Chapter 1

81 8 2
                                    

Braaaakkk!! Terdengar suara yang sangat keras diseberang jalan. Sontak aku langsung lari menuju suara itu. Semoga bukan dia ya Tuhan, batinku. Aku lari, dan tempat itupun sudah banyak orang yang berkerumun.

"Kakaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkk" Jeritku.

Akupun terbangun dari tidurku. Mimpi yang sama lagi. Ku lihat jam yang bergantung di dinding kamarku, pukul 02.00. aku bangun dari tempat tidurku, dan menuju ke toilet yang berada dikamarku. Ku basuh wajahku, lalu menuju ke dapur untuk minum. Aku duduk diruang makan, sambil mengambil segelas air putih. Kenapa mimpi itu sekarang sering datang? Apa itu suatu pertanda? Atau cuma mimpi buruk? Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, dan menepuk-nepuk wajahku.

"Aaah tidak, semoga hanya mimpi." Sergahku.

Setelah mimpi buruk itu, sampai paginya aku tidak bisa tidur. Sudah pukul 05.30 kuputuskan untuk bersiap-siap pergi ke sekolah.

"Pagi sayang." Sapa mama sembari mengecup keningku.

"Ehmmm, pagi mama." Jawabku dengan suara yang lemas.

"Kamu kenapa sayang? Gak enak badan? Kok pucat gini wajah kamu?"

"Riri gak apa-apa kok mah, Cuma gak bisa tidur aja semalam. Papa kemana mah? Tumben belum turun."

"Ooh, papa masih dikamar, masih siap-siap. Beneran gak apa-apa sayang?" tanya mama memastikan.

"Iya mah, Riri gak apa-apa kok mah." Jawabku dengan senyuman yang lebar. Maaf mah, Riri bohong.

Setelah aku dan papa selesai makan, kami langsung berangkat ke sekolah bersama-sama. Kali ini aku nebeng papa, hehe si Rered masih dalam masa penyembuhan. Setengah jam pun berlalu, aku sudah tiba di depan gerbang sekolah.

"Riri masuk dulu ya pah"

"Iya sayang, hati-hati"

"Iya pah.. bye papa."

Akupun turun dari mobil dan bergegas menuju ruang kelasku yang berada di lantai 2. Yeps, kelas XI Bahasa. Aku berjalan menyusuri lorong kelas, menaiki tangga permanen. Sayangnya gak ada lift ataupun eskalator disini.

"Yuhuuuu.... Ohayou gozaimasu Hikaru Yuri." Sapa seseorang dari kejauhan.

Kalian tau dia siapa? Suara yang cempreng, setiap teriak bikin telinga hampir pecah. Yups, sudah pasti si Melly. Eeiitttsss bukan Melly yang musisi itu lo ya, jangan salah tebak. Kalau Kak Melly yang itu (musisi) udah pasti suaranya enak di denger, kalau yang ini beeuuuhh... Tutup telinga kalian ya. Sorry ya Mel, hihi. Dia salah satu temenku dikelas, yaa cukup dekat sih kita berdua.

"Sejak kapan lu belajar bahasa Jepang kek gitu Mel?"

"Sejak deket ame elu lah Ri, kan gue juga pengen belajar begituan Ri."

"Mel, Mel. Gue aja dirumah gak pernah ngomong pake bahasa Jepang sama mama dan papa. Lebay luu ah." Timpalku sambil meninggalkan Melly.

"Ahh.. Riri mah gitu orangnya." Teriak Melly.

Jam pelajaran pun berlalu, sudah pukul 13.30 ternyata. Sudah waktunya pulang, namun aku dan Melly memutuskan untuk pergi ke perpustakaan mencari materi untuk presentasi Bahasa Inggris minggu depan. Setelah mengumpulkan beberapa materi, aku dan Melly pun segera pulang. Dan kali ini ganti aku yang nebeng ke Melly. Setelah sampai rumah, Melly pun langsung tancap gas motornya menuju ke perumahan Griya Cahaya. Yak, that's right! Itu rumahnya si Melly.

****



Layang-layangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang