2

278 34 9
                                    

Rajendra memasuki DKT dan langsung menuju ruang perawatan.Dilihatnya tiga orang wanita sedang berbincang bincang.Satu dari wanita itu adalah pasiennya yang pagi tadi pingsan di lapangan saat sedang lari.Yang dua lagi sedang duduk membelakanginya.
"Ehem..."Rajendra berdehem.
Sontak ketiga wanita tadi menghentikan obrolannya.
"Selamat siang saya dokter Rajendra."
Salah seorang wanita membalikkan badannya.
Rajendra terkejut,begitu pula dengan wanita dihadapannya sekarang.
"Aisya..."katanya tertahan.
"Rajendra..."gumam Aisya pelan.
"Bu Aisya, ini dokter yg menangani Dian," kata Ika membuat Aisya dan Rajendra sadar dari keterkejutannya.
Aisya tersenyum.Dan senyumnya sempat membuat jantung Rajendra seakan berhenti berdetak.
"Selamat siang dokter,saya Aisya Manajer Personalia PT Nusantara." Kata Aisya pura pura tidak mengenal Rajendra sambil mengulurkan tangannya.
Rajendra tergagap."Oh...Eh.iya ais..eh bu Aisya."
"Bagaimana keadaan Dian karyawan kami?kalau boleh kami ingin memindahkan Dian k Rumah Sakit rekanan PT Nusantara.Jika dokter berkenan bisakah dokter memberi surat rujukan?"
"Sebentar ya bu atau saya panggil mba aja?" Rajendra tersenyum.
Wajah Aisya memerah."Terserah dokter saja."
Rajendra mengambil stetoskopnya."Saya harus memeriksa dl saudara Dian."
Rajendra memeriksa Dian.mengukur tekanan darahnya.memeriksa denyut nadinya.
Setelah selesai memeriksa sambil melepas stetoskopnya lalu mengalungkan dilehernya.
"Mbak Dian tidak perlu lagi dirujuk bu,sudah sehat.tinggal banyak istirahat dan banyak makan," kata Rajendra sambil mengedipkan matanya ke arah Dian.
Dian menunduk,wajahnya memerah.Aisya mencibir,dasar genit!katanya dalam hati.
"Memang sakit apa dok?"tanya Ika.
Kembali Rajendra tersenyum,Aisya mengalihkan pandangannya.Kenapa sih cowok ini selalu tersenyum?bikin salah tingkah aja.
"Mbak Dian tidak sakit mba,cuma kurang darah saja.Mungkin kelelahan dan makan tidak teratur.Tekanan darahnya rendah sekali."
"Oo..."
Aisya menghela napas."Jadi kapan Dian bisa pulang?"katanya tidak sabar.
"Sekarang juga bisa,"lagi lagi dijawab dengan senyuman Rajendra.
Aisya menoleh ke arah Ika yang sepertinya sedang memandang penuh kekaguman pada Rajendra.Huh!Rajendra saja dikagumi.Dulu pernah kutolak tuh.kata Aisya dalam hati.
"Ika,telpon pak Maman suruh jemput kalian di sini.Saya harus segera kembali k kantor.Ada meeting jam 2."
Tidak ada jawaban.
"Ika!" Kata Aisya dengan nada setengah tinggi.
Ika terlihat kaget." Hmm...I...iya bu."
"Apa yang iya?!"Tanya Aisya kesal.
Ika senyum malu malu."Tidak tahu bu,"
"Telpon pak Maman suruh jemput kalian disini."
"Ooo...iya bu segera."
Aisya melirik Rajendra yang sedang tersenyum ke arahnya.
"Dok,terima kasih atas pertolongannya,berapa kami harus membayar?"Tanya Aisya
Rajendra tertawa keras."Tidak perlu mba.Tapi kalau memaksa bagaimana kalau dibayar dengan makan malam?"
Aisya melotot.Sejak kapan Rajendra jadi segenit ini?
"Oh gratis...terima kasih kalau begitu." Jawab Aisya tanpa memperdulikan godaan Rajendra.
Aisya melirik ke arah Ika yang sedang tersenyum senyum.Sialan!
"Kalau begitu saya permisi dulu dok.Terima kasih atas semuanya.Ika ikut saya sebentar ke mobil ya."
Aisya mengulurkan tangannya k arah Rajendra.
Rajendra menyambut uluran tangan Aisya."Sama sama." Jawabnya sambil menahan tangan Aisya lebih lama.
Eh,kok ga dilepas lepas?batin Aisya.
Setengah memaksa Aisya menarik tangannya.
Lalu tanpa menoleh lagi segera berlalu dari hadapan Rajendra diikuti oleh Ika.
"Ika tolong belikan buah atau kue apa aja dan berikan pada seluruh anggota klinik itu,"katanya sambil menyerahkan 10 lembar uang berwarna merah.
"Baik bu."Jawab Ika.
Tak beberapa lama Aisya membawa mobilnya meninggalkan tempat itu dengan berbagai perasaan setelah bertemu dengan Rajendra tadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 22, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Impian AisyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang