Part IV

242 5 3
                                    

Nadine POV

Kami kembali dari makam sekitar jam sebelas siang. Di makam mama menceritakan semua mengenai kehidupan mommy dan daddy. Bagaimana mereka bisa kenal dan akhirnya menikah, mama dan papa yang membantu mereka nikah juga kematian mereka. Daddy meninggal karena kecelakaan pesawat sedangkan mommy meninggal setelah melahirkan ku.

"Mama harap kamu nggak akan marah sama mama karna ini Nad"

"Nadine nggak akan bisa marah sama mama. Mungkin ini udah takdir Nadine ma"

"Setelah ini kamu akan bertemu dengan opamu sayang"

"Opa?"

"Iya, tuan Wirawan yang terhormat itu"

Jadi opaku masih hidup, entah aku harus sedih atau bahagia karena keluarga kandungku masih ada yang hidup.

Mama juga tadi menceritakan nama yang mommy berikan padaku. Ternyata itu pilihan daddy ku, juga bagaimana mommy mewariskan semua harta bagiannya dari opa untukku.

"Habis ini kamu langsung mandi terus ganti baju. Adit akan menjemputmu"

Astaga aku lupa kalau sore ini Adit akan menjemputku. Aku melihat kak Raka sekilas dari kaca mobil, tunggu kenapa mukanya seperti itu mendengar Adit mau menjemputku. Aneh.

***

Author POV

Tak butuh lama untuk Nadine bersiap-siap dan kembali turun ke ruang tamu. Lihat saja dia sudah keliatan lebih fresh dan tentunya sangat cantik.

Dia memakai dress selutut warna pastel dengan hill senada dressnya. Perfect itu kata yang pas untuk seorang Nadine.

"Kamu ini lho Nad, nak Adit kan udah dari tadi nunggu nya"

"Ihh mama kayak nggak tau anak gadis aja kalo lagi dandan"

"Ya udah sana pergi, nak Adit tante titip Nadine ya"

"Beres tante"

Nadine dan Adit pergi meninggalkan Raka dan mama di ruang tamu. Raka memandang kepergian Nadine dan Adit seperti tidak suka.
'Apa benar Raka mencintai Nadine?'

"Oh iya Ka, mulai besok kamu akan menggantikan posisi papa di kantor"

"Tapi ma..."

"Tak ada penolakan untuk kali ini" mama berlalu dan meneruskan pekerjaannya menata bunga anggrek kesukaannya.

***

Raka POV

Aku menatap Nadine yang baru turun dari kamarnya. Cantik, itu kata yang pas untuk Nadine. Tapi aku tidak suka dia jalan dengan Adit. Bukan karna cemburu hanya aku tidak yakin dengan bocah laki-laki itu, seperti ada sesuatu di balik kemanisannya.

" Oh iya Ka, mulai besok kamu akan menggantikan posisi papa di kantor"

"Tapi ma..."

"Tak ada penolakan untuk kali ini" mama berlalu dan meneruskan pekerjaannya menata bunga anggrek kesukaannya.

Oh God, aku bisa apa dengan tuhan mama yang satu ini. Aku sudah sering menyakiti hati mama dan kali ini aku akan jadi anak penurut untuknya.

"Tapi ma, kuliahku gimana?"

"Bukannya kuliahmu tinggal setahun lagi? Apa susahnya kuliah sambil kerja Raka, lagi pula kau kan juga cukup pintar"

Aku mendengus kesal mendengar penjelasan mama. Enak saja bilang apa susahnya kuliah sambil kerja.

Senyum NadineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang