FLASHBACK ON
18 September 2011
Senja telah menyingsing menadakan malam akan segera datang. Terlihat burung-burung telah kembali ke sangkarnya. Namun hal itu tidak membuat dua orang siswi itu beranjak dari tempatnya. Salah seorang diantaranya nampak serius mengajukan pertanyaan pada temannya yang terlihat tidak nyaman.
"Kamu suka sama Rio?" Tanya seorang gadis berdagu tirus dengan hati-hati. Yang ditanya hanya menatap sepasang mata itu dengan tatapan seolah-olah berkata "ya".
Namun tentu saja ia tak bisa mengatakan itu secara langsung, karena dia bukanlah sahabat yang tega menyakiti sahabatnya begitu saja tanpa merasa bersalah. Karena ia tahu, sahabatnya pun menyimpan perasaan yang sama pada pemuda yang sama dengannya. Dilema.
"Aku dan dia hanya teman, gak lebih dari itu"
Itu semua benar, karena ia tak mungkin bisa "Lebih dari sekedar teman" tanpa menghancurkan persahabatannya terlebih dahulu. Mungkin takkan setragis itu, tapi semua akan terasa sama. Ia akan melihat sahabatnya terluka, dan itu jauh menyakitkan dari yang ia rasakan saat ini.
"BRAKK"
Sontak kedua gadis itu segera menoleh kearah sumber suara, samar-samar terlihat sosok pemuda berambut raven berjalan menjauh, bersamaan dengan menggelindingnya sebuah bola kearah kedua gadis tersebut. Ia hanya bisa menatap bayangan itu menghilang, setengah berharap itu bukan pemuda yang dimaksud.
"Riooo... tunggu" Tiba-tiba gadis berdagu tirus itu segera berdiri dan berlari pergi, menyisakan dirinya dengan sebuah bola digenggamannya.
"Mungkinkah ia yang harus menyerah?"
~
"Rio, kamu kenapa sih?"
Langkah Rio terhenti, namun ia tak mengeluarkan sepatah katapun. Matanya menatap mata Fara tajam, namun menyiratkan kekecewaan yang dalam. Berharap Fara mengerti hatinya terluka karena kata-kata Vania.
Vania benar-benar keterlaluan. Lalu apa arti kedekatan mereka selama ini? Bukankah ia telah mengatakan perasaannya kepada Vania? Meskipun Rio tidak pernah meminta Vania sebagai pacarnya. Rio pikir tidak ada status pada hubungan mereka bukanlah masalah, karena Vania telah membalas cintanya. Apakah selama ini hanya ia yang terlalu berharap?. Mungkinkah semua yang mereka lewati ini hanyalah semu?.
"Yo.. Jawab aku. Kamu kenapa?"
Merasa Fara takan mengerti, Rio akhirnya memilih berjalan melewati Fara. Ia tidak membutuhkan Fara. Rio hanya mau Vania. Kenapa Vania tidak mengejarnya? Kenapa harus Fara yang menggengam tangannya dengan erat sekarang?. Mau tidak mau akhirnya Rio berhenti melangkah. Tatapanya kosong, tetapi hatinya berkecamuk.
"Aku tahu kamu suka sama Vania, tapi aku juga suka sama kamu! Aku suka kamu lebih dari seorang sahabat" Mata Fara mulai berkaca-kaca menyiratkan bahwa hatinya pun ikut terluka. "Tak bisakah Rio menyukainya?"
"Aku sayang kamu, sejak dulu gak pernah berubah. Kenapa kamu gak pernah lihat aku, seperti kamu lihat Vania?" Fara terus bertanya meskipun ia sudah setengah putus asa. Ia tahu ini salah. Karena sesungguhnya Vania juga menyukai Rio, meski ia tak mengatakannya.
Tapi bolehkah ia egois sekali ini saja. Ia hanya ingin memperjuangkan cintanya.
"Sebelum Vania datang aku selalu bahagiain kamu. Sampai sekarangpun aku terus berusaha, kenapa kamu gak bisa liat itu? Tolong lihat aku sebagai seorang perempuan. Beri aku kesempatan, Sekali ini saja,"
Rio hanya bisa terdiam. Ia sadar selama ini Fara menyimpan rasa padanya. Ia hanya tidak ingin menyakiti hati perempuan ini. Ia tak akan pernah bisa membalas perasaannya. "Apa ini yang kamu mau Van?" batin Rio frustasi.
"Apa dengan ini aku bisa hilangin perasaan aku ke kamu?" Lanjut Rio dalam hati. Ia tahu keputusannya nanti akan menjadi keputusan yang salah, karena seluruh hatinya menolak.
Dianggap Vania hanya sebgaai teman bukan berarti ia bisa memilih Fara. Cintanya tidak sedangkal itu. Ia bisa menunggu, dan membuat Vania menyukainya. Tetapi egonya melarang. Takut terluka.
"Mungkin ini yang terbaik. Selama ini kamu gak pernah anggap kita lebih dari temankan?" Lirih Rio dalam hati.
Pelan Rio mengangguk, Fara yang melihatnya pun langsung memeluk Rio dengan senyum tersungging di bibirnya. Tak pernah ia bayangkan hari seperti ini akan benar-benar datang.
Namun tanpa mereka tahu seseorang tengah menangis melihatnya.
"Kalo memang ini yang kamu mau, kalo dengan ini aku bisa hilangin perasaan aku ke kamu, kalo memang Fara jodoh aku, aku akan berusaha untuk suka sama dia" Ujar Rio dalam hati sambil mengelus punggung Fara pelan.
Dan tanpa mereka sadari, keduanya telah menyakiti perasaan seorang gadis yang begitu tulus pada mereka.
FLASBACK OFF
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving you
Storie d'amoreJika saja kita lebih jujur dengan perasaan masing-masing. Mungkin tidak akan ada salah paham yang berakhir dengan perpisahan. -Vania Nithimihardjo Seandainya tidak ada luka di masa lalu, akankah ada masa depan untuk kita? -Alfian Daniarga Kadang yan...