CATATAN KAITO KUROBA : PEMBUNUHAN KEDUA

892 72 12
                                    


"KAITO!!! OHAYOU!!!" Pekikan dihari minggu benar-benar sangat dibenci oleh Kaito Kuroba. Sialnya lagi, dia pun dengan mudahnya bangun hanya karena teriakan tetangga sebelahnya.

'Nanda yo, kono onna...' Batin Kaito dengan bermalas-malasan menyahut matahari yang memang kebetulan menyinari kamarnya. Bersamaan dengan alarm akhir pekannya. Ya, Aoko, mantan pacarnya. Kebetulan mereka tinggal bersebelahan.

"AOKO!!! Ini masih pagi. Masih jam 7 bahkan."

"Sou... Ini memang sudah pagi, Bakaito. Bukannya masih pagi. Jaa, bagaimana dengan sarapan dirumahku?"

"Tidak, terima kasih. Aku akan makan sarapanku, SENDIRI."

"Demo,... Kaito..."

"Tidak apa-apa, Aoko. Kamu tidak perlu khawatir dengan sarapanku. Jaa naa, Aoko."

"..." Aoko hanya bisa diam melihat tingkah teman masa kecilnya tersebut.

Kaito segera melaksanakan apa yang sudah dia katakan pada Aoko. Meskipun sudah berstatus mantan, Kaito masih mencintainya sepenuh hati-masih ingin bersama Aoko-meskipun itu hanyalah sementara.

'Aku tidak ingin menggangumu lagi, Aoko. Hanya itu. Selain itu, tidak ada lagi. Kalau aku selalu dekat denganmu, maka...'

Lamunan Kaito pun buyar setelah dia menyelesaikan acara memasaknya. Untungnya dia melamun tetapi sadar bahwa dia sedang memasak.

'Maka, ada seseorang yang akan marah kepadaku. Dan aku tidak mau berurusan dengan orang itu.'

Dan kebetulan dia sedang mengiris atasan untuk makanannya. Secara otomatis dia menghentikan acara mengirisnya. Pisau yang digunakan untuk mengiris malah berpindah tempat. Dari tangannya ke meja. Ya, dia menusukkan pisau itu ke meja, seakan meja itu adalah musuh terbesarnya. Dia sedang memikirkan sikap Hakuba semalam, yang dengan santainya dia berselingkuh dengan Ran.

'Aku harus memberitahunya.'

Sore itu pun dia memilih untuk mendatangi tetangga sekaligus temannya tersebut.

"Aoko, aku ingin berbicara sesuatu, ini penting. Tapi aku hanya sebentar."

"Jaa, Kaito... Nanda? Yang ingin kamu katakan. Jangan-jangan kamu merindukan masakanku... Desho???" Goda Aoko.

"Bukan seperti itu, barou!" Dengan nada sedikit kesal akan godaan Aoko.

"Jaa, nanda?" Wajah Aoko malah mencerminkan suatu raut wajah penasaran.

Aoko dan Kaito pun mengambil tempat berbicaranya di ruang makan. Aoko dengan senang hati segera membuatkan Kaito coklat panas kesukaannya.

"Aoko... Percaya, tidak percaya terserah. Tapi ini yang aku lihat. Dengan mata kepalaku sendiri."

"Apapun yang Kaito bicarakan, Aoko percaya dengan Kaito."

"Baiklah... Kemarin, Hakuba pergi dengan seseorang. Dan seseorang itu adalah orang yang kita kenal. Yaitu Ran."

"Uso... Sonna... Tidak mungkin Ran-chan yang menjadi pacarmu berjalan dengan Hakuba yang menjadi pacarku."

"Sebenarnya aku pun tidak mau memercayai apa yang aku lihat tapi, memang itulah kenyataannya."

Aoko masih kaget mendengar pernyataan teman kecilnya. Aoko masih percaya dengan Hakuba yang sangat sayang plus protektif dengannya. Tapi, pernyataan teman yang sekarang didepannya membuatnya mematung seketika.

"Aoko aku sudah selesai dengan keperluanku. Jaa naa, Aoko."

"Matte, Kaito. Apakah seperti itu yang benar-benar Kaito lihat semalam kemarin?"

Bug Eaten PsychedelismTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang