"Terus kau ingin apa?" tanya Harry yang sudah pasrah. "Aku ingin kita putus." jawab Derry, kekasihnya Harry. "K-kenapa? Memangnya aku salah apa?" tanya Harry. "Aku sudah mencintai orang lain, so go away!" ucap Derry lalu meninggalkan Harry.
Harry meremas kepalanya. Bagaimana dengan seenaknya dia berkata seperti itu? Harry tak habis pikir. Padahal Harry masih menyayangi kekasihnya, mantan kekasihnya tepatnya.
"Hey! Oh, c'mon! It's been two months ago, dan kau masih mengharapkannya?" ucap Louis sambil menepuk bahu Harry. "Bukan, aku tidak mengharapkannya tapi... hanya saja..." ucap Harry terpotong-potong.
"Oooh, aku lapaaarrr!" seru Niall sambil memegang perutnya. "Ssshhh!" desis Zayn. Niall langsung membuat wajah cemberut. "Dasar anak kecil!" ledek Zayn. "Aku bukan anak kecil!" elak Niall. "Buktinya saja kau cemberut!" ucap Zayn.
"Tapi kan aku sudah dewasa, sudah menyukai perempuan!" elak Niall. "Ooh, selama ini kau menyukai lelaki, hm?" goda Zayn.
"Astaga kalian ini, sudah tau sedang melankolis!" ujar Louis. Harry hanya tersenyum tipis melihatnya.
"I know your feeling." ucap Liam tiba-tiba yang masuk ke ruang latihan. "But you don't feel it." ucap Harry. "Aku pulang duluan, maaf." ucap Hary lalu beranjak dari kursi dan mengambil kunci mobilnya.
Harry berhenti di starbucks, karena dia haus. "Frappucino, Harry." ucap Harry tak lama ia menuju taman dekat flat-nya. Bisa dibilang taman itu cukup luas dan ada berbagai macam mainan anak-anak.
Selama ia menyetir ia masih membayangkan awal hubungan mereka. Hingga berakhirnya hubungan mereka. Siapa yang tidak sakit mendengar kekasih--maaf, mantan kekasihmu yang masih kau sayang berkata sudah tidak mencintaimu lagi?
Dengan wajah innocent? "I lost my trust on you." gumam Harry. Harry terlalu mencintai gadis itu, jadi dia terlalu sakit ketika gadis itu melukainya.
Bukan salah Harry, karena cinta itu datang lewat perasaan. Namanya juga jatuh cinta, pasti akan jatuh juga, bukan?
Harry memakirkan mobilnya dibawah pohon rindang. Ia turun lalu memejamkan mata, inhale-exhale. Lalu ia membuka matanya lagi, sedikit lebih tenang. Ia taman ini agar lebih dekat untuk pulang ke flat-nya.
Jika dia ke pub atau semacamnya, sampai flat dia akan diomeli habis-habisan. Dan telinga Harry sendiri sudah panas mendengarnya.
Harry duduk di ayunan sambil melihat ke sekeliling. Sepi. Sangat sepi. Tak lama ada gadis berjalan kearahnya. "Hai, Harry." sapanya. Dia masih berumur 8 tahun.
"Hai, Mama-mu sedang membuat kue?" tanya Harry. "Tidak, Mama sedang sakit." ucapnya. "Sakit apa, Kate?" tanya Harry heran, setahunya Ibu anak itu sehat-sehat saja. "Bukan dia terlalu capek, jadi aku yang menggantikannya membuat kue." ucap Kate. Terdengar nada bangga saat kalimat terakhir.
"Oh ya, tumben sekali kau kesini?" tanya Kate. "Aku sedang menenangkan diri saja." ucap Harry. Gadis kecil itu ber-oh panjang. "Oh ya, nanti kakakku akan kesini loh!" ucap Kate bersemangat. "Oh ya? Bukankah kau anak tunggal?" tanya Harry.
"Bukan, dari umur sepuluh tahun kakakku tinggal bersama paman-ku di Chicago." ucap Kate. Harry nodded. "Katanya dia perempuan." ucap Kate.
Hal yang disukai Harry dari Kate itu karena dia senang berceloteh dengan nada riang, sedih dan itu malah membuat Harry berpikir lucu cara berbicaranya.
Mata Harry menangkap yang Kate bawa sedari-tadi. "Itu buku apa?" tanya Harry. "Oh, ini buku sangaaat bagus! Kau harus membacanya! Tapi sayangnya aku belum selesai membacanya karena membuat kue!" oceh Kate.
"Boleh kulihat?" tanya Harry. "Tentu saja, sebenarnya aku sudah membacanya lima kali. Habisnya bagus sekali! Buku itu pemberian kakak saat aku berumur tujuh tahun, ia mengirimnya lewat pos udara! Dia baik sekali." oceh Kate sambil menyodorkan bukunya.
Tertera dengan sangat jelas dibuku itu berjudul; Peri Persahabatan.
Namanya juga buku anak-anak. Buku yang hard cover berwarna biru dan bergambar seorang peri bersayap membelakangi arah yang Harry lihat, hanya tampak punggung peri itu. Tanpa sadar Harry menyunggingkan senyum.
Harry membuka halaman pertama, terlihatlah gambar peri yang sedang melihat dua perempuan bertengkar ditaman. Benar-benar bacaan anak, pikir Harry.
Isinya peri yang mengembalikan hubungan itu. Seperti, dua anak perempuan bertengkar karena hal sepele karena peri itu mereka jadi bersahabat lagi. Konyol, sangat konyol!
Harry menguap. Bacaan anak memang terlalu berkhayal, sampai-sampai tidak masuk akal. Contohnya saja Rapunzel, kalau perempuan itu benar-benar ada, orang tuanya akan bangkrut karena akan membeli sampo untuk anaknya yang berambut panjang.
Atau misalnya Snow White, hanya karena memakan apel beracun dia pingsan dan dapat bangun dari pingsannya harus dicium pangeran tampan. Untung saja pilihannya harus pangeran tampan atau cinta sejati. Bagaimana kalau semua lelaki dipersilakan menciumnya? Hih...
Harry seperti ingin menjadi kecil lagi. Berkhayal semaunya yang tanpa batas. It feels like free as a bird.
Tapi sayangnya, waktu tidak dapat diulang. Ya, seharusnya dia tidak menyia-nyiakan masa kecilnya dan sekarang ia menyesal, walau tidak sepenuhnya.
Harry menguap lebar-lebar. Rasa kantuk memenuhi kepalanya. "Harry, aku pulang dulu ya!" terdengar samar-samar suara Kate sambil berlari ke flat-nya.
***

YOU ARE READING
The Story Book
FanfictionHarry Styles, salah satu anggota dari band terkenal yang bernama One Direction ini sedang mengalami patah hati karena putus dari kekasihnya. Tapi siapa sangka, perempuan bernama Tory ini dapat membuat Harry melupakan mantan kekasihnya. Tapi anehnya...