Stay 11

1.5K 127 1
                                    

Turnamen di Sapporo hari ini akan di gelar, Tetsuya dan Hina sudah sampai di bandara Chitose. Begitupula juga dengan Hiro dan Kaito yang sudah sampai terlebih dahulu di sana, menjemput Hina dan Tetsuya di bandara. Hawa di Sapporo sudah agak dingin karena sudah masuk Musim Gugur, juga karena kelembapan daerah tersebut yang cukup tinggi. Namun, pikiran Hina saat ini sedang tidak tertuju pada turnamen Tetsuya tersebut. Sejak peristiwa di Ni-Chome beberapa bulan lalu, Kaze agak menjaga jarak dari Hina. Seharusnya Hina senang bisa menjauh dari Kaze karena tidak mendapat perlakuan mesum lagi dari adik tirinya itu.



Tetapi, beberapa waktu tidak bertemu dengan Kaze, perasaan Hina menjadi kalut merasa sesuatu sedang terjadi pada adiknya. Biasanya setelah melihat bola kristal pemberian dari Tetsuya, hatinya akan merasa tenang dan rileks tapi tidak untuk sekarang.



"Ada apa Hina ? Kenapa melihat ke arah belakang terus ?" tanya Tetsuya khawatir melihat sikap Hina yang agak berbeda hari ini.



"Tidak apa - apa Tetsu-san" jawab Hina gugup, langsung menyingkirkan perasaan tersebut.



"Akh, aku rindu sekali tempat ini, sudah berapa tahun aku tidak pernah datang ke Sapporo lagi ?" kenang Tetsuya melihat sekeliling perjalanan mereka menuju rumah orangtua Hina.



"Aku juga pertama kali datang ke Sapporo, dan ibu sudah mengajakku berkeliling beberapa hari ini Hina" sambung Hiro di samping Hina karena mereka berdua duduk di belakang.



"Ibu ada di Sapporo ?" tanya Hina terkejut karena tumben ibunya tidak bepergian bersama ayah tirinya karena bisnis mereka.



Hiro mengangguk cepat.



"Hanya Miura-san saja yang pergi Seoul hari ini untuk mengurusi bisnisnya, katanya ibu sudah tidak mau lagi menjadi CEO di perusahaan kakek Shimaoka-sama" jawab Hiro yang menyebut nama kakek dari ibunya tersebut.



"Kaze juga ada di rumah sekarang" sambung Kaito membuat Hina dan Tetsuya terlonjak kaget.



"Tapi aku bingung, wajah Kaze terlihat sedikit memar di pelipis kanannya, seperti bekas perkelahian" ujar Hiro lagi bersender di kursinya.



Tetsuya tahu itu perbuatannya yang menghajar Kaze, karena waktu itu Kaze memberitahukan bahwa dia pernah memperkosa Hina empat tahun lalu. Tetsuya sangat marah sekali dan ingin membunuh Kaze pada saat itu juga, tapi dia meredam amarahnya karena masih menghargainya sebagai adik dari Hina. Juga Kaze tidak membalas perbuatan Tetsuya yang menghajarnya habis - habisan dengan pandangan seperti meminta maaf. Tetsuya segera menghentikan pukulannya pada Kaze dan beranjak pergi saat itu, namun langkahnya terhenti ketika Kaze mengatakan sesuatu yang membuat Tetsuya terkejut.



"Tolong jaga kakakku, Asou-san. Aku tahu aku pernah berbuat yang tidak pantas padanya, karena aku sangat mencintainya. Tapi aku sadar aniki memang tidak pernah melihatku sebagai lelaki, dia tetap menyayangiku sebagai adik tersayangnya dan aku sudah cukup puas dengan hal itu" ucap Kaze dengan mata memar dan mulut yang berdarah karena perlakuan dari Tetsuya barusan.



Tetsuya hanya meninggalkan Kaze yang masih terduduk lemas di depan apartemennya sambil mengelap darahnya yang keluar dari ujung bibirnya.



"Kenapa ? Apakah Kaze tidak menceritakan apapun ?" tanya Hina membuyarkan lamunan Tetsuya.



"Entahlah, dia hanya diam saja sambil mengatakan tidak apa - apa pada kami berdua, ibu juga khawatir padanya" jawab Hiro mengangkat bahunya.



"Sudah tidak usah terlalu khawatir, Kaze bisa menjaga dirinya sendiri lagipula dia ada di sini karena ingin melihat turnamenmu Tetsuya" sahut Kaito yang sedang menyetir agak kesal dengan kekhawatiran sepele mereka terhadap Kaze.

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang