Aku terbangun dari tidurku. Kulihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan kiri ku, arloji itu menunjukkan pukul 11.05. Sudah 2 jam aku tidur. Ternyata belum sampai tujuan. Sekarang masih di gerbang tol Pasteur.
"Berapa lama lagi kita sampai, yah?" tanyaku seraya mengusap wajah.
"Bentar lagi kak" jawab Ayah.Aku menghela nafas. Aku tidak percaya kalau sebentar lagi. Paling segengah jam lagi kami sampai rumah baru.
Untuk menghilangkan rasa bosanku, aku menyalakan ponselku. Ada 5 pesan dari Aldi ternyata.
Aldi : 'deket margahayu macet, nikmati aja kalau perjalannya lama. Haha'
Aldi : 'di Bandung hujan deras banget. Jangan lupa pake jaket. Dingin'
Aldi : 'hujan udah reda. Tapi suhu nya masih dingin'
Aldi : 'aku di mars. Nunggu kamu'
Aldi : 'aku pulang yah, Bunda minta anter ke pasar'
Aku : 'hati-hati'Perhatian yang unik dari Aldi cukup menghilangkan sedikit rasa bosan ku. Rasanya ingin cepat sampai, agar aku bisa segera bertemu denganmu dan memelukmu dengan erat, Al.
Mobil Ayah berhenti. Aku melihat sekeliling tempat ini. Ternyata sudah sampai. Aku turun dari mobil. Benar kata Ayah, tempat ini nyaman. Sangat nyaman. Halaman yang luas, taman yang indah, rumah minimalis dengan cat berwarna hijau muda dan abu tua yang sangat bagus dilihat, rumah model lama tetapi juga terlihat modern, unik, dan di dekat pagar rumah ini, aku lihat seorang pria tengah memperhatikanku. Ia tersenyum padaku, dengan perasaan yang sangat bahagia aku berlari menghampirinya.
Aku berdiri tepat di hadapan pria itu. Memperhatikan setiap lekuk wajahnya yang sangat aku rindukan. Pria itu tersenyum manis padaku.
"Selamat datang di Bandung. Kota kelahiran kita. Tapi sayang, kamu ga dibesarkan disini." ucap pria itu. Aku tertawa seraya menutup mulutku.
"Tapi aku tetap dilahirkan di Bandung. Bermain bersamamu sampai usiaku 5 tahun." jawab ku seraya menebarkan senyum padanya.
"Lalu kamu pindah ke Jakarta dan kamu cinta Jakarta. Kamu lupa sama kota kelahiranmu. Tidak ada rasa ingin kembali ke sini, bahkan kamu ragu untuk kembali ke kota kelahiranmu ini." senyumku luntur. Mulutku tertutup. Apa kejam jika kita melupakan kota kelahiran dan ragu bahkan tidak ingin untuk kembali ke sana? Mungkin iya. Bahkan di Jakarta, aku tidak mengakui kalau aku lahir di Bandung. Aku hanya bilang aku lahir di Jakarta. Jika aku salah, maka maafkanlah aku..
"Iya.. Tapi sekarang aku kembali ke Bandung." ucapku, kembali tersenyum. "Meski bukan dirumah yang sama, meski tidak bersampingan dengan rumahmu lagi. Tapi aku ada disini." lanjutku. Pria itu tersenyum padaku.
Yang ku sebut "Pria itu" adalah sahabat kecil ku. Pria tampan yang selalu ingin bermain denganku. Iqbaal. Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan. 11 tahun lebih aku tidak berjumpa dengannya, tapi kami tidak hilang kontak. Aku selalu chatting dan skypean dengan Iqbaal. Jadi kami tidak lupa dengan wajah satu sama lain.
---
Aku berada diruang tamu bersama Iqbaal. Ia menceritakan tentang sekolahnya. Aku tertarik untuk masuk sekolahan Iqbaal.
"Ada sahabat aku juga, namanya Aldi." ucap Iqbaal.
"Aldi?" tanyaku. Iqbaal mengangguk."Iya. Sebulan lalu aku bersaing sama dia buat rebutin pertukaran pelajar ke Jakarta. Tapi aku kalah. Skor ku kurang 0,3. Aldi lebih unggul. Jadi dia yang pergi ke Jakarta." ucap Iqbaal. Aku mengangguk.
"Aku bertemu dengan Aldi" ujarku. Iqbaal tersenyum.
"Itu sih pasti. Pertukaran pelajarnya kan di sekolahmu." ucap Iqbaal.
"Tapi kalian tidak berhubungan apa-apa kan?"
Deg. Tidak berhubungan apa-apa? Aku pacaran dengan Aldi, Baal. Aku sayang padanya. Tapi aku tidak mungkin bisa bilang soal ini pada mu. Kamu sahabat Aldi. Aku takut kamu menjauhi ku karna aku pacar sahabatmu. Aku tidak ingin jauh denganmu.

KAMU SEDANG MEMBACA
You're In My Heart
Fiksi PenggemarSeorang gadis cantik, bernama (namakamu) yang harus pindah ke Kota Kembang karena ayahnya dipindah tugaskan ke Kota tersebut. Ada rasa senang karna ia akan bertemu dengan kekasihnya dan juga ada rasa tidak mau karena ia akan berpisah dengan teman te...