Bel pulang baru saja berbunyi, semua murid di kelasku seketika langsung lenyap bak ditelan bumi. Tinggal menyisakan aku, Vivi, Mila serta Ucup anak paling rajin dan pintar di kelas.
"Kakak lo udah otw Nad?" tanya Mila padaku.
"Nggak tahu, tadi sih cuma suruh nunggu aja pokoknya" jawabku lemas.
"Eh, tapi ini kemajuan dan perubahan loh Nad" terang Vivi
"Maksud lo?" tanyaku tidak mengerti.
"Yah, tumben banget kan kakak lo yang super duper ngebenci lo itu akhirnya mau jemput"
Vivi benar, ini pertama kalinya kak Raka mau menjemputku di sekolah. Seumur umur belum pernah dia mau menjemput ku di sekolah. Bahkan ketika aku pingsan waktu latihan cheer di sekolah dan sampai dibawa ke rumah sakit saja dia tidak melihatkan batang hidungnya. Kakak macam apa itu.
"Jangan-jangan dia udah mulai luluh sama lo Nad?" celetuk Mila yang emang kelewat oonnya.
"Bodo ahh, yang penting sekarang gue harus siap di depan gerbang. Jangan sampai dia dateng gue belum muncul." jawabku sambil berjalan keluar kelas.
Benar saja, begitu aku sampai di depan gerbang kak Raka sudah menunggu ku. Raut wajah yang masih sama seperti biasa, begitu dingin seakan tidak ingin melihat ku lagi. Tapi tunggu, sepertinya ada yang beda dari penampilan kak Raka. Iya aku baru sadar, kak Raka menjemputku menggunakan motor sport barunya. Tumben dia tidak memakai mobilnya itu. Ada apa dengan kak Raka?
"Gue udah bilang sama lo begitu pulang langsung tunggu di sini! Bandel banget"
Aku melihat kemarahan dari mata kak Raka, sebegitu marahnya dia padaku hanya karena hal semacam ini.
"Buruan naik!" bentaknya keras.
Belum sempat aku menjawab, kak Raka langsung menarik tanganku kasar.
"Lo bisa gak sih kak lembut dikit sama gue?" bentakku pada kak Raka.
"Lembut sama lo?" kak Raka hanya menunjukkan senyum miringnya yang sungguh membuatku benar-benar muak.
Aku tidak tahu kak Raka mau membawa aku ke mana. Dia mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, mungkin dia ingin membunuhku dengan caranya. Tanpa aku sadari, aku memeluk kak Raka erat dan menenggelamkan wajahku di balik punggungnya. Mama tolong Nadine!
"Turun!" perintah kak Raka
Oh Tuhan, ternyata aku belum sampai di surga. Tapi kenapa kak Raka membawaku ke restoran ini. Ya, ini restoran langganan keluargaku. Dulu sebelum Papa meninggal, beliau sering mengajak kami ke sini. Untuk apa dong kak Raka mengajakku ke sini?
"Buruan masuk, nyokap udah nunggu di dalam"
Oh jadi ini rencana Mama, berarti tadi pagi menyuruhku untuk diantar supir karna alasan ini.
"Hey, sayang akhirnya kalian sampe juga. Mama kira kalian gak akan dateng"
"Mama ngapain ngajak kita ke sini?" tanyaku pada Mama.
"Ada yang pengen Mama omongin sama kalian"
Aku melihat tampang serius dari wajah Mama. Sudah kuduga, pasti hal penting dan serius yang akan Mama bicarakan. Sedangkan aku melihat kak Raka malah asyik dengan handphonenya, seperti tidak tertarik dengan omongan Mama.
"Ini masalah serius mengenai amanah Papa sebelum meninggal"
Aku melihat kesedihan kembali muncul di wajah cantik Mama. Sepertinya bayangan Papa kembali jelas di ingatan Mama.
"Mama sekarang udah tua, sudah saatnya kalian menggantikan Mama terutama kamu Raka"
Sontak kak Raka langsung menghentikan aktivitasnya bermain handphone dan melirik ke arah Mama.
"Papa pernah bilang sama Mama, kalau semua assetnya akan diberikan pada kalian berdua. Terutama untuk kamu Nadine, perusahaan, butik, rumah dan beberapa saham Papa akan diberikan untuk kamu. Sedangkan Raka, kamu akan mengelola showroom mobil milik Papa"
Oh God, aku seperti dilempar batu besar dan ditindih gunung besar. Rasanya tidak mungkin, apa-apaan ini kenapa jadi harta Papa paling banyak malah untukku. Sedangkan kak Raka hanya diberi showroom mobil milik Papa. Aku melihat kak Raka, dia memandang ke arahku. Tatapannya sudah seperti ingin memakan ku hidup-hidup. Seketika, braakk.
Kak Raka memukul meja dengan kasar."Ini nggak adil buat Raka, kenapa semu harta Papa jadi milik dia sih Ma?" aku melihat kemarahan kak Raka di matanya. Aku rasa setelah ini riwayatku benar-benar tamat. TAMAT!!
"Maafin mama, tapi mama nggak bisa bilang sekarang. Ada hal yang gak bisa mama jelasin. Tapi Mama janji, saatnya nanti mama akan kasih tahu ke kalian. Terutama ke Nadine"
What? Mama bilang terutama padaku, sebenarnya apa sih yang terjadi. Ada yang mama sembunyikan dariku.
"Raka tahu ma, itu karena dia ini anak...."
"Maaf mama harus kembali ke kantor. Raka besok pagi kamu harus ikut Mama ke kantor, kamu yang akan menggantikan posisi Nadine sampai dia benar-benar siap"
Mama memotong omongan kak Raka, aku yakin juga kalau kak Raka tahu sesuatu yang tidak aku ketahui. Tapi apa? Kenapa semuanya tidak mau memberitahuku. Benar-benar menyebalkan.
***
Aku merebahkan diri di kasurku yang sangat nyaman ini. Kamar adalah tempat favorit bagiku, selain mall, taman belakang sekolah dan rumah kedua sahabatku. Ukuran kamarku memang dibilang luas, sangat luas malah. Vivi dan Mila aja sampai heran dengan besarnya kamarku ini. Dominasi warna putih dan pink, dengan gaya Paris aku pilih untuk kamarku ini. Bisa dibilang kamarku ini memang sangat mewah. Maklumlah, keluargaku memang berada dan terpandang. Semua orang pasti tahu itu.
From Mama
Pertunanganmu sudah Mama atur. Besok Adit yang jemput kamu. Jangan nolak. Love you
Oh God, baru saja aku merasakan kenyamanan di kamar ku ini malah Mama membuat moodku semakin hancur. Iya aku memang sudah dijodohkan sejak kelas satu SMA, dan pertunanganku akhirnya tiba juga. Adit adalah calon tunanganku dan statusnya masih sama sepertiku. Seorang pelajar SMA kelas dua belas juga, hanya kami berbeda sekolah. Sebenarnya aku ingin menolak perjodohan ini, tapi apa boleh buat karna permintaan kedua orang tuaku makanya aku mengiyakan saja.
"Eh oncom, buka pintu lo" sepertinya aku mengenal suara berat itu. Siapa lagi kalau bukan kak Raka. Kelihatannya benar, riwayatku akan tamat malam ini juga.
"Mau ngapain lo? Mau bunuh gue, atau mau nyulik gue?"
"Ihh apaan sih lo? Buang gak sapu keramat lo itu. Gue gak bakal bunuh lo sekarang, santai aja"
Apa dia bilang? Dia tidak akan membunuhku sekarang, berarti dia akan membunuhku besok, nanti atu lusa. Mama tolong Nadine!
"Terus mau ngapain lo? Minta maaf sama gue? Nyesel kan udah ngebenci adik lo yang cantik ini"
"Gak usah sok pede deh lo, lo pikir lo siapa. Harus berapa kali gue bilang sama lo, lo itu bukan adik gue. Mendingan cepet-cepet deh lo nikah sama calon suami lo yang kaya itu terus lo pergi dari kehidupan gue"
Aku melihat lagi amarah itu dari wajah kak Raka, kenapa setiap dia marah selalu hal itu yang dia katakan padaku. Bahwa aku ini bukan adiknya, apa sih maunya nih orang.
"Sumpah ya kak lo tuh nyebelin banget, lo malu punya adik kayak gue. Lo benci sama gue, apa alasannya? Bahkan lo gak pernah kasih tau sama gue, lo tuh pengecut kak. Lo berani ngebenci dan maki-maki gue, tapi atas dasar apa? Hah?"
Kali ini emosiku sudah tidak bisa tertahan lagi. Bulir-bulir bening itu jatuh begitu saja, tanpa aku sadari. Aku melihat tatapan teercengang dari wajah kak Raka. Yeess aku menang.
"Lo pikir enak dibenci seumur hidup lo, lo mau marah? Gue juga bisa lebih marah daripada lo. Lo iri sama gue? Ambil aja semua harta yang gue dapet, gue ngga butuh"
Brakk. Aku membanting pintu kamarku tanpa menghiraukan kak Raka. Aku menangis sendirian di kamar, meluapkan semua kemarahanku. Aku benci hidupku yang seperti orang asing bagi keluargaku sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum Nadine
RomanceAku benci akan takdir hidupku. Benci dengan kenyataan yang harus aku hadapi sekarang. Bagaimana rasanya dibenci kakakku sendiri tanpa pernah tahu apa sebabnya. Belum lagi nama belakang yang membuatku semakin membenci hidup ini.