Tiga: Nyanyian penyesalan
Apakah aku bodoh? Percaya padamu begitu saja. Menerimamu begitu saja. Tanpa menuntut apa-apa. Menerima semuanya, tanpa basa-basi.
Apa aku harus memaksakan sebuah hubungan? Sepertinya aku harus memaksakan sebuah hubungan. Sebuah hubungan dengan status yang jelas.
Tapi, aku juga bahagia dengan istilah itu, istilah pasangan yang kau katakan. Istilah yang membuatku berbunga, walaupun bukan status yang jelas.
Tapi Tomo, mengapa kau tega melukaiku? Melukai hati pasanganmu. Melukai yang katanya akan kau lamar dengan bunga dan cincin paladium—karena kubilang, laki-laki tak boleh memakai perhiasan emas.
Tomo? Mengapa kau melupakan janjimu untuk tetap berada di sisiku? Semudah itukah kau menghilangkan rasa itu. Andai aku bisa mematenkan perasaanmu.
Tomo, bahkan aku tak sanggup melihatmu dari dekat. Maaf, aku terlalu sakit untuk itu. Melihatmu di antara bunga dan orang yang mengasihimu.
Aku tak sanggup mengatakan betapa aku menyayangimu. Aku tak sanggup menyampaikan terimakasih atas semuanya. Aku takut itu akan menyakitimu. Aku takut akan membuatmu sulit dengan masa depanmu. Walau aku masih belum bisa merelakanmu.
***
_
YOU ARE READING
Nyanyian
Historia CortaSatu: Nyanyian kenangan Dua: Nyanyian janji Tiga: Nyanyian penyesalan Empat: Nyanyianku pergi