ADAM DIGO ALIYANDRA

4.8K 449 18
                                    

JAKARTA 2016

***

Setiap nafas yang dihembus
Setiap degupan jantung
Aku selalu memikirkanmu



***

Dan kembali Digo meluruhkan hatinya, menarik nafas dalam bersandar pada headboard tempat tidurnya.Matanya menerawang berpangku angan, kejadian tadi siang membuatnya tak bisa lelap, salah jangankan lelap memejamkan matanya pun terasa sulit. Satu nama yang terus bergulir dipikrannya "Prilly" nama yang indah tapi ada yang lain yang menganggu pikirannya, ucapan Prilly tadi siang.

#Flashback

"A'a aku takut,,,,, A'a aku takut" lirih Prilly sambil mendongak menatap mata Digo, lalu tersenyum samar hingga tubuhnya lemas tak sadarkan diri dalam pelukan Digo.

"Hei Prill bangun, Prill" Digo menepuk nepuk pipi Prilly, lalu menggendongnya mencari sebuah taksi atau tumpangan yang bisa membawanya ke Rumah sakit. Wajahnya pias tersamar sebuah rona kepanikan yang menggantung diujung matanya, Digo merasakan takut melihat gadis dalam pangkuannya tak kunjung membuka mata, serta darah yang mengalir dipelipisnya menambah rancu jantung Digo yang seakan berlarian. Hingga sebuah taksi lewat tepat dihadapannya membawanya menuju Rumah sakit.

Sudah 2 jam Digo duduk termangu dikursi tunggu, sesekali melirik sebuah pintu yang tertutup rapat bertuliskan OBSERVASI, kalut dan cemas sampai dia melupakan apapun miliknya termasuk motor Ninja putih kesayangannya. Queen anggaplah nama motor itu, bagi Digo Queen lah yang mampu membawanya melewati arus kehidupan, bersama Queen lah Digo mencurahkan kegundahan hatinya. Digo masih tak mau beranjak walau rasa ingin buang air kecil telah bergantung diujungnya, tapi sampai saat ini belum ada satu pun dokter atau suster yang keluar memberitahu kondisi Prilly.

Cekleeek

Handle pintu terbuka, seiring dengan keluarnya pria berjas putih lengkap dengan stetoskop menggantung dilehernya, dengan cepat Digo bangkit menghampiri dokter.
"Gimana keadaannya dok?" tanya Digo langsung, dokter itu hanya tersenyum lalu menepuk bahu Digo.

"Dia baik-baik saja, hanya syok dan sedikit rupture dipelipisnya, kamu jangan khawatir" Digo menarik nafas dalam ternyata dewa Zeus masih berbaik hati padanya, atau mungkin memang Herodus kalah perang.

"oh ya sepertinya pacarnya adik,pernah mengalami hal yang sama, jiwanya sedikit tertekan usahakan hindari hal-hal yang membuatnya merasa takut, kondisi jiwanya mengalami kecemasan yang mendalam" lanjut dokter, Digo mengangguk tanpa beucap.

"emz dok, tapi benar dia baik-baik saja, maksud saya dia tidak luka parah, tadi dokter lama sekali"

"Dia gadis cantik yang kuat, tadi kami lama karena kami melakukan hecting yang cukup dalam dan sedikit sulit pasalnya itu diwajah, takut berbekas."
Sekali lagi Digo mengangguk, dokter itu beranjak pergi melewatinya. Lega rasanya mendengar kata "baik" yang keluar dari bibir dokter itu, huh Digo melangkahkan kakinya memasuki ruangan yang begitu khas dengan aroma menyengat dari berbagai macam obat dan alat medis. Senyumnya menggantung diwajah tampannya Prilly sudah lebih segar dari pada saat dia terlelap dengan bibir pias tadi. Pipinya mulai bersemu merah jambu juga bibirnya lebih berdarah dibanding tadi, Digo menghempaskan bokongnya dikursi, samping ranjang tempat Prilly terbaring, tangannya terulur menggegam jemari mungil yang tergolek. Lintasan memory masalalu kembali berputar.

"A'a iihh geli atuh itu teh kaya ular mana dipegang lagi iihh"

"ini kan belut Ii, enak kalau dimakan banyak vitaminya, Ii mau pegang sini"

"ahh gak mau A'a kalau A'a bawa ember itu kesini Ii marah sama A'a"

***

Ingatan masalalunya kembali merauk hatinya, Digo menggelengkan kepalanya pelan yang terbaring didepannya Prilly, bukan princesnya dulu. Karena Ali telah mati bersama kenangan dulu, dan janji nya itu bagai bayang-bayang dosa yang selalu berlalu lalang dipikiranya.
Ah sudah berapa lama Digo duduk menggegam jemari itu hingga lupa rasa ingin buang air kecilnya terabaikan.

SEDETIK LEBIH ketika waktu tak tergantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang