"Sepertinya kau sudah tau aku mau bicara apa."
Seulgi menengadah; membiarkan air yang beriak tenang itu lepas dari perhatiannya. Ia menangkap sorot mata Baekhyun. Tangan kanannya memegang tangan kirinya yang jatuh lurus ke arah keramik. Saat ini, ia tidak bisa melipatnya.
Bising ombak bisa terdengar begitu jelas, namun tak ada satupun yang berani membuka mulutnya. Semilir angin menyelinap nakal di helai-helai rambut Seulgi. Bibir tipisnya masih tertutup rapih.
Baekhyun menghela nafas kecil. "Aku sudah sedikit lebih baik dari tadi siang. Jadi, sekarang jelaskan semuanya kepadaku."
Seulgi masih memperhatikan wajah Baekhyun. Ada semburat kekecewaan yang terpancar dari matanya. Seulgi bisa melihatnya.
"Kenapa kau melakukannya?"
Seulgi memang tau persis bahwa Baekhyun membenci kekerasan; wanita itu bahkan sempat terkejut ketika mendengar Baekhyun melukai dirinya sendiri. Namun semua yang selama ini Seulgi lakukan, ia sudah memikirkannya dan ia sudah tau konsekuensi terbesar yang harus ia terima. Dan pada detik inilah, sepertinya Seulgi harus menelannya mentah-mentah.
"Apa kau.. baru saja membela orang lain lagi?" Seulgi masih mencoba menahan nafasnya yang panas dan bergemuru didalam hatinya. "Jadi, memang benar ya.."
"Ini bukan waktunya untuk bercanda."
"Kalau aku bukan orang yang pantas kau bela."
Seulgi menangkap perubahan wajah Baekhyun yang begitu drastis. Lelaki itu menegakkan badannya dan kembali menghela nafas; yang kali ini terdengar sedikit lebih kasar.
"Apakah aku terlalu berekspetasi banyak padamu? Apakah harapanku padamu begitu besar sehingga aku tidak bisa mendapatkan keuntungan apapun?"
Kalimat ambigu Baekhyun membuat Seulgi jauh lebih bungkam lagi.
"Kau tidak berubah sama sekali. Kau masihlah seorang Kang Seulgi yang dulu. Kau masih berupa seekor elang yang dibungkus dengan bulu kucing."
Rangkaian kalimat yang Baekhyun katakan barusan membuat Seulgi menengadah. Sekeliling matanya berubah merah, dan kini bibirnya tak tertutup rapat seperti semula.
"Baekhyun-ah.."
"Kau selalu-"
"Baekhyun-ah aku akan bicara sekarang!"
Kedua dada sepasang remaja tersebut naik turun, memompa oksigen lebih banyak karena mereka; atau lebih tepatnya salah satu dari mereka baru saja berbicara banyak. Emosi menguasai pikiran dan hati mereka, ego memuncaki puncak kepala mereka.
"Mungkin benar katamu. Benar bahwa kau terlalu berekspetasi banyak padaku,"
"Kau selalu berharap banyak padaku, dan kau selalu bersandar padaku seakan aku bisa berubah begitu saja. Seakan sentuhanmu selama ini hanyalah siasatmu untuk membuatku mengubah haluan hidupku yang selama ini telah ku tata rapih sendirian,"
"Apa kau pikir semua yang selama ini telah kau lakukan tanpa mempertimbangkan eksistensiku disisimu berakhir baik pada diriku sendiri? Apakah kau pikir semua keputusan yang kau buat menguntungkan diriku dan bisa kuterima? Lantas pernahkah aku menyentakmu seperti ini layaknya anjing yang menggonggong?!"
Tangan Baekhyun terangkat hendak menarik lengan Seulgi, namun gadis itu mundur seakan menolak.
Air mata Seulgi mulai jatuh turun ke pipinya, lalu ke dagunya yang lancip.
"Kau selalu melontarkan topik lain, atau bahkan menarikku kedalam pelukanmu supaya aku melupakan semuanya. Supaya aku melupakan apa hal yang pernah kau lakukan kepadaku, dan agar semuanya kembali normal. Kau pikir aku tidak menyadari hal itu Baekhyun?"
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ coldness | baekhyun
Fanfiction[UNDER REVISION] Tentang Baekhyun, Seulgi dan benang kusut yang terbentang di antaranya.