikiranmu.
Hanji berlari dari kejauhan, kemudian menubruk dan memeluk Levi. Bukan hanya Hanji, tapi Jean, Eren, Sasha, Connie, juga begitu.
"Akhirnya! Selamat corporal! Titan terakhir sudah mati." Kira-kira begitu isi sorakan mereka semua saat berdesakan memeluk Levi.
Kamu hanya melihat adegan itu di kejauhan, sambil menggenggam pedangmu yang ternodai darah. Kamu tidak ikut acara pelukan yang mengharukan itu. Entah kenapa kakimu tidak mau berjalan ke arahnya. Padahal hubunganmu dengan Levi cukup dekat selama ini.
Kamu merasa Levi dan dirimu berbeda kasta. Walau begitu, kamu sangat kagum dan hormat padanya. Sesekali dia mengajakmu ngobrol, akibat sikapmu yang aneh, suasana tiap kali kalian mengobrol jadi tidak santai dan canggung.
Tapi di dalam hatimu, kamu tetap ikut bahagia untuk keberhasilan Levi.
Dari jauh, kamu menangkap mata levi bertatapan denganmu walau hanya sepersekian detik. Dan entah kenapa jantungmu berdetak lebih kencang. Mungkinkah kamu takut di hukum karena tidak ikut menyorakinya?
Kamu tetap tidak tahu alasannya.
Setelah acara peluk-pelukan berakhir--itu karena Levi yang menyudahinya--semua disuruh kembali ke markas untuk merayakan hal ini.
Kamu berjalan menuju markas sendirian, terpisah dari grup heboh itu. Tiba-tiba sebuah tangan menepuk pundakmu dari belakang. "Sendirian saja?"
Kamu menoleh. Tampak Mikasa juga berjalan sendirian. "Ya, begitulah. Kau sendiri?"
"Eren sibuk merayakan keberhasilan, jadi... aku sendiri," kata Mikasa, ia membetulkan syal merahnya.
Kalian berdua jalan dalam diam hingga sampai markas.
"Connie! Kembalikan kentangku!" Sasha kejar-kejaran dengan Connie. Mereka selalu begini tiap jam makan tiba. Tawa terdengar di sana-sini dan ruang makan pun selalu bising. Di meja makan, kamu duduk bersampingan dengan Mikasa.
Di ujung meja, kamu melihat Corporal Levi. Lagi-lagi kalian saling bertatapan, dan kamu berusaha tersenyum kecil. Pada akhirnya, Levi tidak sempat melihat senyummu, karena ia langsung mengalihkan pandangan.
Selesai makan, kamu mau kembali ke kamarmu. Tapi tiba-tiba ada yang mencekal lenganmu dari belakang.
"Hei!" Menyikut perutnya, kamu langsung berbalik memandangnya. Itu Corporal Levi. Sontak kamu kaget, dan jantungmu berdetak nggak karuan, seakan ingin keluar dari tempatnya.
Kamu menunduk malu. "Um, maafkan aku, Corporal! Lagian kau sedang apa, sih?"
Levi memegangi perutnya. "Dasar idiot." Dia kemudian menarik lenganmu dengan sedikit kasar. "Ikuti aku, sini."
Kamu menurut mengikutinya. Takut jika memberontak itu akan memperkeruh suasana. Ternyata ia membawamu ke atap.
"Kenapa membawaku ke atap?" tanya dirimu keheranan. Kau berusaha tidak terlihat canggung di hadapannya. Kau juga menghindari kontak mata dengannya, entah kenapa itu tidak baik untuk kondisi jantungmu.
Levi menunjuk atas.
Bintang. Betapa pemandangan saat ini sangat indah. Pemandangan terindah daripada membunuhi titan atau melihat teman di makan titan setiap hari. Para gemintang itu seakan menari-nari di kabut tipis malam, dan bulan bercahaya lembut.
Kamu menuju tepi bangunan, dan duduk disana. Levi duduk di sebelahmu. "Kau suka?"
Kamu mengangguk dengan antusias, sudah melupakan detak jantungmu yang kacau itu dan menatap bintang yang berhamburan di atas sana. Lalu tiba-tiba matamu menangkap sesuatu. Bintang jatuh. Kau langsung menunjuk ke arah bintang jatuh tersebut seraya berkata, "Hei lihat! Bintang jatuh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Last [levi x reader]
FanfictionKamu dan Levi mengamitkan jari kelingking. "Janji?" "Janji." Dapatkah Levi memenuhi janjinya? *** Nggak tau mau ngetik apa lagi. Kasi kritik saran, yak. Terima kasih. P.s: ini authornya trlalu coeg sampe gabisa bikin summary.