Chapter 10 : Bird That Can't Fly (1)

27.3K 2.1K 61
                                    

"Jangan membuatku mengulanginya lagi, Aluna. Tidurlah." Leo bersuara lebih dalam. Tangan kokohnya menyentuh pundak Aluna dan kemudian menghela gadis itu untuk tidur di atas ranjang besarnya.

Ia kemudian berjalan mendekati jendela ditengah kamarnya yang terbuka dengan gordent hitam kecoklatan yang masih bergelombang tertiup angin, lalu menutup jendelanya dan menarik gordent itu hingga sepenuhnya tertutup. Membuat sinar rembulan hanya berhasil memasuki kamar dengan remang-remang melalui celah ventilasi kamar. Pria itu kemudian berbalik berjalan menuju pintu melewati Aluna.

Aluna hanya tertatih berjalan dengan gerakan lambat yang gugup. Mata hitamnya kembali mengalihkan pandangan pada Leo yang sekarang membelakanginya berjalan menuju pintu.

Suara pintu berderit. Leo membuka dan menutup pintunya perlahan. Sebelum pintu tertutup dengan rapat, pria itu memandang Aluna sekilas, ekspresinya tak terbaca, "Selamat tidur..." suara dalamnya menghilang seiring tertutupnya pintu kamar.

Angin malam bertiup pelan melalui ventilasi bermain-main sebentar dengan gordent hitam kecoklatan di jendela.

Aluna bergeming menatap pintu yang tertutup. Suara langkah kaki Leo yang berjalan di luar masih terdengar hingga suaranya sayup-sayup menghilang. Gadis itu masih bergeming menatap ke pintu dengan tatapan takut. Ia memeluk tubuhnya sendiri menahan rasa gemetar yang menghampiri tangannya. Bau amis darah yang entah dimana tadi terasa masih mengganjal di indra penciumannya.

.
.
.
.
.
.
Chapter 10

"Kau sudah menyelesaikannya, Nico?" Suara dalam Leo yang dingin terdengar ketika pria itu berjalan menuruni tangga di tengah ruangan. Sosok itu berjalan dengan tatapan mata yang tajam menatap tangan kanannya--Nico yang berdiri di bawah tangga.

Mansion besar itu terlihat gelap dengan cahaya temaram dari jendela besar yang tertutupi gorden hitam keemasan di tengah ruangan. Sebuah grand piano berwarna hitam yang terlihat telah tua berada di dekat jendela menyaru baik dengan ruangan menambah kesan suram. Ruangan tengah tidak banyak berisi furnitur untuk menutupi kesan sunyi dan sepi. Beberapa furnitur malah terlihat sudah lama dan terjaga dengan kualitas yang terlihat baik.

Nico mengangguk pelan menatap tuannya tanpa ekspresi, "Ya. Kedua mayat itu telah di bereskan dan kamar telah dibersihkan oleh para pelayan. Dan nona Aluna sudah bisa menempati kamarnya besok pagi." Nico berbicara seraya mengikuti Leo yang telah turun dari tangga dan berjalan melingkari ruang tengah menuju pintu sebuah ruangan yang berada di bawah tangga.

Leo membuka pintu ruangan kerjanya yang berada dibawah tangga, Nico mengikutinya lalu menutup pintu dibelakang. Leo kemudian berjalan menglingkari meja kerjanya lalu duduk di kursi dibelakang meja itu. Ia menatap beberapa kertas di mejanya lalu mengambil salah satu kertas disana dan kemudian membacanya dengan serius.

"Tuan Dave sepertinya menggunakan kesempatan pada masalah yang terjadi antara anda dengan kakek anda." Nico melanjutkan, "Dan dari informasi yang saya dapatkan ia semakin membujuk kakek anda untuk menjatuhkan semua harta warisan itu padanya setelah anda masih menolak untuk menjadi pewaris tunggal harta keluarga Devano."

Leo menaikkan alisnya setelah membaca kertas ditangannya, ia lalu menatap kearah Nico, "Lucu sekali, bukankah mereka berdua bersekongkol?" suaranya terdengar bagai nada canda namun ekspresinya sama sekali tak berubah--kelam dan dingin.

Nico lalu bisa melihat mata hitam kecoklatan Leo yang berkilat dengan amarah, ia lalu berujar kembali, "Lalu haruskah saya mencari tahu apa gerak-gerik selanjutnya yang akan dilakukan tuan Dave? Atau kakek anda?"

Leo menggelengkan kepalanya, ia lalu menaruh kertas yang ia pegang tadi ke atas meja, "Tidak usah. Aku benar-benar tidak ingin berurusan dengan mereka lagi kecuali jika mereka sudah melewati batas," suaranya terdengar dingin. Ia lalu memandang Nico sekilas sebelum kembali serius dengan kertas-kertas di meja, "Dan lagi mulai malam ini Aluna akan tinggal dikamarku. Kau bisa menyuruh pelayan untuk menyiapkan semua barang-barangnya dikamarku."

When The Devil Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang