ku sertakan usahaku

127 6 0
                                    

Secangkir kopi dan lagu kalasik, menemani malamku. Sesekali kulihat notification di hand phone selalu berharap itu kamu.
Entahlah obrolan ini terlalu nyaman, aku tak bisa mengakhirinya begitu saja.

Kamu bercerita banyak hal, pria yang tak pernah membuatku bosan.
Kamu bercerita tentang perjuangamu,
Yang tak pernah mendapat hasil. Akutau bagaimana rasanya itu, entah mengapa aku berbisik dalam hati "andai kamu berjuang untukku, takkan kubiarkan kamu berjuang sendirian". Namun aku hanya mampu mensupport apa yg terbaik mewakili kata sahabat. Kamu tau perjuanganmu sangat membuatku envy dan aku berkata "betapa beruntungnya gadis itu!".

Saat itu aku menentang bahwa aku telah jatuh, namun menepis perasaanku ini terlalu sulit, amat sulit.

Sampai pada akhirnya kamu berhenti memperjuangkan gadis itu.
Seperti ada kembang api yang meledak indah di hatiku, aku seolah memiliki kesempatan untuk mengganti posisi sahabat menjadi lebih.
Aku sangat sangat bahagia atas berita ini, dan harapanku sepertinya akan mungkin terjadi.

Namun... Apakah dia memiliki perasaan yang sama sepertiku?

Bagaimana kalau tidak?
Aku pasti akan ada pada posisiku dulu, menunggu tanpa berbuat apa apa dan membiarkannya pergi begitu saja, aku hanya akan menyaksikan tanpa berkomentar, apa itu bisa dibilang supporter ?
Apa aku hanya akan berkomentar depan handpone dan tak melakukan apapun?

Jangan bodoh!
Untuk apa gunanya komunikasi yang canggih, jika aku hanya berkata pada diri sendiri? Jika aku hanya berteriak dengan benda mati?
Menunggu itu memang perlu, tapi menunggu tanpa melakukan apapun? menunggu dengan sia sia!
Dan aku tak mau menunggu dengan cara seperti dulu.
Sudah saatnya menungguku kusertakan dengan usahaku:)

MenungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang