Chapter 1

19 1 0
                                    

Hai guys, thank you karena udah mau buka story 'the First Christmas' ini
Selamat menikmati

"Hari ini diperkirakan tidak turun salju, suhu 3 derajat celcius" itulah yang kudengar di pagi hari hampir setiap harinya, kopi yang kupegang menyebul-nyebul tidak mau kalah dengan uap yang keluar dari mulutku pada pagi hari ini. Krriiiingg.... Aku berlari kembali ke kamar mengambil telepon genggamku yang berdering. "Good morning. This is Mike... oh mom aku kira temanku... iya aku akan pulang 2 minggu lagi... iya pada hari natal.... okey bye mom see you" kutaruh teleponku di meja kecil disebelahku. Aku kembali menatap keluar salju sudah turun, ternyata prediksi cuaca hari ini salah kataku dalam hati sambil menyeruput kopiku. Yap.. namaku Mike, bekerja di restorant terkenal di New York , aku tinggal di sebuah apartement yang menghadap kearah jalan raya Southampped street. Aku sangat menyukai kopi sambil memandang keluar jendela dengan ukuran yang sangat besar. Suhu diluar sangat dingin maka dari itu aku langsung bergegas ke restoran, yah.. setidaknya lebih hangat dari pada di luar. "Morning Chief" sapa Arnold yang muncul disebelahku. "Morning" Kami berdua langsung masuk ke dalam restoran. Sudah banyak chef-chef yang berseliweran, menyiapkan segalanya sebelum restorant dibuka. "Chief, kami buka sekarang ya" "Iya" balasku. Jam 10 terlalu awal untuk membuka sebuah restorant tetapi yaa.. restorant ini selalu tidak pernah sepi selalu ada 1 / 2 orang yang datang meskipun bukan jamnya untuk menikmati makan. "Chief 1 mangkuk sup cream special" kata si pelayan "oke"
"Chef 1 cream sup special"
"Baik Chief" tegas Arnold
Meskipun tidak ramai, kami tidak akan menganggur karena 1 masakan itu akan dikerjakan dengan beberapa chef, dan yang lain mempersiapkan bahan-bahan yang mungkin dipakai untuk memasak nanti.
Aku tak sengaja melihat pelanggan yang memesan cream sup ini waktu memberikan pesanan tersebut pada pelayan. Kulihat wajahnwya.. sepertinya ia familiar dengan wajahnya dan senyumannya yang ia keluarkan setelah ia menerima masakan itu. Aku langsung membalikkan badan dan melanjutkan pekerjaanku lagi. Aku mengira dia tidak akan ada apalagi terlibat di dalam hidupku tetapi itulah letak kesalahanku, dan sejak saat itu hidupku berubah.

Dia muncul disetiap aku selesai bekerja atau diwaktu senggangku wajahnya dan senyumannya tidak pernah hilang dalam ingatanku. Wanita itu tidak pernah datang kembali, cuman saat itulah. Aku berharap aku bisa mengenalnya lebih baik. Hari berikutnya berjalan seperti biasa tetapi dalam lubuk hatiku, aku seperti mencari seseorang, aku mencari dan menunggunya walaupun pikiranku berkata tidak keduanya.
Aku bangun kesiangan karena semalam adalah hari ulang tahun Arnold dan pulang larut malam. Aku menyusuri trotoar yang akan mengantarkanku ke subway, aku menyadari 1 hal saat aku duduk di dalam subway, hari ini hatiku tenang, aku tidak seperti kemarin mencari - cari, menunggu. Rasanya seperti tidak ada beban. Perhentian yang kutunggu sudah di depan mata lalu aku bersiap-siap, aku keluar dan melihat jam tangan, aku kaget ternyata sudah jam 7 aku berlari kecil dan tidak sengaja menubruk seseorang. Seorang wanita. Aku cepat-cepat berdiri dan mengulurkan tanganku untuk membantunya. Saat dia melihatku aku langsung teringat, wanita ini sama dengan pada waktu itu . " Anda tidak apa-apa?"
"Iya tidak apa-apa, terima kasih"
"Anda Mike?" lanjutnya "Iya, saya Mike."
"Oh Mike, lama tidak bertemu, masih ingat aku? Lia." Aku berusaha mengingat apakah aku mempunyai seorang teman bernama Lia, "Oh Liaa... bagaimana kabarmu?, kamu menuju ke mana?" kata Mike.
"iya baik.. Restorant yang ada di ujung sana" katanya sambil menunjuk arah bangunan tinggi saat kami sudah berada di luar jalan raya. Kami berbicara sepanjang perjalanan menuju restorant. Aku merasa hatiku kegirangan dan sangat bersemangat saat mendengar suaranya, aku juga mulai merasakan sesuatu saat dekat dengannya rasanya seperti.. bebas tetapi satu hal yang tidak kumengerti dan masih membuatku merasa aneh kenapa aku tidak mengenalnya padahal aku sudah melihat wajahnya 2 kali. Aku menggelengkan kepalaku dan berusaha untuk tidak berfikir macam-macam. Kita masuk ke restorant dan mempersilahkannya duduk, aku memberinya isyarat untuk menunggu sebentar.
"Ini 1 sup cream nya" kataku sambil menaruh semangkuk sup didepannya. Dia sangat kaget karena aku memberinya sup cream yang sama pada waktu hari itu. Aku duduk di seberangnya dan mulai berbincang-bincang lagi sampai waktu makan siang datang, sayangnya dia pamit duluan karena takut mengganggu ku bekerja pada jam makan siang, selain itu dia juga ingin menemui penulis novel terkenal yang dijadikannya sebagai narasumber untuk bahan tulisannya. Karena pertemuan hari ini sangat cepat, aku meminta nomor teleponnya sehingga aku bisa berbincang dengannya.
---
Hari itu hari bahagia buat Mike, dia bertemu dengan sahabat lamanya dan juga pelanggan hari itu banyak sekali sehingga dapur sedikit kewalahan.

Hari sudah malam, aku berganti pakaian dan pulang. Malam ini dingin sekali, angin yang berhembus membuatku menggigil sehingga ingin cepat sampai di apartement, bicara soal angin dingin pada hari ini, aku khawatir dengan keadaan Lia, apakah dia sudah sampai di tempatnya? Apakah dia baik-baik saja? Aku ingin mendengar suaranya.
Rttrrrr... ponselku bergetar saat aku berada di depan kamarku, ternyata sebuah pesan.
Dari: Lia
Hai Mike, ini aku Lia. Hari ini adalah hari kita pertama bertemu setelah 10 tahun lalu, terima kasih untuk hari ini dan sup mu enak sekali, aku ingin mencoba masakanmu yang lain. Sekali lagi terima kasih dan maaf baru bisa memberi kabar sekarang.
Pesan singkat itu tanpa kusadari membuatku tersenyum, aku menekan tombol Reply tetapi aku ingat aku juga ingin sekali mendengar suaranya. Aku bingung apakah aku membalas pesan singkatnya atau meneleponnya?

Aku akan meneleponnya katanya dalam hati. Aku tidak membuang waktu lebih lama lagi, aku cepat-cepat mengambil ponselku dan mengetik nomor telepon Lia. Iya.. aku takut jika aku memikir lagi, aku akan berubah pikiran dan membuatku mungkin akan menyesal. Lagipula tidak ada salahnya untuk menyoba. "Halo Mike" suaranya muncul diujung sana "Oh.. Ha.. Hai.. Lagi apa?" kataku terpata-pata
" Lagi telepon"
"Telepon? Sama?" Mike takut bila dia mengganggu Lia
"Kamu... oh ya makasi ya buat hari ini" dia melanjutkan.
"Sama-sama, mm.. Lia apa besok kamu sibuk? Jika tidak, aku mau mengajakmu jalan-jalan?" tanyanya
"Boleh.. " balas Lia setelah beberapa menit hening
"Sampai besok Lia" kata Mike kemudian menutup teleponnya.
Setelah selesai jam makan siang, aku kembali ke kantorku diikuti oleh Arnold.
"Mm.. Ar--" belum sempat Mike menyelesaikan kalimatnya, Arnold memotong "Sudah pergi sana, aku yang menggantikan"
"Eh..Oh.. Arnold, apakah tidak apa-apa?"
"Iya sudah sana, sebelum aku berubah pikiran cepatlah pergi." kata Arnold sambil tertawa. Itu adalah kali pertama dia melihat Bos nya yang biasanya lantang sekarang kebalikannya. Aku berjalan ke luar dapur dan menuju kekantorku, berganti pakaian dan mengambil jasku yang tergantung di ujung dekat pintu.
Aku menyusuri jalan Southampped street di musim gugur di sore hari. Angin berhembus pelan tetapi dinginnya sudah mulai menusuk. Aku berjalan dengan cepat menuju apartemen Lia yang lokasinya tidak terlalu jauh dengan restorant ku.
"Surprise" kataku waktu pintu apartemen Lia terbuka. Lia terkejut, aku bisa membaca dari wajah dan matanya saat melihatku. "Sudah siap?"
"Sebentar lagi ya, tunggu sebentar" katanya sambil berjalan masuk. Sambil menunggu Lia selesai, aku berjalan ke ujung koridor apartemen Lia, melihat persimpangan jalan Southampped street dengan Regent street. Aku menoleh saat aku mendengar suara pintu tertutup, kulihat Lia dalam balutan rok terusan berwarna kuning dan cardigan berwarna hitam. "Hei.. ada yang aneh dengan diriku? Kamu melihatku seperti melihat bidadari" kata Lia sambil tertawa
" Memang" kataku kecil sambil berjalan menuju kearahnya
"Apa..?"
"Tidak apa, ayo berangkat. Waktu berjalan cepat" kataku sambil mempersilahkan Lia jalan lebih dulu. Kami berjalan keluar apartemen menyusuri sepanjang trotoar, kami juga berbincang-bincang, entah apa saja yang kami bincangkan. Kemudian aku berhenti di ujung jalan.
"Sampai" kataku tiba-tiba
"ini tempatnya?" katanya sambil melihat ke sekelilingnya, aku mengangguk tersenyum.
Tempat itu adalah sebuah taman bermain berukuran mini yang Arnold pernah katakan, bahwa tempat ini biasanya tempat para pasangan mengutarakan perasaannya. Aku meraih tangan kanan Lia dan berjalan menuju kearah 1 kursi kosong di tengah taman itu. "Taman ini bagus sekali" katanya " terima kasih"
"Sama-sama" balasku
Keheningan menyelimuti kami lagi, Lia duduk dan menikmati suasana saat itu, berbeda sebaliknya denganku, aku menguatkan diriku tetapi aku takut tidak berjalan dengan baik. Kemudian Mike memantapkan hatinya, "Tahun ini sangat indah bagiku, menikmati detik-detik natal hingga saat ini, hari natal, kita bersama" kataku sambil melihat ke arah matahari terbenam dan berpaling kearah Lia. Lia melihatku. "Lia.. tahun ini kita merayakan natal bersama, maukah engkau merayakan natal bersamaku ditahun-tahun selanjutnya?"

TBC...
Thank you udah baca story ku ini.. hehehe
Penasaran bagaimana selanjutnya? Then stay tune...

THE FIRST CHRISTMASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang