Sejak kedatangan pria itu, hati alexa menjadi tidak tenang. Ketakutan memenuhi hatinya. Ketakutan untuk menghadapi bahwa dia akan datang kembali menemuinya.
Pria yang pernah dia cintai melebihi hidupnya.
-----------------------------------------------------------"Lex, aku sebenarnya suka kamu" ucap pria tersebut.
"Aku juga suka kakak sebagai kakak aku" ucap alexa.
"Kakak menyukaimu bukan sebagai adik, tapi sebagai seorang perempuan"
Ucapan itu membuat bibir alexa melengkungkan senyuman indah. Namun, senyum itu langsung menghilang. Mengingat bagaimana keadaan yang dia hadapi dengan pria tersebut.
Perbedaan usia yang terpaut jauh adalah salah satu yang menghalangi cinta mereka.
Terlebih lagi, pria tersebut telah mempunyai tunangan.
Orang tersebut mempunyai orang yang telah ia cintai dan yang mencintainya juga.Alexa tak mungkin dapat berada di tempat perempuan itu sekarang.
"Kakak kan sudah mempunyai kak Dinda. Tunangan kakak." Ucap alexa.
Pria itu tertegun dan menjawab.
"Maafkan kakak karena kakak mencintaimu. Maafkan kakak sudah menduakan hati kak dinda. Tapi kakak tidak bisa memungkiri bahwa kakak mencintaimu lex"
Semenjak itu, hubungan mereka menjadi menjauh.
Tapi cinta alexa kepada pria itu semakin dalam dan dalam.
-----------------------------------------------------------
"Malam pak" ucap alexa menjabat tangan pasien yang masuk ketempatnya bekerja.
"Malam dok" pria itu membalas jabatan tangan alexa
"Sudah lama ga dateng pak, hari ini mau dibersihkan lagi pak?" Ucapnya kepada Deo Ariwani, pasien pertamanya disaat dia sudah mendapat gelar dokter gigi. Pria ini telah menjadi pelanggan tetap alexa.
"Dok, saya mau di.. Erhm.. Apa itu dok yang sekarang lagi jaman"
"Mau di veener pak?" Tebak alexa.
"Nah iya dok, saya mau di veener dong. Biar muka ganteng gigi juga ganteng"
Alexa tertawa renyah mendengar gurauan pasiennya satu ini.
"Ayo pak, saya lihat dulu giginya. Duduk dulu ya pak"
Alexa mempersilahkan pasiennya untuk duduk di kursi tempat dia akan bekerja.
Saat dia mengambil kartu pasien Deo, dengan tidak sengaja alexa membaca kartu pasien dibawahnya.
Ricky leonardo.
Leo.
Pria itu.
Yang datang kepada alexa beberapa waktu lalu.
Yang menghantuinya selama bertahun-tahun itu datang kembali seperti janjinya kepada alexa.
Alexa yang sedang kaget memanggil salah satu suster yang membantunya.
"Sus, apa orang ini sedang menunggu didepan? "
Suster yang kebingungan mengintip dari jendela kecil yang ada di pintu pembatas ruang kerja dokter dan tempat menunggu.
"Ada dok, yang tinggi dan berkacatama" ucap suster yang sering ia panggil Nia.
Seketika itu, pikiran alexa menjadi kosong namun langsung dia mengingat bahwa dia masih mempunyai pasien yang harus dia urus.
"Oke pak saya lihat dulu giginya ya"
Selama berbincang dengan pasiennya, alexa merasa gusar dan takut untuk menghadapi orang yang sejak tadi menunggunya.
Tak terasa keringat dingin menetes di pelipis alexa.
Deo yang sedari tadi memperhatikan alexa langsung bertanya,
"Dokter sakit? Sepertinya saya lihat dokter keringetan, padahal ni tempat dingin banget."
Alexa yang mendengar perkataan itu langsung mengambil tisu dan mengeringkan pelipisnya.
"Ah astaga, kok keringetan" alexa tertawa getir.
Dia tak ingin memberikan kesan bahwa dia sedang dalam kesusahan." mungkin saya kedinginan saja pak. "
"Oh ya dok, kan saya mau nanya-nanya lagi soal veener, saya boleh minta nomor dokter?"
"Dengan senang hati pak haha" alexa memberikan nomornya kepada deo.
" minta line, bbm, sama instagram dokter boleh?" Deo tertawa dan diiringi tawa alexa pula.
"Search aja nama saya tanpa spasi ya"
"Yaudah deh dok, sepertinya masih ada yang nungguin dokter. Saya pamit dulu dok. Ditunggu ya kabar veenernya"
Alexa menjabat tangan Deo sambil berfikir bahwa dia harus menghadapi orang itu lagi.
Suster mempersilahkan Leo masuk ke tempat praktek.
"Selamat malam bapak, apakah ada yang bisa saya bantu?"
Alexa menanyakan hal itu karena dia adalah seorang dokter profesional. Dia tak ingin membuat tempat kerjanya menjadi tempat untuk bermain-main.
"Alexa. Aku ingin berbicara empat mata denganmu" leo membuka suara.
Suster yang sedang membereskan peralatan langsung melihat alexa. Alexa meminta suster untuk tetap di ruangan tersebut.
"Kalau ada yang ingin dibicarakan, silahkan sekarang saja pak. Tidak perlu harus berdua." Alexa memaksa dirinya untuk tersenyum.
"Alexa, aku minta tolong. Maafkan ak.."
"Bapak, apabila bapak tidak ada kepentingan dengan kesehatam gigi bapak. Saya mohon bapak untuk keluar" alexa berkata dengan cepat namun tetap terdengar sopan.
"Apasih yang susah dengan ngobrol sebentar xa. Aku minta tolong"
Leo memegang tangan alexa.
Alexa langsung melepaskan tangannya."Bapak, ini tempat saya bekerja. Saya tidak ingin membuat keributan. Saya seorang dokter professional."
Alexa hampir saja menitikan air mata, saat dia melihat ditangan Leo ada sebuah cincin yang melingkari jari manisnya.
Ternyata dia sudah bahagia ya, pikir Alexa.
"Oke xa. Mungkin kamu belum siap bertemu denganku. Tapi aku harap, beberapa waktu lagi kamu siap. Aku mau menyelesaikan semuanya."
Hati alexa semakin tersakiti. Apakah orang yang didepannya tidak mengetahui bahwa dia telah menyakiti hatinya.
"Pergi leo.. Pergi.."
Leo mengingat satu hal tentang alexa. Apabila alexa memanggilnya dengan nama, maka alexa sudah sangat-sangat marah.
"Oke.. Aku minta maaf. Mungkin kamu belum siap ketemu aku.. Maafin aku xa."
Leo berdiri dan melihat alexa yang menundukan kepalanya lalu pergi keluar.
"Dok, dokter gapapa kan?"
Nia mendekati alexa.
Alexa menghapus air yang hampir menetes dari matanya.
"Engga kok sus. Aku pulang dulu ya sus."
Alexa mengambil barang-barangnya dan melambaikan tangan ke Nia dan masuk kedalam mobilnya.
Dia mengendarakan mobilnya ke apartemen yang diberikan orangtuanya.
Alexa menghempaskan diri di sofa dan menangis.
"Tuhan, apakah aku harus menggali luka lama lagi? Apakah aku harus terluka untuk kedua kalinya?"
Ia mencurahkan semua kesakitan dihatinya dan airmatanya membawa ia tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time to Heal
Любовные романыTragedi masa lalu yang mempertemukannya dengan masa depan.