Chapter 3 - Hobby

2.7K 252 6
                                    

    Bruno Mars - When I Was Your Man

Prilly POV

Suara jam beker menggema mengusik tidurku yang nyenyak. Kuterjapkan mataku berkali-kali dan berusaha mengumpulkan semua nyawaku untuk bangun. Dimana ini? Kenapa aku berada di sini? Ini bukan kamarku. Apa ini kamar baruku?

Paman Pedro menjelaskan padaku bahwa aku harus tinggal di rumah yang bagaikan bak istana ini. Rumah yang dilengkapi oleh fasilitas canggih dan banda-benda mahal ini memang khusus untuk anggota band Alaska. Yang terakhir aku ingat aku berada di pesta. Bukannya disini.

'Alhamdulilah Masih lengkap' batinku setelah mengecek bajuku yang masih lengkap.

Aku terus berjalan tak tentu arah sambil mengingat kejadian kemarin. Mengapa tiba-tiba aku berada disini.

"Aduh!" Hobby baru untuk seorang Prilly ialah suka menubruk. Oke. Hobby baru yang sangat tak menguntungkan.

"Maaf, gue gak sengaja" kataku sambil menunjukkan deretan gigiku dan segera bangun.

"Belum sadar ya?" Sadar? Sadar apa ya? Tanyaku pada diri sendiri bingung menghadapi perkataan Bani.

"Alhamdulilah dari orok gue udah sadar dan sampai sekarang gue masih waras" Jawabku jujur. Bani menjitak kepalanya pelan. Ada apa dengannya? Kurasa tak ada nyamuk lewat sini.

"Lo lupa sama kejadian kemarin?" Tanya Bani aku mengangguk jujur. Tanpa izin dia mencubit pipiku. Membuatku meringis kesakitan.

"Coba lo inget kejadian kemarin" aku mencoba mengingat tapi hasilnya nihil yang kuingat terakhir aku berada di pesta itu saja.

"Nggak, emang ada kejadian apa kemarin?" Tanyaku pada Bani. Dia kembali menjitak kepalanya membuatku semakin bingung.

"Kejadian dimana lo berak didepan publik"

"APA?!"

"Tapi cuma bo'ong" Bani berlalu meninggalkanku sambil tertawa terbahak-bahak. Aku berdecak kesal. Pagi-pagi udah bikin naik darah. Kesel.

"Gimana udah enakan? Kemarin lo mabuk" Aku menoleh kesumber suara. Secara otomatis aku tersenyum melihat Al yang juga tersenyum. Tapi tunggu apa katanya tadi? Mabuk? Oh tidak aku pasti melakukan hal-hal gila.

"Gue nggak buat kerusuhan? Gue nggak melakukan hal-hal gila kan?" Bukannya menjawab Al malah tertawa tak jelas. Entah apa yang dia tertawakan. Saat dia tertawa satu kata muncul dibenakku. Ganteng.

"Nggak, tapi lo melakukan percobaan bunuh diri"

"Maksud lo?"

Author POV

"Lo hampir jatuh dari gedung. Kita udah siaga buat nangkep dan untungnya lo nggak jatuh ke bawah gedung yang bertingkat 18 lantai itu"

"Maksud lo? Gue jatuh diatas kalian bertiga gitu?!" Sentak Prilly terkejut sukse membuat Al menutup telinganya.

"Nggak. Cuma diatasnya Ali"

Prilly sukses membulatkan matanya terkejut. Diatas tubuh lelaki bermuka triplek itu? Tamat riwayatnya. Tanpa sepatah kata Prilly meninggalkan Al dan berlalu pergi.

Kemarin sebelum pergi ke pesta paman Pedro menjelaskan struktur rumah. Jadi tak heran Prilly ingat struktur rumahnya ini.

Tok tok tok

Prilly mengetuk benda berwarna putih dihadapanya. Jantungnya berdegup kencang menyesal, takut dan malu menjadi satu.

"Masuk" Sahut suara dingin di dalam kamar. Mendengar suaranya membuat bulu kuduknya berdiri. Dengan setitik rasa keberanian Prilly masuk ke dalam.

He Is BeautifulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang