"Detektif Schweickert, kau sudah menerima pesan teks dari Inspektur? Cepat datang ke TKP, kami menunggumu."
"Aku akan tiba dalam 15 menit."
"Ini bukan pembunuhan biasa, Tom. Dia berhasil membunuh korban yang ketiga."
Pria itu sedikit membulatkan matanya mendengar pernyataan dari rekan kerjanya, dia terdiam seakan tidak percaya. Butuh beberapa detik untuk membuatnya tersadar dan kemudian ia kembali menjawab laporan dari rekannya dengan ponsel yang ia letakkan tepat di indera pendengarnya. Kemudian ia memutus sambungan telepon dengan rekan kerjanya. Tom Schweickert si Pandai--salah satu anggota tim investigasi khusus yang memiliki Sebelum dan Sesudah yang sangat masuk diakal--itu bergidik ngeri, ia hanya merasa bahwa si Pembunuh itu sangat teliti, dia tidak pernah ceroboh dan tidak pernah meninggalkan satu pun bukti di tempat kejadian perkara.
Udara bersih namun dingin pada bulan Desember yang menusuk kulitnya begitu mengganggu ditambah lagi dia hanya mengenakan satu lapis pakaian hangat, beberapa kali pun ia menangkupkan kedua tangannya berupaya memberi kehangatan untuk tubuhnya sendiri. Namun kini beberapa bulir keringat bercucuran di sekitar pelipisnya, mengingat bagaimana jika pembunuh itu muncul dari tempat persembunyiannya dan akan mencari korban lainnya. Ia mencari ketenangan, kedua tangan kekarnya yang memegang setir dengan erat kini mulai menampakkan otot-ototnya, ia menghembuskan napas berat. Mesin mobilnya kembali menyala, ia memastikan sesuatu dari spion luar mobil kemudian mulai memundurkannya sampai keluar dari gang--yang diduga kediaman si Pembunuh--dengan perlahan. Setelah benar-benar keluar dari gang, ia mengemudikan mobil itu dengan kecepatan normal tepat di jalur sebelah kanan.
Beberapa tim investigasi khusus telah berkumpul di tempat kejadian perkara untuk memeriksa mayat korban. Perempuan paruh baya berwajah putih pucat yang terduduk di jok belakang mobil dengan lengan kanannya yang tersayat itu membuat tim investigasi sedikit enggan untuk memeriksanya. Mereka mengerti bahwa pembunuhan berantai kali ini dilakukan oleh pembunuh yang sama, namun sampai saat ini mereka masih tidak dapat menghentikan perbuatan keji dari sang Pembunuh. Dan kini, mereka menghentikan kegiatannya ketika melihat Schweickert yang baru saja tiba dan langsung membungkukkan tubuhnya untuk melewati garis polisi. Schweickert mengenakan sepasang sarung tangan kepada kedua tangannya.
"Aku perlu melihat korbannya." Dan sesaat itu pula tim investigasi khusus membiarkan Schweickert melihat korban dalam kasus pembunuhan ini.
"Sarah."
Tubuhnya bergetar seketika ia melihat seseorang yang sungguh ia kenali ternyata salah satu korban dari kasus pembunuhan berantai. Dan sekarang Schweickert tidak menyadari bahwa ia telah mengepalkan kedua tangannya erat-erat, seakan ia tidak terima bahwa si Pembunuh telah membunuh perempuan yang berada di hadapannya. Ia menegapkan tubuhnya dan dia berupaya agar tubuhnya dapat menerima secara positif setelah melihat apa yang terjadi.
"Kau mengenalnya?" Tanya Alex kepada Schweickert, namun ia mengabaikan pertanyaan dari Alex.
Alex menganggukkan kepalanya pelan beberapa kali, ia mengerti bahwa Schweickert selalu bersikap keras dan kurang sopan terhadapnya bahkan dengan Letnan atau Inspekturnya. Alex memilih untuk mengatakan Sebelum dan Sesudah-nya. "Kurasa dia mabuk terlalu berat. Well, aku mencium aroma alkohol yang sangat menyengat dari dalam mobilnya, lalu kurasa dia mencoba untuk menyamarkan bunuh dirinya sebagai pembunuhan berantai."
"Itu sangat tidak masuk akal, Detektif Alex." Sergah Inspektur dengan cepat membuat Alex bungkam.
"Dia terduduk tegak di kursi penumpang belakang, aku yakin bahwa si Pembunuh mengantarnya kemari."
Alex tertawa sedikit meremehkan Sebelum dan Sesudah yang baru saja Schweickert sampaikan. Tapi dia sangat tahu bahwa Sebelum dan Sesudah Tom Schweickert selalu benar. "Well, bisa diterima. Lalu bagaimana dengan aroma alkoholnya? Kau berpikir bahwa sebelum dia terbunuh, pembunuh itu mengajaknya untuk bersenang-senang, begitu?"
Namun Letnan mengerutkan keningnya sembari mengamati korban yang telah tewas. "Pembunuh itu sengaja menumpahkan alkohol di sekujur tubuhnya, kau bisa lihat seluruh pakaian korban sangat basah."
"Maaf, Letnan Tatum, tapi bagaimana kau bisa tahu bahwa dia sengaja menumpahkan alkohol?"
Letnan Tatum memutar kedua bola matanya, dia begitu kesal dengan otak Alex yang sekarang tengah seperti kumpulan tali yang begitu rumit. "Detektif Alex, kurasa kau memiliki pemikiran yang cukup jeli. Kau bisa membedakan dengan yang sengaja menumpahkan atau benar-benar tertumpahkan, itu sangat jauh berbeda." Dan dengan itu Alex menelan air liurnya, ia tidak menyangka bahwa secara tidak langsung Letnan Tatum mengatakan bahwa Alex memiliki pemikiran yang tidak sebaik dirinya.
"Itu berarti, kejadian ini baru saja terjadi." Timpal Inspektur dengan tiba-tiba, membuat seluruh tim investigasi khusus menganggukkan kepalanya pelan namun itu terjadi beberapa kali.
"Tapi, kenapa ia menumpahkan alkohol terhadap korban?" Tanya Alex yang kali ini justru membuat seluruh anggota dari tim investigasi khusus bungkam. Mereka--tim investigasi termasuk Schweickert--berpikir bahwa pertanyaan yang telah terlontar dari mulut Detektif Alex mungkin belum terjawab, namun disisi lain mereka hanya ingin segera melihat siapa pembunuh kejam yang sejauh ini membunuh korban dengan sangat kejam.
"Kami menemukan sidik jari dan juga sehelai rambut dalam kursi kemudi!"
Setelah mendengar laporan itu seluruh tim investigasi khusus termasuk Schweickert mendengus lega, dengan ini mereka dapat dengan cepat menangkap si Pelaku Keji yang selama ini telah menewaskan tiga manusia tidak bersalah. "Schweickert, tolong hubungi tim forensik untuk menganalisisnya sekarang juga." Perintah Letnan, pria itu hanya mengangguk mantap sebagai jawaban. Dan setelah Schweickert berhasil menghubungi tim forensik, mereka langsung bergerak untuk memeriksa rekaman CCTV pada waktu dimana mobil itu mulai terparkir di pusat perbelanjaan milik korban.
Di dalam rekaman CCTV tersebut memperlihatkan seorang pria yang berumur sekitar 40-45 keluar dari mobil korban dan berjalan dengan santai seakan dia merasa bahwa dia tidak melakukan kesalahan yang fatal. Dan ketika Letnan menjeda rekaman CCTV tersebut pelaku dalam rekaman itu berada cukup dekat dengan kamera, sehingga seluruh tim investigasi khusus dapat melihat wajah pelaku dengan cukup jelas.
"Kristoff Shultz, ketua pemadam kebakaran yang saat ini sedang menjadi bahan pembicaraan karena telah memberanikan diri untuk menyelamatkan seseorang wanita tua, padahal dalam dua menit bangunan itu akan meledak." Jelas Inspektur.
"Well, kurasa itu telah menjadi kewajiban dari pekerjaannya." Timpal Alex dengan tiba-tiba membuat seluruh pasang mata mengarah kepadanya.
"Kita hanya tinggal menunggu hasil analisis, kemudian mencocokkan hasil analisis dengan tersangka."
***
TO BE CONTINUED!
KAMU SEDANG MEMBACA
CLOSE
Fanfiction❝Promise that you won't forget we had it all.❞ LINK TO TRAILER : https://www.youtube.com/watch?v=aYrjTsuqFck Harry Styles and Kendall Jenner Fanfiction. [Written in Bahasa Indonesia] Copyright © 2016 by namelesszn