S A T U

488K 13.5K 1.1K
                                    

[Dhea si gadis bodoh]

Pagi ini pemandangan di SMA Bina Bangsa tampak berbeda dari pagi-pagi sebelumnya. Pasalnya, SMA Bina Bangsa tengah mengadakan pembagian rapor yang tentu saja telah di nanti-nanti oleh setiap murid. Di hari inilah, jantung para murid akan berdetak dua kali lebih cepat, bukan karena sedang jatuh cinta, tapi karena rasa takut dicampur gelisah yang menghampiri hati mereka.

Di antara banyaknya orang tua dan murid yang menghiasi koridor SMA itu, ada satu gadis yang tampak mencolok, menarik perhatian karena suaranya yang sangat besar. Gadis itu bermata abu kehitaman, ia berteriak sepanjang koridor untuk mencari sahabatnya, Alika.

"Alikaaaaaa peringkat gue jelek banget!" Gadis itu mengadu ketika ia sudah bertemu dengan sahabatnya.

"Emangnya, lo peringkat berapa sih?"

Gadis itu menjawab sambil cemberut, "Gue peringkat dua."

Alika mengerutkan dahinya bingung, ada rasa tidak percaya dalam hatinya, "Kok bisa?"

"Gue peringkat dua dari belakang. Huaah. Gue peringkat 299 dari 300 siswa di angkatan kita. Huaah," gadis itu menghentak-hentakkan kakinya, tidak peduli dengan orang-orang yang mulai memerhatikannya.

"Yaelah Dhea. Lo nggak usah sedih gitu kali. Itukan udah biasa" balas Alika sewot.

Dhea nyengir. Memang hal ini sudah menjadi hal yang wajar untuknya. Wajahnya berubah cerah, seperti tidak memiliki beban, "Btw, lo peringkat berapa Lik?"

Alika tersenyum lebar, "Gue peringkat tiga ratus. Yang artinya, peringkat lo lebih tinggi dari gue."

Kedua sahabat itu saling tatap dengan pandangan jahil. Kemudian tawa mereka pecah. Mereka memang sama sama bodoh.

***

"Lika, ada cogan tuh!" pekik Dhea sambil menunjuk seorang cowok.

Alika mengikuti arah pandang dhea, "Eh, goblok. Lo jangan nunjuk nunjuk orang gitu dong. Malu gue jalan sama lo!"

Dhea nyengir, "Itu gerakan refleks tai."

Setelah menerima rapor, mereka memutuskan untuk hangout dengan tujuan menghilangkan stress yang timbul akibat kekecewaan mereka terhadap guru-guru yang memberikan peringkat jelek untuk mereka. Di mata mereka, guru selalu salah.

"Lik, lihat deh. Tuh cewek make upnya tebal banget. Cabe dasar!" Dhea berteriak heboh sambil menunjuk seorang gadis yang tengah berjalan di mall ini.

Alika menutup wajahnya dengan telapak tangannya, ia berjalan dengan cepat meninggalkan Dhea. Kalau saja Dhea bukan sahabatnya, ia pasti sudah menendang Dhea jauh-jauh dari dirinya. Dhea memang selalu membuat Alika malu.

Melihat Alika yang berjalan meninggalkan dirinya, Dhea berteriak toa, "Lik, lo pengen kemana? kok lo ninggalin gue sih? Tungguin gue!"

Dhea berlari mengejar Alika yang sedang berjalan menuju cafe terdekat.

"Lik, lo kok ninggalin gue?" tanya Dhea tidak terima

"Lah, emangnya gue harus ngapain? Mending gue kabur lah, daripada nanti lo buat gue lebih malu lagi," jawab Alika santai.

"Sialan lo!" umpat Dhea.

"Dhea sayang, lo itu harus banget ngehilangin suara toa lo itu. Lo juga nggak boleh terlalu polos tunjuk-tunjuk orang sembarangan gitu. Lo harus dewasa Dhea, jangan pelihara sifat kekanak-kanakan lo. Kita udah enam belas tahun loh. Bentar lagi bakal tujuh belas tahun, dan lo masih tetap kekanak-kanakan? Ckckck, miris gue lihatnya," ceramah Alika.

(Masih) Putih Abu-abu [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang