PROLOG

50 5 0
                                    

"Mencari ini?"

Sepasang sepatu putih merek terkenal tepat di hadapannya. Gadis berseragam putih abu-abu itu mendongak melihat sosok lelaki yang berdiri tidak jauh darinya tengah melambaikan benda yang dicarinya sedari tadi. Beberapa detik ia sempat terpukau melihat senyum yang disodorkan lelaki itu.

Bunyi gemericing lonceng lantas menyadarkannya. Gadis itu bangkit dari posisinya yang membungkuk, menyamakan tingginya yang hanya sebatas bahu lelaki itu. "Ahhh terima kasih, aku sudah mencarinya dari tadi"

Mata bulatnya menyipit ketika gadis itu tersenyum. Wajahnya yang terlihat bersinar berbanding terbalik dengan seragamnya yang kusut serta rambutnya yang berantakan. Papan nama ukuran 20cm kali 20cm menjadi penanda khas peserta MOS masih setia menggantung di lehernya. Bebek.

"Lain kali jangan sampai hilang lagi yah, bebek."

Lelaki yang berpenampilan hampir serupa dengannya itu menyerahkan kunci dengan gantungan lonceng kecil berwana pink. Senyum manis itu masih tersungging di bibirnya.

"Rio cepetan! Aku capek"

Suara cempreng milik seseorangyang berdiri tak jauh dari mereka, serentak membuat keduanya menoleh. Gadis cantik itu terlihat cemberut sambil memegangi sepedanya

"Aku duluan yah, semoga kita bertemu lagi"

Selesai mengucapkannya, lelaki itu melangkah pergi meninggalkan Vania yang masih bergeming di tempatnya. Diam-diam ia mengaminkan kata-kata lelaki itu. Ia ingin bertemu dengan lelaki baik hati itu.

Punggung lebar milik lelaki itu berlalu bersama gadis cantik yang dilihatnya. Tangan lelaki itu melambai dengan satu tangan lainnya memegang stir sepeda.

Vania membalas senyumnya dengan hati bertanya-tanya. Siapakah gadis yang diboncengnya itu?

"Mungkin sepupunya" batinnya

Rio. Ia akan mengingat nama itu baik-baik.

Sejelas langit sore itu.

Tanpa sadar degub jantungnya berbunyi seirama dengan lonceng yang dipegangnya. Lonceng pertanda di mulainya masa-masa itu.

Loving youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang