KEDUA (hasil revisi)

3.7K 195 11
                                    

Paginya, aku bersiap siap untuk sekolah. Kejadian semalam membuat tidurku tak nyenyak dan membuat kantung mata hitam muncul dibawah mataku. Aku memoles bedak tipis di wajah untuk menyamarkannya.

Dari lirikan mata, kulihat Leona sudah siap dengan tas di gendongannya. Seragam putih dengan rok pendek hijau kotak kotak melekat pas ditubuhnya.

"Mela, aku duluan ya?", aku mengangguk singkat menjawabnya. Dia berlalu keluar kamar. Meninggalkanku yang masih berkutat di depan meja rias.

¥¥¥

Guru yang pertama masuk kelas adalah guru matematika. Namanya Pak Bon. Ets.. karena namanya Bon bukan berarti dia tukang kebon.

Pak Bon tersenyum menyapa seisi kelas. Lalu pandangannya berhenti menatapku. Ia mengisyaratkanku untuk berdiri ke depan kelas.

"kamu maju ke depan! Perkenalkan dirimu di depan teman temanmu!", aku mengangguk dan segera melangkah ke depan.

"Perkenalkan nama saya Pamela biasa dipanggil Mela, saya tinggal di kota ini juga.. saya dipindahkan karna orangtua saya yang sibuk bekerja, terima kasih", aku menolehkan kepalaku menatap Pak Bon. Memberi isyarat lewat mata jika aku sudah selesai.

"Ok bagus Mela.. jadi kita kedatangan murid baru, langsung saja kita mulai pelajarannya.. buka halaman 76".

Aku mendengus dan segera kembali ke tempat dudukku.

Apa apaan guru ini? Apa tidak bisa basa basi dulu? Dia bahkan belum menyuruhku duduk dan sudah menyuruh untuk membuka buku? What the hell?

Dasar tukang kebon!

Aku memfokuskan otakku pada pelajaran pertamaku ini. Aku tak mau hanya karna masalah Pak Bon yang tidak menyuruhku duduk menyebabkan nilaiku jadi jelek. Yang sekaligus bisa mencontreng namaku yang notabenenya masih murid baru.

Satu jam ini, benar benar kugunakan untuk mendengar celotelan pak Bon. Cara mengajarnya sungguh membosankan. Dia bahkan belum memberi tugas apapun.

Hanya terus bercerita tentang sejarah menghitung. Hah! Apakah sejarah menghitung akan keluar waktu ujian nanti?

Pelajaran matematika baru saja selesai lima menit yang lalu. Kali ini aku sudah berada di lorong kelas. Sekedar menengok ke kanan dan kiri.

Istirahat pertama ini sungguh membuatku merasa terasing. Aku bahkan belum mengenal siapapun di asrama ini selain Leona.

Oh. Jangan lupakan Dylon. Lelaki dengan senyum bodohnya yang kutemui kemarin.

¥¥¥

Butuh waktu 7 jam hingga pembelajaran hari ini benar benar selesai. Semua murid dibebaskan untuk keliling asrama atau kembali ke kamar.

Aku memutuskan untuk kembali ke kamar. Karena selain aku belum begitu mengenal asrama ini, aku juga tidak berminat untuk berkeliling.

"Hai Mela.. jadi nama panjangmu Pamela ya? Menurutku itu bukan nama panjang..", ucap Leona ramah. Atau lebih tepatnya sok ramah.

Dia mendudukan dirinya diujung kasur dan mulai melepas dasi kupu kupu hijaunya.

Ingin rasanya aku menjawab 'suka suka guelah! Yang punya nama kan gue! Ngapa lo? Gasuka?', tapi aku tidak mungkin mengatakannya. Itu akan terkesan tidak sopan dan tidak bersahabat.

"iya juga sih.. tapi itu kan pemberian orang tuaku jadi.. aku harus terima", aku membaringkan tubuhku di kasur. Sangat tidak berminat membalas perkataan Leona dengan semangat 45.

Kamar 333 (REVISI) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang