Tomoe dan Hikari semakin lama semakin dekat, tiap hari mereka selalu berjalan bersama ketika pulang sekolah. Karena mereka sekarang sering bersama, berangkat sekolah bersama, makan siang bersama, belajar bersama, dan pulang bersama, Tomoe memberanikan diri untuk mengajak Hikari jalan-jalan di salah satu mall di Tokyo. Saat pulang sekolah di tengah perjalanan, "Hikari, apa kau ada waktu hari Sabtu nanti?" Tanya Tomoe. "Kurasa tidak ada, kenapa memangnya?" Jawab Hikari. "Ya.. tidak apa-apa sih. Kau mau tidak jalan-jalan di Tokyo bersamaku Sabtu ini? Nanti kujemput di rumahmu dan kita naik kereta ke sana." Tanya Tomoe lagi. "Umm.. baiklah, ayo kita ke Tokyo. Aku juga bosan di rumah, nanti aku akan minta izin ke ibu dulu." Jawab Hikari meng-iyakan. Saat itu jantung Hikari dan Tomoe berdegup kencang, mereka pun melanjutkan perjalanan pulang mereka. Seperti biasa, mereka tiba di rumah Hikari terlebih dahulu. "Baiklah, aku masuk dulu ya, Tomoe. Hati-hati di jalan ya." Kata Hikari. "Sampai jumpa besok." Tomoe pun kembali ke rumahnya.
"Kau akhir-akhir ini dekat sekali dengan lelaki itu." Kata ibu Hikari. "Ah.. iya bu, dia teman baikku di kelas, kadang kami makan siang bersama, kita bertemu secara tak sengaja lho bu." Jelas Hikari dengan wajah senang. "Oh ya? Bagaimana memangnya?" Tanya ibu Hikari. "Pada saat aku menunggu kereta untuk ke sekolah, ia lari seperti orang terburu-buru dan menabrakku dan langsung pergi, ya memang dia minta maaf sih bu, tapi dia langsung saja pergi. Lalu tanpa tau apa-apa, tiba-tiba kami menjadi teman sekelas. Awalnya aku diam saja dan cuek dengannya, tetapi lama-lama aku dan dia jadi dekat." Cerita Hikari pada ibunya. Ibu Hikari hanya tertawa singkat dan berkata "ternyata anakku sedang jatuh cinta. Pipimu memerah, Hikari.". "Apa?! Jatuh cinta? Tidak bu, kami hanya teman dekat saja!" Kata Hikari dengan tegas.". "Ya sudahlah kalau begitu, cepatlah cuci muka dan tidur." Kata ibunya. "Baiklah bu. Oya, Sabtu nanti aku jalan-jalan ke Tokyo ya bersama Tomoe. Boleh ya?" Tanya Hikari. "Boleh saja." Kata ibunya menyetujui. Kemudian Hikari mencuci muka dan tidur.
Hari Sabtu telah tiba, hari ini Tomoe dan Hikari akan jalan-jalan di Tokyo. Hikari sedang bersiap-siap di kamarnya, ia bingung akan memakai baju apa. Akhirnya dia memakai celana pendek dan sweater karena udara dingin diluar. *ding dong* bel rumah Hikari berbunyi. "Hikari, temanmu sudah menunggu di luar. Cepatlah turun." Teriak ibu Hikari dari lantai bawah. "Iya bu, sebentar." Kata Hikari. Setelah Hikari sudah siap, ia pamit pada ibunya dan pergi bersama Tomoe ke Tokyo. Sesampainya disana "kita mau kemana, Tomoe?" Tanya Hikari. "Entahla, kita jalan-jalan saja di Tokyo. Mengelilingi kota juga tidak apa-apa, asal kau kuat sih. Aku tak akan kuat menggendongmu seharian. Hehe." Kata Tomoe dengan raut muka konyolnya. "Ih! Siapa juga yang mau digendong. Aku tidak seberat itu tau!" Kata Hikari dengan raut muka kesalnya. "Iya-iya, aku hanya bercanda. Kau sudah lapar belum? Kita makan yuk, setauku di dekat sini ada restoran ramen yang enak." Ajak Tomoe. "Iya aku lapar, ayo kita makan!" Kata Hikari yang sangat senang hingga tak sengaja menggandeng tangan Tomoe. "E-eh, Hikari.. kau tak apa?" Tanya Tomoe heran. "Ehh? Ada yang salah kah?" Tanya Hikari dengan raut wajah bingung. "Tanganmu." Kata Tomoe. "Eh? Tanganku? Kenapa tang- AAAAAAAA!!!!! Maafkan aku!! Aku tidak bermaksud! Ini tidak seperti yang kau-" tiba-tiba saja Tomoe merangkul Hikari yang mukanya sudah memerah itu dan berkata "sudah tidak apa-apa, hehe!". Hikari hanya terdiam dan mukanya memerah karena malu tetapi tidak melawan perlakuan Tomoe sedikit pun. Tak lama berjalan, mereka sampai di restoran ramen dan duduk di pojok karena keadaan restoran yang sangat ramai. Disitu mereka memesan ramen dan bercerita tentang masa lalu mereka. "Eh, Hikari. Kalau aku boleh tau, kemana ayahmu? Perasaan tadi yang kulihat hanya ibumu." Tanya Tomoe. Hikari terdiam dan terlihat tertekan karena pertanyaan tersebut. "Ayahku meninggal saat aku kecil." Katanya pelan. "Oh, maafkan aku, Hikari. Aku tak tau." Kata Tomoe sambil menggenggam tangan Hikari. "Kalau keluargamu, bagaimana Tomoe?" Tanya Hikari. "Tak jauh beda denganmu, ayah dan ibuku meninggal saat usiaku 12 tahun. Sejak itu aku hidup sendiri di rumahku yang sekarang." Jelas Tomoe. "Maafkan aku, aku juga tak tau. Ternyata kita ada kemiripan." Kata Hikari. "Jadi, selama ini kau belajar dengan keras, untuk apa?" Tanya Hikari. "Karena aku hidup sendiri, aku tau aku harus bekerja keras. Aku belajar dengan tekun agar aku bisa mendapatkan pekerjaan yang baik." Kata Tomoe. "Oh, begitu. Tapi, kau tak perlu berjuang sendirian." Kata Hikari. "Maksudmu?" Tanya Tomoe. "Untuk mencapai sesuatu yang kita inginkan, memang harus dengan usaha yang keras. Tetapi, kadang kita menemukan beberapa masalah yang ada dalam usaha kita itu. Disaat masalah itu tidak bisa kita tangani, kita membutuhkan orang lain untuk membantu kita." Jelas Hikari saat ia bersandar pada bahu Tomoe. "Benar katamu, aku memang membutuhkan bantuan orang lain. Oya, kembali ke permasalahan tadi. Kalau boleh aku tau, mengapa ayahmu meninggal?" Tanya Tomoe. "Ayahku, meninggal saat pergi ke Indonesia untuk rapat kerja disana. Pesawat yang ia naiki jatuh karena cuaca yang sangat buruk. Aku dan ibu sangaf sedih, kami tak bisa berhenti menangis. Bahkan sampai sekarang, masih aneh rasanya tidak bersama ayah lagi. Kalau ayah dan ibumu, mengapa mereka bisa meninggal?" Tanya Hikari. "Ayah dan ibuku meninggal saat kami pulang dari gunung naik mobil. Saat itu hari sudah malam dan hujan deras, mobil kami terpeleset dan kehilangan kendali. Mobil kami pun menabrak pagar dan terbakar, ayah langsung keluar dari mobil dan menyelamatkanku duluan karena ibuku pingsan di mobil. Saat ayah kembali untuk menyelamatkan ibu, mobil meledak dan melenyapkan nyawa ayah dan ibuku." Jelas Tomoe. "Begitu ya, kau mau tambah minum tidak? Kalau tidak, ayo kita pulang, sekarang sudah mulai gelap. Ibu akan khawatir jika aku pulang malam." Kata Hikari. "Baik kalau begitu, ayo kita pulang saja." Kata Tomoe.
Sesampainya di rumah Hikari, Tomoe teringat akan perkataan Hikari dan bertanya, "Hikari, kau tadi kan berkata bahwa aku membutuhkan orang lain untuk berjuang. Em.. apa kau-" sebelum Tomoe menyelesaikan kalimatnya, Hikari memeluk Tomoe dan berkata, "iya, aku akan berjuang bersamamu sebagai kekasihmu." Tomoe memeluk Hikari dan berkata, "terima kasih, Hikari. Aku berjanji aku akan menjagamu lebih lagi mulai sekarang. Aku mencintaimu.". "Aku mencintaimu juga, Tomoe." Kata Hikari. "Mulai sekarang, mari kita berjuang bersama ya." Lanjut Hikari. "Baiklah, mohon kerjasamanya." Kata Tomoe. Hikari pun masuk ke dalam rumahnya dan menceritakan semua yang ia lakukan bersama Tomoe hari itu kepada ibunya. Hikari sangat senang karena dia telah menjadi kekasih dari orang yang bisa menerima dirinya. Tak lama kemudian, Hikari mencuci muka dan tidur dengan nyenyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Love Story
RomanceIni adalah cerita tentang seorang gadis muda di suatu SMA di Jepang. Nama gadis tersebut adalah Hikari, ia adalah anak yang baik, rajin, dan cantik. Ia sering sekali mendapatkan nilai bagus di mata pelajarannya terutama biologi karena ia ingin menja...