Prolog

84 6 6
                                    

"Lex sayang, nanti malam dinner ya " Suara seorang cewek yang duduk disebelahnya

Alexander Dewantara, duduk dengan kaki diatas meja. Rambut acak-acakan. Seragam keluar dan simpul dasi dibuat asal, sementara sahabat-sahabatnya duduk mengelilinginya. Tipikal badboy. Menatap cewek dirangkulannya, senyum miringnya naik

"Tentu, Fey"

Cewek itu tersenyum senang sambil mengeratkan rangkulannya pada Alex. Tapi Alex tidak peduli. Cewek itu hanya mainan kesekiannya. Dan Alex tidak peduli cewek itu adalah yang keberapa. Sama dengan yang sebelumnya, tidak ada rasa bagi Alex. Hambar. Monokrom.

Bagaimana tidak hambar, ketika seluruh rasa direngut dari mu oleh seseorang, membuatmu memandang dunia hanya dari pahit manis, hitam putih. Orang yang membuatmu percaya cinta itu bullshit. Orang yang sialnya justru kamu cintai

Alex menatap malas pada cewek disebelahnya. Mungkin beberapa jam lagi, Alex akan mencampakkannya. Ia mulai muak dengan obrolan membosankan yang masuk pendengarannya sejak seminggu yang lalu. Julian, sahabat Alex menatapnya tajam. Alex tahu, Julian pasti sudah mengetahui maksudnya. Alex mengedikkan bahu, membuat Julian memutat bola matanya, lalu berjalan ketempat duduk, bertepatan dengan masuknya Pak Dramawan kekelas. Alex memperbaiki duduk dan simpul dasinya, tapi geraknya terhenti ketika melihat sesosok tubuh berdiri dibelakang Pak Dramawan. Lagi, senyum miringnya naik

Sosok itu maju "Halo, perkenalkan. Saya, Riella Raihanandra. Pindahan dari Bandung"

Cewek itu mengedarkan pandangan. Hingga mata hijaunya bersibobrok dengan mata abu kelam Alex, sebuah senyum miring terukir di bibir tipisnya. Mereka bertatap lama, seakan dunia membeku. Hingga cewek itu memecahnya

"Senang bertemu lo, Alexander Dewantara" suara cewek itu dalam, bergaung ditelinga Alex, bahkan dikelas yang hening

Alex bangkit, berjalan pelan ke depan kelas. Aura dingin tak bersahabat menguar dalam tiap langkah Alex yang bergema, sedingin tatapan sengit sepasang mata itu

Dua langkah

Alex berhenti, tepat di hadapan cewek itu. Hening. Mata berbalas mata. Tangan berbalas tangan. Alex menyodorkan tangan, disambut oleh Riella. Sepasang tangan itu saling menggenggam, tetapi sesuatu tersirat didalamnya. Alex bersuara, dengan suaranya yang sedingin es

"Senang bertemu lagi, Ella"


=================

HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang