Chapter 2 - New life (Temporary)

4K 256 7
                                    

Chanyeol feat Punch - Stay With Me

Author POV

"Cowo muka triplek? Maksud lo Ali?" Tanya Bani bingung sembari menunjuk wajah datar Ali yang baru datang. Prilly mengangguk cepat.

"Iyalah. Liat mukanya tanpa ekspresi! Geli gue liatnya" Kata Prilly sembari bergidik ngeri membuat Bani dan Al tertawa.

"Diem. Lo ngapain disini?" Kedua Pria tampan itu langsung terdiam mendengar suara dingin Ali.

"Dia anggota baru" balas Al membuat kening Ali berkerut bingung. Beberapa detik setelahnya wajahnya kembali datar. Tanpa sepatah kata Ali berlalu pergi meninggalkan ruangan itu. Prilly menatap Bani dan Al bergantian.

"Tuh orang emang gitu ya?" Tanya Prilly bingung.

"Maksud lo gitu?" Ujar Al. Yang membalik pertanyaan Prilly.

"Ya gitu" jawab Prilly sekenannya. Oke ini memang gak jelas.

"Gak jelas lo! Gue harus siap-siap jadi yang terganteng di pesta nanti" Kata Bani sambil membenari rambutnya. Biasa cowok sok keren. Dahi Prilly berkerut kebingungan. Party? What's Party?

"Kita duluan see you in party!" Kata Al dan meninggalkan Prilly sendirian yang masih kebingungan.

"Party apa?"

********

"Paman apa aku boleh bertanya?" Paman Pedro mengangguk sambil serius melihat jalan. Dia sedang sibuk mengendarai diantara kemacetan kota padat ini. Yang sudah sering terjadi di kota Jakarta.

"Tadi Al berkata 'Kita duluan see you in party!'. Berarti kakaku akan pulang hari ini juga? Karna nanti dia harus menghadiri pesta, bukan?" Kata Prilly semangat sembari tersenyum bahagia. Dia sudah sangat merindukan kakaknya.

"Tentu, tidak" Senyum Prilly menghilang saat mendengar ungkapan paman Pedro.

"Mengapa dia harus pulang? Kan ada kau yang menggantikannya. Dia harus menyembuhkan tubuhnya dari penyakit mematikan itu"

Deg

Jantung Prilly seperti dihantam batu besar. Saat mendengar jawaban paman Pedro. Penyakit mematikan? Matanya berkaca-kaca, air matanya siap meluncur dari mata indahnya. Jantungnya berdetak tak karuan. Rasa khawatirnya memuncak.

"Maksud paman?"

"Kakakmu sedang berusaha menyembuhkan tubuhnya yang digerogoti oleh penyakit mematikan. Dia pergi ke luar negeri untuk berobat. Dan kau disini sedang menggantikannya, bukan? Apa kau tak tahu?"

Butiran-butiran jatuh dari mata hazel milik Prilly. Dia menangis. Dia merasa kecewa telah dibohongi oleh kakaknya. Satu-satunya keluarganya yang dia miliki.

"Mengapa kau menangis? Apa aku salah?" Kata paman pedro panik, melihat Prilly menangis seperti ini. Dia menepikan mobilnya.

"Boleh aku pinjam hanphone paman? Hanphoneku rusak" ujar Prilly sembari menangis sesenggukan. Paman Pedro memberikan benda pipih kepada Prilly yang masih saja menangis.

Dengan cekatan Prilly segera menekan angka, menelfon kakaknya. Dia butuh penjelasan. Rasa marah, sedih, kesal dan kecewa menjadi satu. Membuat rasa tak karuan dalam hati gadis itu. Prilly berdecak kesal sembari terus menangis. Dia berusaha menelfon kakaknya. Bukannya suara kakaknya, malahan suara seorang perempuan. Operator yang menjawab.

"Dia tak pernah mengatakan ini paman. Dia hanya berkata bahwa ada urusan disana" Prilly kembali menangis. Paman Pedro bingung melakukan apa, agar Prilly tak lagi menangis. Dia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

He Is BeautifulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang