2. Pertemuan Menyebalkan

173 8 0
                                    

VOTE DULU BARU BACA




AYO VOTE



WOY VOTE


CAPEK GUE NULIS

HUFFT

UDAH VOTE???

KALAU GITU BACA AJA

HABIS BACA JGN LUPA KASIH COMMENT YAH. INI TULISAN GUE MASIH SEMERAWUT(???)

OK KALO GITU

SELAMAT BACA YAAA

######

"Hey sayang"balesnya dari sana.

Aku berpikir. Sepertinya aku mengenalnya. Benarkah? Siapa dia?

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

...

Aku terus berpikir untuk mengingatnya. Rasanya otakku lelah untuk ku gunakan mengingat suaranya. Hm.

"Halo??"balesnya lagi untuk kedua kalinya.

Huft. Aku menutup teleponnya saja. Mungkin, thats my feeling. Mungkin juga itu kerjaan orang iseng. Hm, bodoamat. Aku tak mengenalnya sepertinya.

###

07:00 a.m at Harverd High School.

Aku berjalan pelan, lemah gemulai, lembut layaknya seorang putri di sekolah ini. Semua orang menatapku terpesona, terpanah, kagum, bahkan ada yang menatapku sinis. Tapi, itu sudah menjadi sarapan pagi biasa bagiku.

"Dia cantik seperti biasa"

"Kakak, tips biar cantiknya kaya kakak dong?"

"Hey cewek bagi pinnya dong"

"Liat gadis norak lewat"

"Sombong banget. Geli gue"

Kata-kata tersebut terdengar ditelinga kecilku. Selalu saja kata yang sama. Untung saja aku sudah terbiasa dengan hal seperti ini. Kalau tidak mungkin aku sudah memarahi mereka. Dan aura iblisku yang mengerikan bakal ketahuan.

Bruk!!

Dia menabrakku. Lelaki tinggi, tampan, dengan cengirannya seperti biasa. Dia temanku. Namanya Putra. Sudah menjadi kebiasaannya dia menabrakku dari waktu kecil.

"Hey, Putriku yang manis"ucapnya sambil mencolek daguku. Menjijikan. Aku menepis tangannya. Lalu ku tatap tajam dia. Aku tak suka padanya. Lalu, aku pergi meninggalkannya begitu saja.

"Hm, menggemaskan sekali, Putriku."ujar Putra terdengar samar ditelingaku. Benar - benar - benar menjijikan. Rasanya telingaku tak sanggup mendengarnya. Dia suka sekali menggodaku. Dasar cowo penggoda. Tak tahu malu. Berapa kali aku acuhkan dia? Apakah masih belum cukup?

Kelas XIA-IPA. Kelasku. Cukup luas. Terdapat ac, papan tulis, kursi, meja belajar terlihat seperti biasa pada kelas umumnya. Tapi yang membedakan disini adalah murid-muridnya. Murid-muridnya yang unggul dalam hal apapun. Mempunyai bakat, kekayaan, otak yang cerdas. Hanya orang spesial yang bisa masuk kelas ini. Aku? Ha-ha. Mungkin berkat kekayaan orang tua ku, aku bisa masuk kelas sehebat seperfect sesempurna ini.

Aku melihat seseorang dipojok kelas belakang melambai kearahku. Mereka tersenyum ramah padaku. Ya, dia adalah Thalia dan Thania. Temanku. Aku hanya tersenyum melihat mereka. Lalu meletakan tasku ditempat dudukku. Hm bayangkan saja tempat dudukku itu pas-pas an berada ditengah-tengah ruangan ini. Entahlah, setiap rolling tempat duduk aku selalu mendapatkan kursi ini. Mungkin..... aku selalu menjadi pusat perhatian? Ah, mungkin thats my feeling aja.

Bullshxt!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang