Author POV
"Sekarang aku masih ditaman.. Iya bentar lagi aku pulang.. Mm aku tau.. Iya aku pulang sekarang."
Nina bangkit dari kursi taman dan melangkah dengan perlahan. Sebelah tangannya memegangi ponsel yang ditempelkan ke telinga. Beberapa kali ia menghembuskan nafas panjang dan berlebihan. Telepon dari sahabatnya malah membuatnya semakin pusing."dav sudah dulu ya? aku capek sekali," Nina menyela ucapan david sahabatnya sejak SMA dan segera menutup teleponnya. Dengan kasar nina memasukkan ponselnya ke dalam tas selempanya.
Hari ini sungguh melelahkan sekali. Tadi pagi ia dimarahi dosen karena datang terlambat 5 menit karena alaramnya mati dan akhirnya ia harus membuat rangkuman materi sampai larut malam.
Keputusannya untuk kuliah di universitas favoritnya memang bukan keputusan yang mudah. Karena universitas itu berada di luar kota dan mengaruskannya untuk tinggal terpisah dari kedua orang tuanya. Dan masalah lainnya nina juga harus menyembunyikan identitas keluarga dinata yang dia sandang.
Suasana kota Bandung masih ramai padahal waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Keindahan kota Bandung sangat menghipnotis orang-orang untuk mengaguminya.
Nina berhenti di depan sebuah minimarket yang berada tepat di seberang jalan apartemennya. Dengan langkah pasti ia masuk ke minimarket tersebut. Setelah menyapa bibi pemilik minimarket tersebut ia berjalan menuju rak keripik.
"Lah neng, banyak banget? Mau dimakan orang sekampung" Tanya bibi pemilik mini market setelah melihat 5 bungkus besar kripik kentang dan 3 bungkus kripik singkong yang nina letakkan di meja kasir.
"Enggak kok teh cuma buat cemilan kalo lagi buat tugas". Nina membuka tas selempangnya dan mencari dompet. 'Kemana dompet itu?' Batinnya.
"Sebentar teh tadi udah saya masukin kok dompetnya..." Nina sedikit bergeser dan mengaduk-aduk serta mengeluarkan seluruh isi tasnya. Akan tetapi hasilnya nihil, ia tetap tidak bisa menemukan dompetnya.
Tiba-tiba ada orang yang berdiri di depan kasir sembari meletakkan barang belanjaannya di meja kasir. Dengan sopan ia menepuk pundak laki-laki itu. Akan tetapi terus diabaikan. Karena kesal tak direspon nina menjewer telingga laki-laki itu.
Pria itu berbalik badan dan menunjukkan wajah memerah dan rahang yang mengeras.dengan menahan amarahnya ia berkata"Apa sih?"
"Oh, maaf om saya kira anda ngak tuli dan gak bias baca Itu..". kata nina sambil menunjuk poster bertuliskan "budayakan budidaya antri"
Dengan sikap datar pria tadi mengambil belanjaannya di atas kasir dan berdiri di belakang nina.
"aduh teh maaf ya dompet saya ketinggalan. Saya ambil ke apartemen dulu ya teh ". Pinta nina kepada bibi pemilik mini market.
"bibi belanjaan nona ini dihitung jadi satu saja sama belanjaan saya". Suara pria yang berdiri di belakang nina.
"oh, baik mas". Kata bibi pemilik mini market sembari menghitung semua harga barang belanjaan pria tadi.
"ngak usah repot-repot om apartemen saya ada di seberang jalan itu". tolak nina sambil menunjuk bangunan apartemennya.
"Dari tadi kamu memanggil saya om? Saya belum setua itu asal kamu tau". Balas pria tersebut dengan ekspresi jengkel.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BELOVED DOCTOR
Teen Fictionini hanya cerita abal-abal yang ditulis oleh penulis amatir. yang kurang greget dengan cerita yang ada