Logika dan hati kini selalu bertengkar, logika mengatakan " kamu hanya akan menghancurkan hubungan aku dengannya". Tapi hatiku dengan egois mengatakan "lupakan dia, jujur saja aku menginginkanmu!".
Terus seperti itu sampai aku menemukan titik dimana aku harus memilih logika. Orang bilang " turuti kemana hatimu pergi, turuti apa yang hati bicarakan! Bagiku perkataan itu hanya akan membuatku jatuh sejatuh jatuhnya.. Seperti yang sudah sudah. Hatiku hanya akan membuat luka dengan sendirinya tanpa sadar, hati hanya akan membuatku lemah, seperti orang bodoh.
Logika takkan membuatku jatuh! Mungkin akj memang harus meninggalkan hatiku dan hidup dengan logika.Awalnya, aku tak pernah mau bicara soal ini kepadanya, aku takut ...
Aku takut hatinya terluka, aku takut dia mengangapku sebagai penghianat, tidak bukan begitu.. Aku harus mengatakan ini, atau dia akan tau dari orang lain tentang kedekatanku dan aku tak ingin itu akan membuatnya lebih sakit. Biar aku saja yang membuatnya sakit tentang ini, tidak dengan yg lain.
Takut, ragu, sedih semua aku rasakan! Tapi aku takkan kalah. Aku mengatakan semuanya! Dan kalian tau apa yang ia katakan? "Tak apa, aku tau itu dari awal, dan jika seandainya kamu suka , kenapa tidak? Aku rela asal kamu bahagia". Seketika hatiku tersayat mendengar perkataan itu! Bagaimana bisa dia mengatakan itu, padahal aku telah mengkhianatinya. Dia sangat menyayangiku, dia mengatakan itu dengan kuat.. Yatuhan apa yang sudah aku lakukan? Dia sudah menanti kamu hampir 2,5 tapi aku malah dengan polosnya.. " aku terkutuk ".
Aku tau hatinya lebih terluka di banding aku, aku tak bisa membayangkan bagaimana sakitnya.Dan tekadku untuk menjauhi kamu bulat seketika itu, logikaku memang benar dan hatiku mengatakan lebih baik jika kamu memikirkan bagaimana perasaan dia. Sadar dengan itu aku mengerti dan memetik satu kesimpulan bahwa ketika logika dan hati saling bertolak belakang, kamu hanya perlu membandingkan presentase keberhasilan logika yang di dukung hati.