Tiga

73 13 2
                                    

Tawa itu seketika berubah.

Plakkk...

Bintang terjatuh lemas

"Heeey heey cewe anehh heeyy kenapa? Heey bangun cewe aneh!!"
Tepukan tepukan kecil tangan Hugo yang mendarat di pipi Bintang tidak memberi reaksi apa-apa.
Matanya kian terpejam membuat Hugo semakin panik dibuatnya.

"Heyy heey Bintang bangun Bintang heyy!!"

Entah kenapa, aku merasa senang mendengar ia menyebut namaku..

****

Perlahan lahan mata bulat itu terbuka, sadar bahwa tempatnya berada saat ini begitu asing.

Dimana aku.. Kenapa aku bisa berada di sini.. Sebenarnya dimana ini

Kruukk..

Kruukkk..

"Huh!! Aku sadar perutku belum terjamah makanan sejak siang tadi!"

Bagaimana ini aku lapar..

Bintang berusaha bangkit dari ranjang kecil tempatnya berbaring, membuka pintu dengan sangat hati-hati dan menuruni tangga-tanga kecil

Aku sangat laparrr.. Lapaaar sekaliii

Tak jauh dari tempatnya berdiri mematung setelah melewati satu pintu kecil, ia tampak kegirangan melihat susunan - susunan roti yang menggoda.

Satu persatu roti lahap dimakannya.
Hingga saat lahapan pada roti yang terakhir ia bermaksud untuk memutar badannya

"Rotinya enak?"

Bintang hanya bisa terdiam melihat Umi yang tiba-tiba berada tepat di depannya saat dia membalikan tubuh

Bagaimana ini aku tertangkap basah..

"Hmm.. Iya nekk enak, sangat enak sekali. Rasanya ingin aku habiskan saja roti enak ini semuanya"

Bintang refleks menutup mulutnya, sadar bahwa apa yang ia ucapkan barusan itu rasanya tidak sopan

Mati aku.. Kenapa aku malah bicara seperti itu

Nenek Hugo pun mengeluarkan senyumannya, matanya yang kecil sipit hampir nyaris tidak terlihat.

"Kalau begitu ambil lah lagi, panggil saja nenek, Umi. biar Umi buatkan teh manis buat kamu. Kamu duduk saja disini, sebentar ya." sambil tersenyum

"Ba..baik Umi.." dengan nada gelagap

Di lantai 1 rumah Hugo terdapat 2 petak ruangan. 1 ruangan bisa dikatakan ruang tamu karena berisikan sofa yang cukup panjang dengan meja dan tv, dan satu petak di depannya yang dibatasi pintu kecil adalah toko roti lengkap dengan tatanan meja dan kursi yang berjejer.

"Bagaimana, apa kamu sudah merasa enakan?" sembari menyuguhkan secangkir teh manis dan beberapa roti

"Bintang sudah merasa lebih baik, Mi. Maaf tadi Bintang lapar sekali, makanya makan banyak roti Umi tanpa bilang bilang dulu"

"Jadi nama kamu Bintang? Iya gak apa apa, Umi justru senang kalau kamu suka sama roti Umi dan Alhamdulillah kalau kamu udah baikan." masih dengan memasang senyumnya

Seketika Bintang berhenti melanjutkan makannya, sadar bahwa ada yang harus ia tanyakan

"Oh iya Umi, Bintang masih bingung, sebenernya kenapa Bintang bisa ada di rumah Umi, tengah malam begini, dan siapa yang bawa Bintang kesini?"

"Mmm.. Soal itu, tadi malam Hugo yang bawa kamu kesini, katanya kamu pingsan saat sedang di jalan"

Kalau memang aku pingsan, kenapa dia ga bawa saja aku pulang kerumahku? Bukankah dia pernah mengantar aku pulang waktu aku jatuh dari sepeda?

I Can not !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang