Part 3

115 13 0
                                    

Tak ku hiraukan beberapa chat yang dikirim kak bagas untukku. Mataku telah asik menelisik berbagai pemandangan yang tengah tersaji di hadapanku. Bongkahan-bongkahan batu kapur yang sangat besar yang telah terlepas dari perbukitan kapur yang berada di sebelahnya karena akan dibuat berbagai macam kerajinan dan bahan bangunan yang menjadi ciri khas dari gunung kidul yogyakarta.

"Lo nggak tidur nin?". Suara flora mengagetkan lamunanku

"Nggak ngantuk gua". Jawabku seadanya

"Emm.. za..".

Aku menoleh ke arah flora yang sedang menggaruk lehernya yang aku yakini tidak gatal itu. "Hmm".

"Lo keberatan nggak kalo gue panggil lo izza kaya waktu SMA". Cicit flora yang masih bisa ditanggap oleh indra pendengaranku.

Mataku terbelalak mendengar pernyataan dari flora. "Ehm... emang kenapa flo?".

"Biar lebih deket aja, sekalian nostalgia". Jawab Flo sembari menyembunyikan rasa gugupnya

"Sorry tapi gue udah nyaman dipanggil nina". Jawabku singkat

"Oww.. Iya".

@@@

Saat matahari mulai bersembunyi kami semua baru sampai ditempat yang menjadi tujuan kami. Sebuah rumah yang berukuran sangat besar dengan arsitektur jawa klasik yang mendominasi. Kami semua turun dari travel dan menurunkan semua barang bawaan.

"Hoamm.. akhirnya sampai juga". Ucap jojo disela kantuk yang masih menguasainya

"Mana nih orang yang katanya mau njemput kita?". Keluh gita

Seorang laki-laki paruh baya yang kira-kira berumur 50 tahunan mendatangi kami semua. "Maaf, kalian mahasiswa dari Bandung yang mau Pelatihan Kerja di RS Pratama Husada?".

"Betul pak". Jawabku ala kadarnya karena mataku sudah tak kuasa untuk tetap terbuka

"Perkenalkan saya Pak Agus, Saya diminta Pak Rey untuk membantu kalian selama di sini". Bapak itu mengulurkan telapak tanggannya dan kusambut dengan ramah.

"Saya Nina, ini teman saya. Flora, Zordan dan Gita. Dan mohon bantuannya selama kami disini". Jawabku sambil memperkenalkan temanku satu persatu.

"Mari masuk". Ajak pak Agus sembari memasuki pekarangan sebuah rumah yang amat sangat asri dan terbilang mewah dibandingkan rumah lain.

"Selama kalian disini, kalian bisa menempati rumah ini. Rumah utama terdiri dari 5 Kamar dan di setiap kamar ada kamar mandinya, satu dapur, ruang makan, ruang keluarga, taman dan tempat santai. Untuk lebih lengkapnya kalian bisa melihatnya sendiri". Jelas pak agus ketika kami mengelilingi rumah ini.

Pandanganku tertuju pada sebuah kamar yang di design simple dan bernuansa warna putih, hitam dan biru. "Boleh saya menempati kamar itu pak?". Tanyaku to the point

"Maaf non, tapi kamar itu milik den rey. jadi tidak bisa". Pak Agus terliat tidak enak hati denganku.

"Gak papa kok pak, kalau boleh saya tau den rey itu siapa ya pak?". Tanyaku untuk mencairkan suasana yang tiba-tiba menjadi hening. Sejak ketiga temanku pergi memilih kamar yang akan ditempati.

"Den rey itu pemilik rumah sekaligus putra sulung pak Reymond rindra pratama non".Jelas pak Agus, aku hanya menganggukan kepalaku pertanda mengerti

"Oh ya non, kamar yang tersisa hanya kamar ini". Pak agus menunjuk sebuah kamar yang berada di samping kamar yang memikat hatiku tadi

"Ya udah nggak papa pak". Kataku pasrah karena memang benar hanya kamar ini yang tersisa

"Kalau bergitu saya pamit ya non, kalau ada apa-apa bisa panggil saya atau bi sumi di belakang".

MY BELOVED DOCTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang