Kamu berangkat ke sekolah pagi-pagi sekali. Bahkan matahari pun belum muncul di cakrawala. Suara burung dan segarnya udara pagi tidak menambah semangatmu dalam hal pergi ke sekolah. Kenapa? Karena itu sekolah.Salju-salju ini mewarnai sepanjang perjalananmu. Hingga kamu harus memakai syal dan sarung tangan.
Alasanmu berangkat sepagi itu adalah; 1) kamu harus piket pagi 2) kamu kebagian jadwal membersihkan ruang osis 3) mencontek pr pada teman.
Oke, lupakan nomor tiga. Itu hanya bercanda walau benar, sih.
Tak bisa kamu bayangkan harus mengepel di udara sedingin ini.
Suasana sekolah di pagi hari sangat sepi--sudah pasti. Kamu masuk ke ruangan osis dan mulai merapikan seluruh berkas-berkas dan data-data yang berserakan di meja.
Lepas itu, kamu menyapu seluruh sampah dan debu, lalu mengepel. Sekejap saja, semua pekerjaan selesai.
Kamu meletakan kain pel tersebut, lalu berbalik ingin ke luar ruangan. Kau lupa bahwa lantai masih licin, hingga akhirnya kau tergelincir.
Kamu sudah menutup matamu dan menantikan rasa sakit yang datang akibat terpeleset, tapi sebuah tangan hangat menahan tubuhmu.
"Bodoh." Orang itu langsung berjalan menuju meja ketua osis. Meletakan segala berkas-berkas dan data-data entah apa di mejanya.
Matamu mengikuti gerak tubuhnya, hingga ia sadar dan kembali menatapmu. "Apa?" katanya, sambil memberikan death glare terbaiknya--walau memang biasanya dia seperti itu.
Kamu segera tersadar atas apa yang kamu lakukan. "Err, terima kasih. Atas yang tadi."
Kamu berjalan menuju ke luar ruangan osis, tapi langkahmu terhenti di ambang pintu karena sebuah suara. "Kau membersihkan ini semua sendirian?"
Kamu berbalik, menghadapnya. "Begitulah. Memangnya kenapa?"
"Bagus."
Aneh, pikirmu.
***
Pelajaran dimulai. Kamu memperhatikan guru dengan sangat serius, itulah yang menyebabkan nilaimu selalu tinggi. Apalagi kamu dikenal oleh seluruh warga sekolah. Bahkan anak sekolah lain pun juga tidak sedikit yang mengenalmu.
Selain karena kecantikan fisikmu, kamu juga dikenal orang karena statusmu sebagai wakil ketua osis. Kenapa wakil? Entah, kau tidak mungkin bisa menyaingi kepopuleran si Ketua Osis yang sekarang.
"[name]?" Gurumu memanggil. "Coba kerjakan nomor 5 di papan."
Dengan malas, kamu maju ke depan lalu mengerjakan soal--yang bagimu sangat mudah--sulit itu.
Bel pulang berdering nyaring. Terdengar teriakan para murid di beberapa kelas. Dengan tenang, kamu segera jalan ke arah ruang osis.
Di sana, para anggota sudah berkumpul, hampir lengkap.
"Ng, kenapa semua berkumpul?" Kamu bertanya dengan nada datar, seperti biasanya. Imejmu di sini selalu bersikap tenang, dan menunjukan wajah tegas. "Memangnya ada apa?"
Sang Ketua Osis angkat bicara. "Oi, kacamata, jelaskan."
Sekretaris Hanji berdeham. "Dasar Levi." Ia menoleh ke arahmu sambil membacakan isi kertas yang sedang dipegangnya. "Tanggal 24 Desember kita akan mengadakan pesta natal. Itu akan jatuh dua minggu lagi. Kita harus mempersiapkan alat musik, makanan, musik, dan lain-lain."
Kamu mendengarkan penjelasan, sambil berjalan ke arah kursi wakil ketua osis, ada tepat di sebelah kanan ketua osis. "Dananya bagaimana?"
"Nah, itu yang kita permasalahkan." Hanji merapikan kertas-kertas tersebut. "Apalagi untuk ukuran sekolah elite begini, kita juga akan menyiapkan acara dansa dan kalau bisa dibarenhi pesta topeng."
KAMU SEDANG MEMBACA
Last [levi x reader]
FanfictionKamu dan Levi mengamitkan jari kelingking. "Janji?" "Janji." Dapatkah Levi memenuhi janjinya? *** Nggak tau mau ngetik apa lagi. Kasi kritik saran, yak. Terima kasih. P.s: ini authornya trlalu coeg sampe gabisa bikin summary.