4. Mimpi (2)

86 4 0
                                    

"Ih!! Itu punya aku!!!"kata anak kecil yang manis itu berlari-lari mengejar anak lelaki didepannya. Dia berusaha menggapai benda yang berada ditangan anak lelaki itu. Boneka kesayangannya. Birdy. Itulah panggilan bonekanya.

"Kalo aku gamau gimana?"bales anak lelaki itu sambil berlari dan mengeluarkan lidahnya. Dia mengejek anak perempuan dibelakangnya itu. Alhasil, anak perempuan itu makin jengkel.

Tanpa sadar, mereka sampai ditengah jalan raya yang penuh mobil. Anak lelaki itu berhasil menyebrang tanpa lecet. Dan dari arah yang berbeda ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi.

Brukkk.

Mobil itu menabrak dia. Anak kecil perempuan itu. Anak lelaki yang menyaksikan itu langsung mendatanginya. Seluruh badannya penuh darah. Anak lelaki itu ketakutan. Dan terus menangis. Apa yang harus kulakukan? Bagaimana aku membawa dia? Kenapa matanya tertutup? Ayolah bangun! Bangun! Bangun! Seperti itulah kata hatinya. Dia tidak tau harus ngapain. Dia hanya bisa menangis.

Orang-orang mengerumuni mereka. Tetapi tidak satupun yang mau membantunya. Anak lelaki itu bingung. Dia hanya bisa memegang tangan perempuan itu. Tapi, ada seseorang yang berbaik hati dari sekerumunan orang itu. Dia menggendong perempuan itu dan mengajak anak lelaki itu kedalam mobilnya. Mereka pergi ke rumah sakit.

"Ini semua salahmu!"

"Tidak! Kau lah yang tidak menjaganya dengan benar! Lihat sekarang! Baru ku tinggal ke kantor tapi kau tidak menjaganya!"

"Kau cuman bisa bekerja! Mana waktumu untuk aku dan anak kita? Mana hah? Kau cuman bisa nyuruh ini, itu, apa, tapi kau tak bisa memenuhi tanggung jawabmu!"

Lalu, pria bertubuh besar itu menampar wanita yang berada didepannya. Mereka tak sadar, bahwa selama putri mereka itu tertidur, dia masih bisa mendengarnya.

***

Aku membuka mataku secara perlahan. Aku ada dimana? Oh ya, terakhir kali yang ku ingat kepalaku pusing lalu semuanya menjadi gelap.

Aku melihat jam tanganku. Jam 4 sore. Astaga! Lama sekali aku tertidur! Bahkan seluruh siswa sudah pada pulangan. Dan pasti, hanya aku yang tertinggal disekolah yang sebesar ini.

Aku berdiri dari tempat tidurku. Aku membuka sedikit tirai disebelah tempat tidurku tadi. Ada orang. Coba tebak siapa dia? Ya, dia adalah Dino Walehano. Dia sakit? Entahlah.

Aku terus menatapi Dino. Kalau tertidur seperti ini, dia terlihat sangat tenang. Aku merasa damai jika berada didekatnya. Biarpun hanya memandanginya saja. Yah, padahal jika dia sudah ngomong mungkin aku bakal merasakan bagaimana rasa tsunami dihatiku. Terlalu berkecamuk, detak jantung tak beratur, ingin memarahinya tapi hatiku menyuruh sabar, biarpun itu menyakitkan.

"Sampai kapan mau mandangin gue?"katanya sambil tertidur. Tepatnya seperti tertidur. Apa dia dukun yang bisa mengetahui keberadaanku padahal matanya tertutup dan tak melihat sama sekali?

"Gue lihat lo pakai mata hati gue, bodoh. Lo lupa? Dimanapun lo berada, gue selalu bisa dapatin keberadaan lo. Biarpun itu kota terpencil yang tak bisa ditemuin orang banyak sekalipun. Kenapa? Karena dihati gue, gue punya kompas yang bisa nunjukkin dimana lo berada. Buktinya sekarang gue disekolah ini karena ada lo."

Aku terdiam. Hening. Tak ada yang bicara. Aku bingung membalasnya apa. Detak jantungku tak bisa ku atur. Ini harus ku sebut apa? Apakah aku harus mencari di mbah google ciri-ciri orang terkena serangan jatung? Tidak mungkin. Aku tidak ingin mati muda.

Dia terbangun. Aku tersigap. Aku kaget. Secara spontan dia mendekat kearah wajahku. Semakin dekat. Hingga aku harus menutup mataku. Aku ketakutan dengan apa yang terjadi selanjutnya.

"Lo serius lupain gue?"katanya tepat didepan wajahku. Aku bisa mencium aroma mint yang khas mulut nya. Aku bisa merasakan hembusan napasnya yang teratur. Aku tetap tak berani untuk membuka mata.

"Ih, emang dari dulu gue ga kenal sama lo kan? Sok kenal sih lo."balesku dengan lantang sambil membuka mataku perlahan. Akhirnya, aku bisa membalas semua perlakuannya padaku selama ini.

"Oh gitu ya? Yaudah."ujarnya lalu berdiri dari tempat tidur dan meninggalkan ruang uks. Dia meninggalkanku sendiri. Itu cowok nggak gentle banget ninggalin perempuan sendiri?

Aku menunggu jemputan didepan sekolah. Aku menghubungi supirku. Nihil. Tak ada jawaban dari sana. Aku bingung harus apa. Andai tadi pagi aku membawa mobil ke sekolah. Begitu cerobohnya diriku ini.

"Lo mau bareng gue?"kata seseorang dibalik helm hitam itu. Dia menaiki motor ninja merah yang begitu menawan. Dia Dino. Keren sekali. Pantas saja, baru sekolah beberapa hari tapi sudah banyak penggemarnya. Termasuk aku. Ih! Apaan sih gue? Udah gila beneran kali ya.

"Boleh."balesku. Lumayan lah buat pendekatan sama dia kan. Aku akan tetap melanjutkan permainan ini sampai sukses dan berakhir.

Aku memeluknya dengan erat. Tanpa dia suruh terlebih dahulu. Aku melihatnya dibalik helm itu. Dia tersenyum sinis. Ok, aku langsung melepaskan pelukanku. Tapi, baru aku mau melepaskan pelukanku, dia menahannya, lalu menyuruhku untuk tetap memeluknya. Aku tak mengerti. Tapi aku langsung menurutinya.

"Jalan rumah lo?"katanya sambil sedikit berteriak karena angin memakan suara mereka.

"Perumahan Pondok Indah."kataku tak kalah nyaring. Dino mengendarai motor ini dengan sangat kencang. Hingga membuat rambutku berantakan.

Tak berapa lama, kami pun sampai didepan rumahku.

"Makasih yaa buat tumpangannya. Hati-hati dijalan. Gue masuk dulu."kataku sambil tersenyum tulus. Lalu, aku masuk kedalam rumah. Aku tidak akan memarahi supir itu karena berkatnya aku bisa memeluk Dino. Beruntung sekali supir ku itu.

***

Dino melihat Fluppy Bird nya itu meninggalkannya. Punggunya semakin terlihat jauh. Sakit. Rasanya dia ingin memeluk wanita itu. Tapi dia harus menahannya. Karena wanita itu melupakan dirinya.

"Rumahnya masih tetap ya?"kata Dino. Lalu pergi laju meninggalkan rumah Fluppy Bird-nya itu. 

Bullshxt!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang