part 1

244 5 2
                                    

Jam istirahat ini begitu menyebalkan, karena jam istirahat aku terbuang sia-sia. 10 menit yang lalau beli istirahat sudah berbunyi tapi Pak Ahmad guru Bahasa Indonesia terus mengoceh menceritakan pengalaman yang pernah beliau lalui saat kuliah dulu. Setelah aku terbebas dari ruang kubus itu aku kembali di hadapkan dengan cowok yang setiap hari aku temui dengan tengilnya dia tersenyum ke arah ku dan Mimi sambil memberikan uang Dua Puluh Ribu Rupiah.

"Sabar Shei lo harus ikhlas" kata Mimi temanku, tunggu mungkin dia lebih dari seorang teman. Dia sahabatku namanya Tami Rahayu aku memanggil dia Mimi, kita bertemu di bangku Sekolah Dasar kelas lima karena dulu aku tingal di daerah Jawa Barat dan pindah rumah tepat di samping rumah Mimi, Namun sekarang Mimi yang pindah rumah walaupun tidak jauh dari rumahku.

Dan sebelumnya perkenalkan namaku Sheina Filda Darisman aku lahir di Jakarta 02 Juli 1999, orang lain memanggilku dengan nama Sheina dan aku mempunyai kakak cowok 2 tahun di atasku. Aku bersyukur mempunyai kakak cowok karena banyak sekali orang-orang menginginkan hal itu ya walaupun aku terkadang sangat menyesal kenapa dia lahir duluan ketimbang aku jadinya kakakku itu selalu menyuruhku ini itu, seperti sekarang Reihan menyuruhku untuk pergi ke kantin membelikan sebotol air mineral dan roti berselai coklat. Cowok yang tadi diam di depan kelasku itu ya siapa lagi kalau bukan Reihan, tadi pagi dia belum sempat sarapan karena kesiangan.

"Masalah nya tuh ya Mi ini di sekolah ga bisa apa dia jalan sendiri. Gue kan rencananya mau makan bakso Mang gugun, belum lagi Pak Ahmad kebiasaan banget ngabisin jam istirahat" gerutuku sepanjang jalan dari kantin menuju lapangan.

"Kan bisa nanti balik lagi ke kantin"

"Males banget Mi. Lo gak liat tuh antrian bakso Mang Gugun udah kaya panjang Sungai Amazon hah?"

"Lebay lu ah. Tapi salah sendiri kenapa lo mau disuruh" iya juga ya padahal kenapa ga aku tolak aja. Bodoh!.

Aku melihat Reihan sedang asik duduk di pinggir lapangan sambil menonton temen-temannya bermain bola sesekali dia tertawa karena salah satu temannya terjatuh. Dengan langkah besar aku berjalan mendekatinya diikuti Mimi yang berada di belakangku.

"Lain kali beli sendiri" Ketusku menyodorkan kantung plastik berisikan pesanannya.

Reihan masih tertawa sembari tangannya mengambil kantung itu tanpa melihat kearahku. "Bilang maksih ke"

Seketika dia berhenti tertawa lalu mendoak kearah ku kemudian dia berdiri "Makasih sayang"

"Najis banget sih lo" kataku memukul lengan Reihan

"Za nih adik gue" Apa? sumpahnya ini cowok satu bikin gue kesel mulu. Dan parahnya lagi cowok yang Reihan panggil itu menengok ke arahku kemudian dia kembali melanjutkan permainannya.

"Goal" seru mereka di tengah lapangan kemudian seraya berselebrasi atas cetakan goal oleh Reza cowo yang di sebut Za oleh Reihan

"Apa si" kataku malu. Ya jelas aku malu temen-temennya Reihan sampai melihat kearah aku dan Mimi.

"Cie cie cie" seru mereka

Aku tau Reza, dia salah satu teman Reihan yang sering dateng kerumah untuk bermain ataupun menginap karena Reihan dan Reza tidak satu kelas.

"Makan belum kamu" tanya Reihan mengangkat dagunya, tumben nih anak nanya begituan.

"Belum, gue baru istirahat malah di suruh lo beli makanan" jawabku

Beloved Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang