Bagian satu

17.9K 822 2
                                    

Drrrrrt...Getaran ponsel menghentikan kegiatan gadis itu dan menyentuh layar ponselnya kemudian membaca pesan.

'Kesini Now gak pakai lama!'

Sigadis mendengus kesal,"Dasar arrogant, maunya menang sendiri!"

"Dari Revan ya?" sebuah suara membuat sigadis menoleh dan tersenyum kikuk ketika mengetahui Roy sang bos berdiri dibelakangnya.

"Siapa lagi? Cuma dia yang suka memerintahku seenaknya," jawabnya sambil mengangkat bahu, "Jam dinasku sudah selesai dan sekarang aku mau pulang," ia berlalu dari hadapan Roy.

"Alona!" sigadis menghentikan langkah dan berbalik, "Hati-hati!" dua jari teracung diudara membentuk tanda ok sebelum ia menghilang dibalik pintu.

Alona menghempaskan tubuh dibangku halte, beberapa orang nampak duduk disana menunggu bis yang akan membawa mereka ketempat tujuan masing-masing, ada siswa sekolah yang mungkin masuk siang sehingga sore menjelang magrib jam pelajarannya baru usai, tapi kebanyakan karyawan swasta dan pegawai kantoran.

Alona mengerang kesal membayangkan orang yang akan ditemuinya, andai saja ia tak pernah bertemu orang ini, andai saja ia tak melihat sosok yang begitu dihindarinya bermesraan di café tempatnya bekerja, andai saja ia tak galau dengan pemandangan menyakitkan itu mungkin takkan terjadi kecelakaan yang berujung ia terikat perjanjian konyol dengan si tuan arrogant.

Sebuah bis mendekat dan Alona sigap menaikinya berebutan dengan penumpang lain, senja seperti sekarang ini bis selalu penuh sesak dengan orang-orang yang pulang kerja, untung ia mendapatkan tempat duduk dibangku bagian tengah. Ia mengarahkan pandangan keluar jendela membuang rasa sesak yang terasa begitu menghimpit dadanya.


Mr. ArrogantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang