"Jonginah, Semangat!"
Ruang auditorium sudah cukup penuh, tinggal beberapa kursi yang kosong. Beberapa menit lagi, penampilan inti akan dimulai. Lampu auditorium sudah mulai padam, hanya bersisa lampu sorot di atas panggung.
Mengawali penampilan, terlihat seorang gadis dengan pakaian balletnya memasuki panggung. Langkah anggunnya cukup memikat semua mata penonton dan membuat seisi auditorium tak bersuara.
Beberapa saat kemudian, muncul sesosok pemuda dengan warna pakaian selaras dengan gadis yang sudah sebelumnya naik ke panggung. Tak perlu berjalan dengan lama, kini pemuda dan gadis itu sudah berada di tengah panggung, di tengah perhatian para manik penonton.
Alunan musik bernuansa klasik mulai terdengar seantero auditorium, memulai penampilan 'dua sejoli' panggung itu. Si gadis dengan gerakan anggun nan memukaunya, dan si pemuda dengan gerakan maskulin nan gagahnya. Tubuh keduanya seolah bergerak tanpa batas, membentuk gerakan indah dipandang dan penuh cerita tersampaikan.
setelah beberapa menit tampil, akhirnya musik klasik itu berhenti. Kedua remaja itupun ikut berhenti menari, penampilan mereka telah berakhir. Keduanya membungkukkan tubuhnya, memberikan penghormatan kepada para penonton yang sibuk memberikan apresiasi mereka dengan tepukan tepukan meriah.
"Jongin, Kau melakukannya dengan hebat," Jongin tersenyum puas, kini menatap pemuda yang 5 tahun lebih tua darinya itu.
"Terimakasih, hyung."
"Momo, Kau juga terlihat cantik sekali!" Pujian demi pujian mereka dapatkan di belakang panggung, membuat wajah kedua remaja itu bersemu merah menampung semua pujian dari orang orang disekitar mereka.
Namun, beberapa saat kemudian senyum di wajah Jongin memudar. Maniknya menatap lurus kepada seseorang, yang ternyata juga menatapnya dengan tatapan datar.
"Ah, ayah. Kemari! Kau lihat tadi kan? Jongin sangat he-" ucapan Kim Jongsuk- Kakak Jongin- terputus kala ayahnya menyela kalimatnya.
"-Apa yang kau lakukan disini? bukankah kau seharusnya berada di kantor mengurus perusahaanku?" Kini, Ayah memandang kearah Jongsuk dengan tatapan tajamnya. Nada bicaranya yang tegas, membuat siapa saja akan bergidik ngeri.
"Iya, tetapi- Hari ini adalah penampilan pertama uri Jongin," Jongsuk berusaha mencairkan suasana, senyum diwajahnya membuat Jongin ikut tersenyum tipis. Meski sebenarnya, Jongin sangat merasa takut.
"Ya, dan juga penampilan terakhirnya."
****
Jongin melempar pandangannya kearah meja album di perpustakaan rumahnya, kemudian menghela nafas. Sudah berapa lama ibu pergi?
Jemarinya mulai menggapai salah satu album teratas, dan dengan lembut tangan pemuda itu membukanya.
Sudut bibirnya terangkat, saat maniknya menangkap sebuah gambar wanita sedang tersenyum penuh kebahagiaan. Seolah, kebahagiaan kala gambar itu diambil menyalur ke siapapun yang melihatnya. Ibu, apa kabarmu?
"Ibu, Kau tahu-" Jongin menahan air matanya untuk keluar, bagaimanapun ia dalah pria kan? Meski sebenarnya, hal ini sedikit melukai perasaannya.
"-Jongsik hyung pernah memberitahuku, jika suaramu sangatlah indah dipandang." gumam Jongin sendiri, dalam benaknya ia sedang menyetel ulang memori memori menyenangkannya sewaktu kecil sembari membuka buka beberapa lembar album lainnya, mencari kisah kisah menyenangkan lainnya untuk dikenang. Bukankah fungsi album memang untuk itu?
"Maka dari itu, aku merindukan suaramu, bu."
****
"Hei- apa aku pernah bilang aku menyukaimu?" Mendengar perkataan seperti itu, gadis didepannya semakin menangis menjadi jadi. Membuat Jongin mengacak rambutnya frustasi, tak tahu harus melakukan apa.
Wanita memang membingungkan!
"Sudahlah, jangan menangis." Jongin menepuk bahu gadis itu sekenanya, dengan tujuan menenangkan gadis itu, Namun yang terjadi malah gadis itu makin menangis.
"Brengsek kau, Jongin!" Disela tangisan gadis itu, ia mengeluarkan rutukan. Dan itu bukan hal yang baru pertama kali Jongin dengar.
Apa aku salah mengatakan seorang perempuan 'seksi'? apa mengatakan 'seksi' sama dengan 'suka'?
"Ya, ya. Aku memang brengsek," Jawab Jongin sekenanya, tak ingin memperpanjang masalah dengan perempuan. Perempuan itu membingungkan.
Ujung ujungnya, Jongin tetap meninggalkan gadis itu sendiri di taman sekolah dan memilih untuk pulang saja.
"Hei- Mencampakkan gadis lagi?" Ucapan Sehun sukses membuat Jongin menghela nafasnya. Sungguh, Jongin bosan dengan teman pembicaraan ini.
"Tidak. Mereka saja yang mengantri untuk aku campakkan." Gerutu Jongin sekenanya, membuat pemuda itu mendapat tinju pelan di perutnya.
"Mana ada orang yang mengantri untuk dicampakkan?!" Sehun meladeni dengan kesal, sohibnya satu ini memang sangat berbeda pikirannya dengan dirinya sendiri. Jongin adalah orang yang sangat tidak mengerti wanita, perempuan, gadis dan apapun itu sebangsa keturunan Venus. Tapi yang pasti, sifatnya inilah yang membuat para kaum hawa seolah terhipnotis. Sehun saja bingung apa yang Jongin lakukan hingga banyak sekali siswi yang menyatakan cinta padanya, meski ujung ujungnya tetap saja dicampakkan.
"Sudahlah, membahas mahkluk itu tak akan ada habisnya," Jongin pun merangkul Sehun, mengajaknya pergi ke apartemennya. Sudah cukup hari ini.
;intro end
KAMU SEDANG MEMBACA
HOT PINK! [ EXO's Fanfiction | REWRITE ]
FanfictionJika saja gadis itu normal, mungkin Jongin tidak sepenasaran seperti sekarang. Pemuda ini sungguh hanya ingin tahu, mengapa gadis yang dipanggil Nayeon itu memiliki warna yang berbeda dari gadis gadis lain. Mengapa di indra synesthesia miliknya, Nay...