Picture 5: New Year

67 5 3
                                    

Lunar New Year. Tahun baru menurut perhitungan ras Asia Timur itu identik dengan hujan di negaranya. Ternyata cap yang sama juga mengikuti bahkan di salah satu negara di Asia Timur, Korea Selatan. Sudah dua tahun terhitung semenjak ia menginjakkan kaki di tanah musim dingin Korea. Musim dingin ketiga dan terakhirnya.

Lunar New Year atau Seolnal merupakan hari libur besar, 3 hari libur sekaligus disediakan pemerintah untuk para pekerja keras negaranya. Memberi waktu mereka untuk pulang ke kampung dan menikmati tteokguk alias sup kue beras dengan kuah putih yang gurih bersama keluarga besar.

Tentu saja hal itu tak belaku untuknya. Ingat, ia hanya seorang mahasiswa asing yang sebentar lagi harus kembali ke tanah airnya sendiri.

3 hari libur Lunar New Year terakhirnya bervariasi. Hari pertama cuaca cerah, benar-benar menggodanya untuk bermain keluar. Yang ia lakukan bersama teman-temannya. Hari kedua rintik hujan meramaikan puncak New Year. Ia memilih menghabiskan waktu di rumah sewaan salah satu kawan.

Dan hari ini, hari terakhir, dihiasi salju yang turun cukup deras. Padahal salju yang menumpuk karena badai salju minggu lalu belum sepenuhnya mencair. Ia menerobos salju yang sudah menumpuk setinggi mata kakinya untuk memasuki salah satu cafe dengan kaca besar di setiap sisinya. Dan di sanalah alasannya menerobos hujan salju hari itu.

Berdiri di balik kasir dengan kaus turtle neck hitam dan senyum sopan yang cukup menghangatkan hati. Hingga rasanya tangannya yang membeku lantaran tidak menggunakan sarung tangan dan ia gunakan untuk memegangi payung tadi tak lagi kebas dingin.

Ia memesan caramel macchiato seperti biasanya. Namun yang anomali dari hari itu ia menambahkan beberapa kata setelah kalimat pesanannya.

"Minggu depan aku akan kembali ke negaraku."

Pria dengan turtle neck itu menoleh terkejut, menghentikan kegiatannya memencet layar mesin kasir.

"Begitu?"

Ia mengangguk, tersenyum seraya menyodorkan kartu dan kantung kertas berisi pajangan khas dari negaranya.

"Terima kasih selama ini sudah berbaik hati padaku," ia menambahkan.

Ia acap kali ke sini saat kepalanya sudah tak bersahabat dengan paper paper yang harus ia baca, atau hasil simulasi yang ia lakukan tak sesuai dengan harapannya. Setiap kali itu juga pria dengan turtle neck hitam itu menghiburnya. Tidak dengan kata-kata, cukup dengan senyuman hangat kala ia mengantarkan pesanan atau sepotong cake yang ia sajikan sebagai bonus --atau sering disebut sebagai service di Korea. Dan itu membuat tugas yang ia kerjakan dan kehidupannya di negara yang jauh dari tanah airnya, budaya asing dan bahasa yang berbeda dengan bahasa ibu atau bahasa internasional terasa sedikit lebih mudah untuk dijalani.

"Kalau begitu hati-hati, selamat karena sudah lulus," jawab pria dengan kaus turtle neck seraya menyodorkan kembali kartunya.

Hari itu pesanannya kembali dihantarkan dengan senyum.

.

.

.

Dan tambahan lukisan 3 hati di sisi kanan latte art cangkir caramel macchiato miliknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 30, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Picture the WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang