[1] - Who am I ?!

591 30 0
                                    

***

Dan disinilah seorang Iqbaal Dhiafakhri berada. Duduk termenung seorang diri di dalam kos nya yang kumuh dan lusuh. Dirinya bahkan tak tau kenapa dunia seolah mengasingkannya. Satu pertanyaan muncul menguasai kesadarannya,

"Apa salahku?"

Namun hanya terjawab dengan desahan angin yang membuatnya semakin merasa muak. Ia butuh jawaban sebelum kepalanya benar-benar akan pecah.

Iqbaal mengerang. Menjambak rambutnya dengan gusar. Kepalanya terasa berdenyut saat memikirkan itu semua. Mungkin benar kata Steffi, ia belum boleh banyak fikiran.

Ngomong-ngomong soal Steffi, dimana gadis itu? Ah, iya, Iqbaal ingat. Gadis itu 20menit yang lalu baru saja keluar untuk mencari makan. Sudah berulang kali Iqbaal menanyakan pada Steffi mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Dan gadis itu berjanji setelah ini akan menjelaskannya.

Hal terakhir yang Iqbaal ingat sebelum pulang dari rumah sakit adalah ; dirinya bangun dalam keadaan tak berdaya di ranjang rumah sakit. Setelahnya seorang pria paruh baya datang dan langsung memarahinya dengan kata-kata yang kasar. Dia hampir saja akan mencekik kalau tidak segera dicegah oleh Steffi. Iqbaal tak mengerti apa yang dikatakan oleh kedua makhluk itu.

Kata-kata pria tua itu yang terus terngiang di telinganya adalah,

"Puas kamu sudah membuat Ody meninggal?!"

Saat itu Iqbaal hanya mengernyit bingung dan mencoba mencerna semuanya. Namun yang didapatinya adalah serangan pening yang begitu dahsyat hingga menghilangkan kesadarannya.

Setelah sadar Iqbaal hanya diam, tak mengatakan apa pun. Ia merasa begitu lemas karna rasa ngilu yang menjalar pada seluruh tubuhnya. Hingga kini ia sudah sembuh total dan diperbolehkan untuk pulang.

Sampai saat ini banyak pertanyaan yang bergerumul di otaknya.

'Siapa dirinya?'
'Kenapa dia tinggal di kosan?'
'Kemana keluarganya?'
'Mengapa saat ia sakit tak ada yang menjenguknya'
'Lalu siapa pria tua itu dan-"

"BAAL!" Steffi menyentakkan kedua lengan Iqbaal yang masih menjambak rambutnya. Ia sudah berulang kali memanggil Iqbaal namun tak satu pun mendapatkan respon.

"Gue udah disini sejak 2menit yang lalu, tapi lo malah bengong." Steffi mengambil langkah dan terduduk di samping Iqbaal.

"M-maaf... Aku cuma bingung sama semua yang terjadi." Iqbaal menunduk murung.

"Ntar gue jelasin. Tapi sekarang lo makan dulu ya, terus minum obat." Steffi menyodorkan 2 buah kantung plastik. Iqbaal meraihnya dan mulai menjalankan perintah Steffi tadi.

Steffi hanya diam menunggu Iqbaal menyelesaikan makannya. Sesekali ia melirik Iqbaal dengan tatapan iba. Dia berfikir bagaimana jadinya Iqbaal jika tak ada dirinya. Sahabat-sahabat Iqbaal pernah menjenguk sekali, dan setelahnya tidak pernah lagi.

Setelah selesai, Steffi menyodorkan beberapa butir obat yang harus Iqbaal minum dan sebotol air mineral. Iqbaal menerimanya.

Terdengar helaan nafas lelah yang Iqbaal keluarkan. Steffi jadi sedih melihatnya. Ia langsung menghambur memeluk Iqbaal dan setetes air mata jatuh disana.

Iqbaal bingung, tapi dia membalasnya dengan mengusap punggung Steffi penuh kasih.

"Kenapa?" Tanya Iqbaal lirih.

"Gue sayang, baal, sama lo. Lo gak pantes dapet semua cobaan ini. Lo yang kuat ya." Steffi merenggangkan pelukannya dan tersenyum tipis menatap Iqbaal.

"Makasih, Steff. Gue gak tau gimana jadinya kalo gue gak punya lo." Iqbaal ikut tersenyum dan menghapus air mata gadis dihadapannya. Tanpa sadar Iqbaal telah mengganti kosakatanya agar terdengar lebih akrab.

The Real Fuckin' LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang