6: He Suddenly

3.1K 287 16
                                    

"Pada saat itu, aku sedang berjalan di koridor sekolah dan mencari Haeun. Suasana hatiku benar-benar buruk saat itu, dan emosiku benar-benar tidak terkontrol. Tiba-tiba, Haeun datang dengan berteriak-teriak dan ia menarikku ke tempat kejadian."

Seulgi berhenti sebentar. Nafasnya hampir tercekat ketika menit setelahnya ia dapat mengaturnya kembali.

"Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tetapi entah mengapa kurasa pertengkaran hebat itu ada kaitannya dengan namaku. Aku meminta ketua kelas untuk memberhentikan mereka, tetapi ia tetap tidak mau. Maka dari itu....aku maju untuk melerai mereka. Tapi aku tak menyadari banyak hal ketika satu dari tangan-tangan panjang disekitarku mengenai pelipisku dan akhirnya aku terjatuh. Itu yang aku ingat, saem"

Seulgi menghela nafas. Ya, memang benar itu semualah yang dia tahu dari kejadian siang kemarin. Setelah kepalanya terbentur keras dengan aspal, ia tak mengingat apapun lagi dan keadaan sekitar menjadi gelap. Pada saat ia kembali terjaga, ia sudah berada di kamarnya dengan kepala terbalut.

"Apa sekarang kau baik-baik saja?"
"Eum. Na gwenchana"

Memberikan keterangan benar-benar bukan hal yang sulit bagi Seulgi. Ia dapat mengingat kejadian yang menimpanya kemarin dengan jelas, dan kejadian-kejadian sebelumnya juga masih tertata rapi di ingatannya. Ia hanya tinggal menceritakannya, dan ia boleh kembali.

Satu hal berat baginya, hanyalah sejak pertama kali ia membuka matanya di kamarnya, rentetan kata-kata, kalimat-kalimat, atau bahkan peristiwa-peristiwa yang entah kapan ia alami, seperti terputar di benaknya. Seulgi asing dengan hal-hal dibenaknya itu, tetapi setiap kali hal itu muncul, Seulgi mendadak pusing dan kedinginan.

Seulgi sudah menceritakan hal ini pada Irene dan Haeun. Tapi masing-masing dari mereka sama-sama berkata bahwa itu adalah karma karna dirinya terlalu angkuh pada orang-orang. Ck, tidak masuk akal.

Setelah guru Park menyudahi pertanyaannya terhadap Seulgi, gadis itu kemudian berdiri dan membungkuk memberi hormat. Ia lantas membuka pintu ruangan dan keluar. Perban yang menutupi lukanya terasa sangat mengganjal bagi Seulgi. Walau kini kepalanya tak lagi dibalut, tetap saja perban di keningnya terasa mengganggunya.

Seulgi menutup pintu dengan perlahan. Ia lalu membalik dan hendak pergi, ketika Tiffany, senior seangkatan dengan Taeyeon datang dari sebelah kanan. Sepertinya ia akan pergi ke kafetaria mengingat jam istirahat sudah datang sejak beberapa menit yang lalu. Seulgi lalu menundukkan kepalanya tanda hormat, setelah itu Tiffany tersenyum kepadanya.

"Seulgi-a. Kajja!"

Seulgi tertegun.

"Seulgi-a. Kajja!" Gadis itu menarik-narik tangan Seulgi dengan antusiasnya yang tinggi. Seulgi berkali-kali menggulung bola matanya ke kiri dan ke kanan. Bagaimana bisa gadis dihadapannya ini sangat cerewet?!

"Kau tahu siang ini ada gerhana matahari. Kau mau membuat kulit putihku rusak? Huh?"

"Hahahahah. Jika kulitmu memang sehat, maka warna putihnya tak akan memudar, tahu!"

Seulgi melangkahkan kakinya mundur satu langkah. Entah mengapa, setelah Tiffany mengatakan kalimat singkat itu, kiat-kiat kembali muncul di benaknya dan kepalanya kembali sakit. Ia memegangi keningnya erat-erat sambil memejamkan matanya.

"Seulgi-a?? Gwenchana?!"

Tiffany akhirnya bisa bernafas lega ketika tingkah laku Seulgi membaik dari sebelumnya. Ia sekarang bersandar di dinding sambil mengatur nafasnya. Tiffany sendiri tidak tahu apa yang terjadi pada Seulgi, yang jelas sedaritadi ia hanya mengajaknya pergi ke kantin bersama. Tiffany lalu pergi meninggalkan Seulgi karna sebelumnya gadis itu memang sudah memintanya.

✓ coldness | baekhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang