Prilly Paramitha Amanta

13.3K 515 48
                                    

Ciwidey, Bandung 2007

"Teh Ii, dipanggil Uwa katanya suruh nyusul ke kebun!" teriakan seorang gadis membuat gadis lain yang dipanggil "teteh" itu menoleh menghentikan aktifitasnya yang sedang duduk lesehan sambil mencorat coret pensil dibuku gambarnya, disebuah "saung" kecil disamping rumahnya.

"ada apa Ni?" gadis yang meneriakinya menggeleng, sambil mengayun ayun kantong plastik hitam dan sandal jepit yang penuh lumpur miliknya.

"gak tau, tadi Ani habis dari sawah nyari supa, terus belok lewat kebun teh, eh ketemu Uwa disaung katanya Ani suruh bilangin ke Teh Ii kalau teteh disuruh nyusul ke kebun sama Bi Inah"

"oh yaudah atuh, Ani mau mampir dulu gak? cuci kaki dulu "

"gak usah Teh, Ani mau pulang mandi sama mau goreng supa, hehe ya udah atuh Ani pulang dulu"

"iya hati hati dijalan Ni, licin abis ujan" Gadis yang bernama Ani itu mengangguk seraya melenggangkan kakinya melewati hamparan kerikil putih yang berbaris sepanjang jalan dengan lebar 1 meter, serta bunga bunga kecil merumput dipinggirannya, hingga berakhir disebuah gerbang raksasa berwarna abu abu tua.

Gadis itu kemudian membereskan benda-benda miliknya, memasukannya kembali kedalam tas, dan melenggang turun memakai sandalnya lalu berjalan menuju rumah utama.

"Bi Inah, kata Ani tadi kita disuruh nyusul ke Kebun sama Bunda, emang ada apa sih?" Bi Inah tersenyum mendekat kearahnya.

"Kata Ibu, ada tamu dari Jakarta mau liburan disini, & katanya Bibi sama Non Ii suruh nyusul ke Kebon bawa ini peralatan makan, mau bikin nasi liwet sama ayam bakar disaung"

"oh gitu ya udah atuh hayu, Ii bawa apa Bi?" Bi Inah menggeleng lalu mengambil kain panjang miliknya dan menggendong beberapa perabotan serta bahan makanan

"Ga usah Non, Bibi kan jago gendong jadi Bibi yang bawa" tolak Bi Inah,

"Bibi yakin gak berat,? kalau gitu Ii bawa Kastrol aja yah" ujarnya meraih benda bulat yang disebut Kastrol.

***

Udara dingin membungkus siang itu, cahaya matahari seolah hanya biasan dari pantulan cahaya lain yang tak berdampak pada suhu disini. Seorang gadis cantik berusia 8 tahun berjalan beriringan dengan asisten rumah tangganya sambil membawa sebuah panci menuruni perbukitan dan elokan perkebunan teh milik Ayahnya.
Prilly Paramitha Amanta nama yang memiliki arti "Kesempurnaan Cinta" diberikan tepat dihari kelahiranya 8 tahun silam oleh Ayahnya Arya Amanta dan Ibunya Nada Paramitha.
Gadis cantik nan ceria tersenyum riang dan berceloteh sepanjang jalan, dengan dress motif bunga bunga serta rambut digerai hanya pita kecil berbentuk strawberry terpasang di sebelah kiri rambutnya.

"Bibi mang Asep itu, mantan pacar Bi Inah yah?"

"ihh kata siapa? Mang Asep ngarang itu," Prilly tersenyum lucu mulutnya melongo berbentuk O,

"Kan Mang Asep cerita, kemarin waktu aku kehujanan terus aku berteduh di pos satpam eh ada Mang Asep, dia nanyain Bibi, lama-lama cerita dulu katanya Mang Asep sama Bibi pacaran"

"ah mang Asep mah ngarang, eh tuh kayanya udah datang Non tamunya, sok turun hati hati" ujar Bi Inah
Prilly perlahan menuruni sebuah pematang pembatas dengan pelan tangannya menggegam dedaunan pohon teh hingga...

Brukkhh

"awhhhh" Prilly terpeleset jatuh, hingga ia terduduk. Bi Inah yang panik akhirnya berteriak minta tolong.

"ya Allah gusti, Neng geulis Bibi baru aja bilang hati-hati eh udah jatuh"
Prilly terdiam beberapa saat merasakan sakit di betisnya yang terkena pohon teh yang telah dipangkas, serta pantatnya yang mengalami gagal pendaratan.
Bi Inah berjongkok berniat membantu Prilly tapi ada seseorang yang lebih dulu memangku Prilly ala bridel style.
Prilly terkesiap saat melihat siapa yang menggendongnya, bukan ayahnya tapi seorang pria remaja dengan mata abu abu gelap dibingkai alis dan bulu mata tebal.

SEDETIK LEBIH ketika waktu tak tergantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang