***
Memasuki lingkungan baru, mendapatkan teman baru, merasakan suasana baru, dan tentu saja akan menambah pengalaman baru."Oke!" Melissa membuka mata setelah menarik napas dalam-dalam sambil berkonsentrasi sejenak. "Aku siap. Aku sudah siap! Menjadi mahasiswa rajin dan...."
"Mahasiswi, Kak." Zaki, sang adik yang tumben-tumbenan mau mengantar dengan suka rela membenarkan ucapan kakaknya.
"Ah, benar. Maksudku mahasiswi," sahut Melissa segera. "Ayah mewajibkan Kakak dapat gelar sarjana nggak lebih dari 4 tahun. Jadi aku harus fokus dan nggak boleh malas-malasan," ucapnya penuh semangat.
Zaki tertawa kecil mendengar perkataan kakaknya. "Makanya jangan jadi tukang telat lagi. Kalau masih gitu-gitu aja, bisa-bisa Kakak mengulang mata kuliah tiap semesternya," ledek anak itu.
"Kampret! Doain yang bagus kek, malah ngomong yang nggak-nggak. Aku bakal usaha kali ini, Zak," kesal Melissa. "Udah sana, berangkat dan sekolah yang bener! Jangan bolos pelajaran atau malah keluyuran, ya?"
"Ealah Kakak kampret, aku lebih tahu apa yang mesti aku lakuin kali. Nggak usah deh sok-sok nasehatin gitu. Nggak ingat apa siapa yang menjadi penasehat Kakak selama ini?" sahut Zaki gaya.
"Eh, dasar bocah sok tua!" Melissa bersiap menendang kaki adiknya tapi anak itu sudah lebih dulu kabur dengan motornya. "Ah, dasar! Awas aja nanti," gerutu Melissa sambil membenarkan letak tali ranselnya.
Baiklah, dari pada memikirkan ocehan Zaki yang tidak penting itu harusnya ia kembali fokus pada tekadnya kali ini. Ini adalah hari pertama masuk kuliah setelah mengikuti OSPEK selama beberapa hari. Kini Melissa telah resmi menjadi mahasiswi semester pertama di Universitas Pahlawan Nusantara. Universitas swasta bergengsi yang cukup terkenal di Jakarta, dan tentu saja berakreditasi A.
Sebenarnya Melissa ingin kuliah di PTN terkemuka di Jogjakarta. Sayang sekali ayahnya tidak setuju jika ia harus tinggal sendiri di luar kota. Lagipula sudah dua tahun Melissa meninggalkan Ibu Kota. Setelah lulus dari sekolahnya di Solo, sang ayah memintanya agar kembali ke Jakarta. Pekerjaannya di Jawa Tengah hampir selesai, maka sang ayah ingin Melissa melanjutkan kuliah di tempat yang tak jauh dari rumah, sehingga ia bisa tinggal lagi bersama ibu dan adiknya.
Melissa menarik napas sekali lagi. Di Universitas ini ia berniat akan membuat dirinya yang lalu berubah menjadi diri yang baru. Tukang panik, tukang gugup, tukang grogi, dan semua kehebohan yang dikenalnya dulu semasa SMK terutama sebelum pindah, harus ia lenyapkan untuk menjadi sosok baru yang lebih baik.
"Baiklah, Saudara-saudara! Perkenalkan, aku adalah Melissa Van Java. Aku bukan lagi Melissa si Panic Girl Van Java, oke? Si tukang grogi bin nggak jelas itu sekarang udah tinggal nama. Ha! Lihat aku sekarang. Aku yang cantik dan kece ini adalah Melissa The New Van Java!"
"Pagi, Melissa!" Sesosok cowok mendadak muncul lalu menghadang perjalanannya. "Lagi ngapain? Kok ngomong sendiri?"
Melihat siapa yang telah menyapa Melissa mati gaya seketika. Cowok berkulit putih, bermata agak sipit tapi punya sinar yang mengagumkan. Cowok yang dari dulu ternyata masih saja suka tersenyum. Cowok yang dulu sempat Melissa kagumi di sekolahnya yang lama.
"Kak Raya?" Melissa menyebut nama itu pelan. Ya ampun! Jeritnya dalam hati. Apa dia dengar deklarasi tadi? "Ehm, pagi juga, Kak," balasnya segera usai berdeham, mencoba menyembunyikan rasa malu. Melissa merasa kesal karena kakak kelas di sekolah lamanya itu memergoki saat ia bertingkah absurd begitu. Ia jadi teringat bagaimana kemarin di hari terakhir OSPEK ia bertemu Raya lagi setelah dua tahun berlalu. Pertemuan yang tak kalah memalukan tentu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The New Van Java (Terbit Cetak)
Chick-LitMelissa Van Java yang dikenal sebagai tukang panik dan gugup di masa sekolah, berjanji akan menjadi cewek tenang dan lebih percaya diri setelah memasuki Universitas. Siapa sangka di kampus barunya Melissa kembali bertemu Raya, kakak kelas playb...