Levi x Reader [special Request] #AU

7.8K 542 267
                                    


Levi x Reader [Special Request] #AU

• S E M U •

-Warning, bahasa terlalu begitulah. Dan pergantian POV cuma dikasi tanda **oOo** nggak dikasih tau POV siapa. Selamat mikir.-

Request from: Vessalius04
Sekalian sebagai ucapan terima kasih karena udah dibuatin 'Never Let Go' seniat itu :"

Hadirmu ibarat pagi buta, ibarat embun yang lulur membasahi daun talas, ibarat kicau burung gereja, dan hilangmu bagai malam petang, bagai bulan mati, bagai laut pasang.
-Cendarkna, Klandestin-

**oOo**

Aku seorang pengembara. Setidaknya boleh disebut begitu. Sejujurnya aku tak tahu-menahu apa sebutan yang pas untukku. Memangnya apa sebutan yang tepat untukku?

Ketika hari berganti, aku seringkali berada di berbagai macam tempat yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Seperti misalnya beberapa waktu yang lalu: aku berada di pinggir jurang. Sungguh, sangat pinggir hingga jika aku berani melangkah maju walau sesenti, kegelapan pekat beserta malaikat kematian akan mengecupku dengan mesra.

Dan ketika hari lengkap malam, seakan terbius oleh sesuatu, sekelilingku menjadi gelap dan--voila! Tubuhku sudah berada di antah berantah. Hebatnya lagi, waktu berlalu dengan cepat. Karena siang langsung menyambutku setelahnya.

Terkadang aku merasa bahwa aku ini penyihir atau sejenisnya. Bagaimana mungkin aku bisa berpindah dari tempat yang satu ketempat yang lainnya (dan percayalah, aku yakin jaraknya pasti jauh. Karena aku pernah merasakan panasnya terik matahari di padang pasir dan dinginnya salju dalam waktu dua hari saja) dalam waktu semalam? Mustahil.

Kelebihan ini kudapatkan secara tiba-tiba sejak lima bulan yang lalu. Selama lima bulan itu aku terus berpindah-pindah tempat, mengelilingi dunia. Melihat keindahan sang Ibu pertiwi. Embunnya di pagi hari yang membasahi dedaunan dan rerumputan, gemericik air sungai yang jernih, cicitan ria para burung, tingginya para gunung, dingin dan putihnya salju, guguran daun yang memerah dan masih banyak lagi yang jika kusebutkan tidak akan pernah selesai.

Andai mata bisa menjadi kamera....

Aku pernah bertemu dengan banyak orang—berbagai macam jenis malahan—tapi... tetap saja itu tak menghilangkan rasa kesepianku. Tak jarang aku menyapa mereka yang berpapasan denganku, tak pernah mereka menjawabnya. Aku sering berada di keramaian, dan tetap merasa sepi. Seakan semuanya tidak menyadari eksistensiku. Apakah manusia masa kini memang sesombong itu?

Tidak. Bukannya mereka sombong. Aku tahu persis apa yang sebenarnya terjadi dengan diriku. Dan aku belum bisa menceritakannya sekarang.

Tapi dia berbeda. Aku bertemu dengannya sebulan yang lalu.

Sungguh satu bulan yang indah.

Hari itu, aku tersadar di sebuah tempat yang indah sekaligus suram. Menikmati kesendirian dengan menyatu bersama angin—membiarkan kesepian terbawa embusan sepoi-sepoi angin, aku duduk di bangku kayu pinggiran taman yang sepi. Kuhirup aroma sore dalam-dalam. Taman ini hanya berisikan beberapa bangku panjang, bangku dan meja batu, petak bunga kecil, air mancur, dan sebuah ayunan lapuk.

Lumut-lumut menghiasi bangku dan meja batu yang ada di tengah taman. Air mancur batu yang tidak menyala itu juga dihiasi lumut. Tanaman rambat tak lupa menambah keindahannya. Taman ini memiliki keindahan dan kesuramannya sendiri.

Last [levi x reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang