KEDELAPAN

2.8K 134 20
                                    

Aku mengerjapkan mataku beberapa kali.

Aku merasa asing dengan sekitar.

Dimana aku? Kenapa aku bisa disini? Tadikan aku dicekik sama.. oh, pasti makhluk itu yang membawaku..

Mau apa lagi dia?

Bagus! Ternyata kamu belum mati!

Aku sengaja tidak menghabisimu tadi, aku tak ingin ada yang mengganggu!

Suara tawa menyeramkan itu berhasil membuatku merinding

"Aww.. sakit sekali!", aku meringis saat merasakan kepalaku seperti berputar putar.

Hahahahahahahaha kamu takkan bisa selamat kali ini!!! Pahlawanmu itu tidak akan menolongmu! Bahkan sekarang dia tidak tahu bahwa kamu akan menemui ajalmu.

"Kamu pikir aku takut?! Bunuh saja aku kalau kamu bisa! Kamu itu hanya makhluk pengecut yang selalu bersembunyi dalam kamar.. apa istimewanya kamar itu sehingga kamu memilihnya untuk dijadikan tempat persembunyian murahan? Kamu juga tidak berani menemui Dylon! Kenapa? Karna kamu sudah dikalahkan Dylon", aku tak tahu aku dapat keberanian darimana sehingga aku bisa membentaknya.

Membentak dia yang bukan manusia.

Ini aneh..

Ternyata kamu berani melawanku.. kamu adalah orang ketiga yang berani menggertakku.. tapi itu takkan menghalangiku untuk MEMBUNUHMU!!!

Mampus! Seharusnya aku tidak berkata seperti itu!
Aku mencoba beranjak dari dudukku. Namun dia sudah terlebih dahulu mencekikku. Kali ini cengkramannya lebih erat.

Aku hanya bisa meringis pasrah.

Jika ini akhirnya maka aku akan terima. Jika aku memang ditakdirkan untuk mati di tangan makhluk yang sebelumnya tidak kupercayai kehadirannya maka aku ikhlas.

Rasa sakit itu menyeruak ke seluruh tubuhku. Aku memejamkan mataku perlahan.

Ini terlalu sakit bagiku. Aku pikir ini lebih baik daripada aku masih hidup dan terus tersiksa dengan teror menyebalkan ini.

Sekali lagi aku ikhlas.

Author POV

Seorang lelaki berlari mengelilingi sekolah. Wajah pucat mendominasi perasaan khawatirnya.

Sejak istirahat tadi Mela menghilang.

Dylon mengerang frustasi. Dia sudah mengelilingi sekolah ini berkali kali. Namum tetap saja dia tidak menemukan Mela.

"Kemana dia? Ah sialan!", umpat lelaki itu sambil meninju tembok yang ada dihadapannya.

Ponselnya berbunyi membuatnya mendecak pelan dan segera mengangkat panggilan itu.

"Apa?",

"...",

"Otw", tanpa aba-aba Dylon segera berlari menuju gudang sekolah.

Lelaki itu mendapat kabar dari Leona bahwa gadis itu menemukan Mela. Memang hanya gudang sekolah yang belum ia masuki.

Karna lelaki itu pikir, tak masuk akal jika ia harus mencari di gudang sekolah. Apalagi tempat itu terkunci.

Dylon mengatur nafasnya dan segera melangkah masuk ke dalam gudang.

Matanya membelalak sempurna saat menemukan Mela tergeletak tak berdaya di hadapannya.

"Apa yang terjadi?", tubuh Dylon menegang seketika.

Dia berjalan gontai menghampiri Mela yang sudah menutup matanya. Sementara Leona terisak di sampingnya.

"Ini semua salahku..", suara lirih milik Leona membuat Dylon menolehkan kepalanya menatap gadis itu.

Leona menceritakan semuanya pada Dylon. Sesekali gadis itu mengelap ingusnya yang mengalir.

Dylon mengeram saat cerita Leona berakhir.

"Jadi ini semua karna perbuatanmu? Dasar gila! Aku nggak nyangka ternyata kamu selicik ini! Psycho!", Dylon segera menggendong Mela keluar dari gudang.

Mengabaikan tangis Leona yang semakin menjadi jadi.

¥¥¥

Seminggu kemudian..

Dylon mengusap pelan nisan berwarna hitam yang ada dihadapannya. Senyum sendunya terukir tipis di sudut bibirnya.

"Dasar keras kepala! Seharusnya kamu menuruti kata kataku untuk tidak masuk ke kamar itu", Dylon tertawa hambar.

Pikirannya kembali berputar pada saat ia menghentakkan tangan Mela yang sudah menggenggam kenop pintu kamar 333.

"Seandainya waktu itu kamu ngejagain lebih ketat. Mungkin kamu masih bersamaku sekarang", lelaki itu menaburkan bunga sedikit demi sedikit di atas nisan hitam dihadapannya.

"Mela.. Aku mencintaimu..", Dylon mengerang frustasi.

"Maaf.. Aku baru mengatakannya sekarang.. Semoga kamu tenang disana..", Dylon menyunggingkan senyumnya dan segera beranjak meninggalkan makam.

Dia harus belajar merelakan Mela. Gadis yang belum sempat ia raih.

¥¥¥

Sampai sekarang belum ada cara untuk mengalahkan makhluk itu.

SELESAI

¥¥¥

hai para readers.. Bagi para readers yang ingin mengetahui alasan Leona yang menyalahkan dirinya karena kematian Mela, ayo baca sequelnya! Cek di work ya?

Sebenernya.. Alasannya sudah tertulis disini tapi sudah aku hapus.. Cerita ini aku revisi habis habisan.. Wkwk..

Habisnya aku geli sih sama bahasa aku yang terlalu kaku dan aneh(?)

Oke sekian yang aku sampaikan.. Sampai ketemu di sequel kamar 333

Kamar 333 (REVISI) (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang