Why Always Be At Night (2).

1K 14 0
                                    

<>Why Always Be At Night Part 2.<>

<>~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~<>

~Bisakah Kebohongan ini berlanjut?

Ataukah Rasa Cinta Ini Nyata Dan menghampiri diriku?~

             <> Sabrina <>

Akhirnya rencana mereka berjalan mulus, Tammy dan Ravaldo tidak menyadari kalau kedua orang itu(Sabrina dan Rozen) sedang bermain sandiwara.

Apalagi Rozen memamerkan kemesraan mereka berdua ke pada, bukan kepada, tapi di hadapan Tammy dan Ravaldo, sewaktu mereka menyantap makan siang dikantin.

Hari ini Sabrina hanya memakai pakaian kasual dan gaya rambutnya hanya disanggul dengan ketat.

Diruang Rozen Dan Ravaldo, terlihat sangat jelas di wajah Rozen, kalau Rozen sedang memandang Sabrina dan Rozen tidak menyadari kalau sahabatnya melihat ke arahnya. Itu Rozen lakukan hanyalah sebagai untuk memancing ke ingin tahuan Ravaldo.

"Akhirnya teman ku bisa tertarik juga dengan Sabrina. Dan itu namanya akulah sang pemenang taruhan itu. Akhirnya kau takluk juga, kan" Kata terakhir Ravaldo mendapat tatapan tajam dari Rozen dan Ravaldo menaikan sebelah alisnya.

"Aku masih ingat dan aku mengaku kalah, teman," setelah berkata, Rozen menghampiri temanya dan sesampainya Rozen menarik tangan Ravaldo yang ada diatas keyboard laptop nya sampai berdiri dan kemudian mendekap Ravaldo dan menepuk punggung Ravaldo.

"Kau lah teman terbaik-ku karena kau masih peduli dengan teman-mu ini," celoteh Rozen sambil melepaskan dekapanya dari Ravaldo. Sebenarnya Ravaldo tidak menyadari senyum yang menghiasi wajah Rozen itu dan ia hanya ikut tersenyum dan mengulurkan tanganya ke arah Rozen dan akhirnya Rozen menyambut tangan Ravaldo dan mereka bersalaman seperti anak muda Zaman sekarang.

»»»♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡»»»

Malam ini Rozen membawa Sabrina ke tempat biasa dimana Rozen selalu mangkal di sebuah pub ternama di Jakarta ini. Walau kali pertama bagi Sabrina datang atau mampir kemari, tapi perasaanya telah berubah menjadi perasaan seorang anak kecil yang selalu bertanya-tanya. Dengan senyuman kecut, Sabrina melangkah tanpa di gandeng oleh Rozen dan lagi pula Rozen berjalan sendiri-sendiri meninggalkan Sabrina di belakang membiarkan para mata pengunjung menatap aneh ke arah Sabrina. Memang Sabrina hanya berdandan seadanya saja. Dengan rambut di kepang di kedua sisinya dan pakaianya yang di sebut oleh Sabrina sendiri adalah gaun, padahal itu adalah one piece yang biasa-biasa saja. Dan kaca mata tebal lengket di batang hidung Sabrina. Sedangkan Rozen, ia terlihat cool dengan jas kasualnya yang berwarna hijau tua daun dan celana panjang hitam jins dan sepatu nike hitam tanpa tali melekat dengan pas di kakinya. Beberapa wanita say hello kepada Rozen dan ada juga seorang wanita mendekati Rozen ketika Rozen sudah sampai di meja bar yang lapang. Sedangkan Sabrina masih berada di belakang Rozen dan berusaha keluar dari semak-semak orang-orang yang sedang menari dan dari orang-orang yang sedang berkumpul bercanda.

Rozen hanya bisa mengangkat gelas araknya dan bersulang ke arah para wanita yang pada saat ini sudah mengitari diri Rozen. Seperti gula yang selalu di gerumuti oleh semut saja, itulah yang ada di dalam benak Sabrina ketika ia sudah sampai di belakang grumpulan pencinta gula itu.

"Seharusnya aku tidak kemari," gumam Sabrina kepada dirinya sendiri sambil berbalik arah dan menuju ke arah meja bundar kosong. "Dan seharusnya aku berunding dengan Tammy dan tentunya aku tidak seperti orang-orangan sawah pada malam minggu ini." Kini Sabrina sudah berada di kursinya dan duduk sambil melamunkan nasibnya pada malam minggu yang kelam buat dirinya.

Love story From short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang