Bagian 9

9.9K 639 4
                                    

Penghujung Desember hujan sering turun tak terduga dengan intensitas tinggi, beberapa tempat yang biasanya menjadi langganan banjir sudah terendam air sebatas pinggang ditambah lagi banjir kiriman yang datang dari hulu memperparah ketinggian air. Entah sampai kapan masalah klasik satu ini bisa diatasi, perlu kerjasama dari semua pihak terutama kesadaran dari masyarakat yang berada disepanjang aliran sungai untuk menjaga kebersihan sungai dan tidak membuang sampah kesungai.

Jam baru menunjukkan angka 8 malam tetapi suasana café sepi pengunjung mungkin karena hujan lebat yang turun dari sore tadi membuat orang malas keluar rumah dan menghabiskan malam minggu dirumah masing-masing, hal ini menjadi keuntungan tersendiri untuk karyawan café Ivory yang memanfaatkan waktu santai setelah sibuk sedari siang. Alona dan Ica membentuk kelompok sendiri dengan para barista di dekat meja kasir.

Roy yang duduk di sofa dekat panggung mini melambai pada orang yang berdiri dipintu café, orang itu sibuk menepis butiran air yang menempel dipakaian dan rambutnya akibat berlari menembus hujan dari mobilnya.

"Hai bro,"Revan menghampiri Roy dan duduk disebelahnya setelah terlebih dahulu berhigtfive ria diudara salam khas setiap mereka bertemu. Ujung matanya melirik Alona yang sedang tertawa lepas dengan laki-laki dan perempuan yang berseragam sama dengannya.

"Mau bertemu Alona?" Roy mengikuti objek yang dilihat sohibnya, Revan menggangguk, "Kau tetap akan datang keacara itu besok?"Terdengar helaan nafas berat dari sosok jangkung disebelahnya.

"Aku diundang dan aku pasti datang meskipun itu sangat berat buatku,"

"Kalau terasa berat sebaiknya tak usah datang hanya akan menambah luka hatimu saja sob, aku hanya ngasih saran keputusan ada ditanganmu. Kau sudah memberi tahu Alona?" Roy menatap sohibnya prihatin .

Revan menggeleng, "rencananya malam ini, tadi aku kekosnya tapi kamarnya gelap sehingga aku langsung kesini."

"Mau minum apa?"

"Yang biasa."

Roy melambai memanggil Alona yang sedang asyik bercanda dengan Ica dan Kevin si Barista, Alona beranjak menghampiri Roy dengan tangannya menggeret Ica, ia tersenyum kaku menyapa Revan yang disambut senyum dingin si arogan, heh ini karena cuacanya yang tak mendukung atau memang siarogan kumat penyakitnya?

"Bikinkan kopi moka panas dua Lon!" ucap Roy dengan senyum yang menghangatkan suasana, aish... senyum seperti ini yang membuat Ica klepek-klepek dan lihatlah sekarang anak itu salah tingkah disebelah Alona.

"Bukankah itu tugasnya Kevin?' Alona melirik Kevin yang duduk dimeja tak jauh dari posisi mereka saat ini.

"Ya, tapi kami ingin kau yang membuatnya mungkin hasil racikanmu rasanya berbeda dengan yang dibuat Kevin,"

Alona hanya mengangkat bahu dan berlalu kekonter minuman , bak anak bebek mengekori induknya Ica berjalan dibelakangnya yang dipelototi Alona, dengan isyarat dagu Alona menyuruh Ica untuk duduk disofa bersama Roy dan Revan.

"Alona jangan lupa bikinkan aku satu cangkir ya!" Kevin berteriak dari mejanya.

Alona mengacung tanda bulat dengan jarinya diudara, "Punyamu pakai merica kan?" balasnya yang langsung dapat pelototan dari Kevin.

Alona membawa nampan berisi empat cangkir kopi panas, ia memberikan pesanan Kevin sebelum berjalan mendekati sofa tempat ketiga orang itu duduk.

"Kopimu mana?" Roy menaikkan kedua alisnya menyadari Alona hanya membuatkan kopi untuk ia, Revan dan Ica.

"Aku sedang tak ada jadwal ronda sekarang." Jawaban tak nyambungnya sukses membuat ketiga orang didepannya itu mengerutkan kening serempak. "Kalau minum kopi nanti malam aku tak bisa tidur dan akan terjaga sampai pagi," ketiganya manggut-manggut sambil tersenyum mendengar penjelasan Alona.

Mr. ArrogantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang