Hari ini adalah hari ke-4 setelah pertunangan Yuki dengan Al.
Banyak yang berubah dari Yuki. Dia yang dulu ceria, aktif dan ramah kini terlihat dingin, datar dan senyum seadanya.
Yuki tak bisa menjalani hidup seperti biasanya. Mungkin bukan tidak bisa tetapi sulit. Karena hingga detik ini dia belum bisa menerima semua pertunangan ini. Pertunangan atas perjodohan yang tak pernah di inginkannya.
"Hai Yuks... Murung banget wajah lo. Kenapa?" tanya Vebby yang baru saja datang ke ruangan Yuki.
"Ada perlu apa veb?" tanya Yuki, tak memperdulikan pertanyaan Vebby
"Ah ellaahh yuks.. Gue mau ngajak lo makan di luar. Gue laver... Ini udah waktunya makan siang tau yuks.."
"Maless ah"
"Ayolah yuks. Daripada bosen disini" bujuk Vebby
"Males Veb" tolak Yuki lagi
"Yaelah malesnya sama Al, gue ikut dimalesin!" rajuk Vebby
"Yaudah yaudahh.. Di mana? Cafe depan aja ya?" Yuki mengalah, menghindar dari kebawelan Vebby.
"Iyadeh Yukiku sayang..." tukas Vebby kegirangan
Yuki mendengus melihat Vebby yang kini menariknya untuk segera ke cave sebrang.
------
"Mau pesen apa yuks?" tanya Vebby menggeser tab berisikan menu
"Orange Juice aja" jawab Yuki memainkan handphonenya
"Ngga makan?" Vebby bertanya lagi
Yuki hanya menggeleng menanggapi pertanyaan Vebby.
"Ini mbak. Makasih ya" ujar Vebby menyerahkan tab yang tadi di beri oleh pelayan
~
Siang itu di salah satu perusahaan ternama di indonesia.
Di ruangan yang terlihat sangat elegant nan clasic, seorang pemuda dengan balutan kemeja putih yang sengaja di gulung sampai batas siku. Celana kain hitam yang tidak terlalu ketat, terkesan sangat rupawan juga sempurna. Di tambah nilai plus wajah malaikat nan memikatnya membuat penampilan pemuda berusia 25 tahun ini sangat terlihat semakin tampan dan mengesankan.
Dia baru saja rapat dengan pemegang saham perusahaan. Wajahnya terlihat pucat, tangannya sibuk membolak balik kertas berupa laporan saham yang menurun drastis.
Laporan saham dari salah satu kantor cabang milik seorang wanita yang sangat di cintainya sejak dulu. Sejak dia masih di bangku SMP. Sejak dia masih memakai seragam putih biru dongker.
Argh!!
Dia menggeram frustasi. Tangannya yang tadi sibuk membolak balik kertas kini sibuk memijit pelipisnya yang tetiba berdenyut nyeri.
"Apa segini besarnya kamu tertekan akan perjodohan ini... sampai sampai perusahaan yang tadinya kamu kelola dengan sangat apik sekarang benar benar hampir....." gumamnya
"Tuan maaf.." Seorang lelaki yang sedari tadi berdiri di depannya menunduk hormat, sembari menunjukan handphonenya yang bergetar menerima panggilan.
Lelaki dengan baju hitam hitam, kacamata hitam dan juga topi hitam yang tampak sangat pas di kepalanya, seorang ketua bodyguard yang dimilikinya.
Pemuda tadi menatapnya sekilas.
"Kau boleh pergi Dion, Pantau dia terus" perintahnya, suaranya kelewat datar.
Dion, lelaki berusia 33 tahun itu mengangguk siap. Kemudian pergi dari ruangan bertemakan hitam putih yang sangat nyaman ini setelah menunduk hormat
"Apa perjodohan ini membuatmu kelu untuk berfikir Yuki!! Hei kau....
Dia menggantungkan kata katanya mendapati handphone yang sedari tadi diam bagai tak bernyawa *emang nggak bernyawakan(?)* menyala. Terdapat satu pesan baru dari Gibran. Sahabat sekaligus tangan kanannya.
From : Gibran
Yuki di Cave sebrang bareng Vebby. Dia kyanya blm tau soal penurunan saham. Km hrs bertindak Al. Jgn sampai Yuki terlambat mengetahuinya. Bisa hancur peeusahaan dia.
Pemuda itu, Al menatap datar pada ponselnya.
Harusnya Yuki sudah mengetahuinya sejak kemarin. Apakah Yuki belum memeriksa laporannya? Bukankah Yuki sosok yang sangat disiplin (?) pikir Al.
Tanpa menunggu waktu lama, dan tanpa membalas pesan dari Gibran, Al menghubungi sekretaris Yuki menggunakan ponselnya.
"Ya. Beritahu Yuki untuk segera memeriksa laporan!"
Hanya satu kalimat itu saja yang keluar dari mulut Al setelah telfonnya tersambung dengan Nita , Sekertaris Yuki. Kalimat yang sarat akan perintah.
Disanaa.....
Nita menatap ponselnya bingung, siapa orang ini? Suaranya tidak asing. Pikirnya.
Namun sedetik kemudian ia teringat pemuda yang minggu lalu datang dan memaksa ke ruangan Yuki. Suaranya sama. Tersirat akan pemaksaan dan perintah.
"Pak Al? Iya deh kayanya, tapi masa iya si pak Al? Wah kalo gitu hebat dong gue punya nomor pak Allllll" batinnya girang
"Hallo... Ini siapa ya?" tanya Nita mencoba memastikan setelah tadi dia diam mencerna perkataan Al
Namun...
Tututut...
"Mati(?)" gumam Nita
"Aneh" sambungya kemudian.
Nita kembali membuka handphonenya, melihat ada notife E-mail yang masuk.
"Aish Pak Ari juga nyuruh Bu Yuki buat periksa laporan? Segera (?), kenapa ini." gumam Nita setelah membaca e-mail Pak Ari, selaku pemilik perusahaan. Ayah Yuki.
~
"Emm Yuk, ntar malem dateng kan? Acaranya Rizky?" tanya Vebby setelah menghabiskan makan siangnya
"Liat ntar aja ya Veb. Ini si Nita sms gue, suruh cek laporan. Gatau deh kenapa. Laporan numpuk di meja tuh. Kayanya ada masalah serius deh" jawab Yuki lesu
"Yaudah kalo lo ngga dateng. Ya gue juga ngga dateng" tukas Vebby enteng.
Yuki berdecak mendengar ucapan Vebby.
"Ya jangan gitu lah Veb. Rizky tuh udah kaya abang kita tauk. Kan jehong banget kalo ngga dateng." nasehat Yuki
"Yaudah kita dateng bareng." ujar Vebby final.
"Aih Vebb.." sebal Yuki akan tingkah Vebby
Vebby hanya mengedikan bahu acuh. Biar aja Yukinya sekarang ngalah sama Vebby.
----
Haiiiii aku tahuuu ini pendek. Banget malah ya...
Pendek bangett(!)Maap ya readers...
Ini part percobaan aja.
Masih bener bener minat ngga siiii???Yaudah lah keep reading and voting then comment ! Yak gaess :*
Laff youuuu..
EH! SARAN SARAN SAAARAAANNN!!!!
Kritik juga yaaa.. Satu bungkus *eh(?)
YOU ARE READING
Tentang takdir (Alki) -slow update-
RandomPerjodohan memang nggak selamanya buruk. Kata kata itu yang selalu Rizky Alatas, sahabatku yang paling aku sayangi katakan. Bahkan setiap kali kita bertemu, hanya kata kata itu yang ia katakan. Entahlah. Tapi tidak semuanya begitu. Mungkin hanya ada...