"Kalau kubilang aku kemari karena aku punya penyakit mematikan kau percaya?"
Aku menatapnya lekat. Memperhatikan kulit putihnya yang ditimpa sinar mentari sore, angin yang memainkan rambut cepaknya, kerut di pinggir bibirnya saat ia tersenyum. Mataku menyelami maniknya lebih dalam. Namun baru saja sampai di permukaan gelak tawanya terdengar.
"Kau percaya? dasar bodoh."
Sore itu aku memukul lengannya dan ikut tertawa bersamanya.
.
.
.
Siapa sangka hitungan bulan kemudian aku berdiri di sini. Di depan pusaranya dengan wajah bengkak dan banjir air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Picture the World
General FictionSetumpuk gambar dengan cerita masing-masing yang meminta untuk disampaikan lewat rangkaian kata.